Thursday, June 9, 2022

BERSIAPLAH DENGAN AMAL SHALIH SELAGI DI DUNIA


Berkata Abu Darda radhiyallahu anhu:

"Shalatlah kalian pada kegelapan malam (sebagai persiapan) untuk menghadapi kegelapan alam kubur, berpuasalah pada hari yang sangat panas (sebagai persiapan) untuk menghadapi panasnya hari berkumpul, dan bersedekahlah (sebagai persiapan) untuk menghadapi keburukan pada hari yang penuh kesulitan."

Lathaiful Ma'arif hal 313

Faedah harian

Khotbah Jumat || Tiga Pelajaran Penting dari Kisah Nabi Yusuf

Khotbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan juga para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan menjalankan seluruh ketaatan yang telah Allah Ta’ala perintahkan kepada kita, maupun meninggalkan seluruh larangan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Saudaraku seiman, jemaah salat jumat yang dirahmati

Allah Ta’ala. Ketahuilah, bahwa di dalam kisah-kisah orang terdahulu pasti terdapat sebuah pelajaran dan di setiap kabar mengenai mereka yang hidup di masa lampau pasti memiliki nasehat yang bisa kita petik.

Oleh karenanya, Al-Quran memiliki porsi khusus yang mengandung kisah umat-umat terdahulu, kisah-kisah tentang para nabi terdahulu. Allah Ta’ala  berfirman,

وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu. Dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman.” (QS. Hud: 120)

Di ayat yang lain, Allah Ta’ala mengatakan,

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya Engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)

Kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Qur’an sejatinya adalah media pembelajaran yang akan menguatkan pikiran serta meluruskan akhlak. Pada hari yang diberkahi ini, kita akan bersama-sama sejenak menyelami dan menyimak kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam, kisah yang indah, enak didengar, dan mudah dicerna bagi mereka yang memiliki hati yang lurus. Sungguh ia merupakan kisah yang sarat akan pelajaran berharga. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ

“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya.” (QS. Yusuf: 7)

Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Sesungguhnya hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Yusuf ‘alaihis salam sangatlah banyak, sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk membahasnya. Namun, pada kesempatan ini kita hanya akan mengambil 3 pelajaran saja.

Pelajaran pertama: Kehidupan ini Allah ciptakan penuh dengan rasa gundah gulana, lelah, dan kesedihan.

Tidak ada kenikmatan dan ketenangan hidup yang abadi, karena keadaan sangatlah cepat berganti dan akan berubah terus menerus. Apa yang menimpa nabi Yusuf ‘alaihis salam bukanlah perkara yang mudah dan remeh. Beliau menghadapi permusuhan saudara-saudaranya, kerasnya mereka, dan tipu daya mereka. Sampai-sampai ia dijual kemudian dibeli dengan harga yang rendah. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَاۤءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلٰى دَلْوَهٗ ۗقَالَ يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ  * وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزَّاهِدِيْنَ ࣖ

“Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh seorang pengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia berkata, ‘Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!’ Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS. Yusuf: 19-20)

Sungguh, jika kita melihat dan berkaca dengan apa yang menimpa Yusuf ‘alaihis salam, tentu saja diri kita akan lebih bersyukur, karena apa yang menimpanya tidak sebanding dengan musibah yang kita rasakan.

Nabi Yusuf juga mengajarkan bahwa rasa tenteram, lapang, dan rida (yang mana semuanya tersebut merupakan kunci kebahagiaan) tidak dapat diukur dengan ukuran materi. Karena perasaan tersebut merupakan karunia Allah yang Ia berikan kepada hamba-Nya yang ia inginkan. Bahkan, ketenteraman tersebut seringkali bisa dirasakan pada kondisi kerasnya dan sempitnya kehidupan. Allah Ta’ala berfirman mengenai wali-wali-Nya,

اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ * اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ * لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. Yunus: 62-64)

Jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala, di setiap takdir dan keputusan Allah pasti ada hikmahnya. Pada kisah nabi Yusuf kita saksikan, jika saja ia tidak dilemparkan ke dalam sumur, maka Yusuf tidak akan pernah memasuki negeri Mesir. Jika nabi Yusuf tidak di penjara, maka ia tidak diberi amanah sebagai bendaharawan negeri Mesir. Rahmat Allah terkadang turun di sela-sela pedihnya cobaan. Sebuah karunia terkadang muncul karena kerasnya keadaan. Lihatlah apa yang dikatakan Yusuf ‘alaihis salam setelah Allah memberikan kedudukan kepadanya,

 وَقَالَ یَـٰۤأَبَتِ هَـٰذَا تَأۡوِیلُ رُءۡیَـٰیَ مِن قَبۡلُ قَدۡ جَعَلَهَا رَبِّی حَقࣰّاۖ وَقَدۡ أَحۡسَنَ بِیۤ إِذۡ أَخۡرَجَنِی مِنَ ٱلسِّجۡنِ وَجَاۤءَ بِكُم مِّنَ ٱلۡبَدۡوِ مِنۢ بَعۡدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّیۡطَـٰنُ بَیۡنِی وَبَیۡنَ إِخۡوَتِیۤۚ إِنَّ رَبِّی لَطِیفࣱ لِّمَا یَشَاۤءُۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡعَلِیمُ ٱلۡحَكِیمُ

 رَبِّ قَدۡ ءَاتَیۡتَنِی مِنَ ٱلۡمُلۡكِ وَعَلَّمۡتَنِی مِن تَأۡوِیلِ ٱلۡأَحَادِیثِۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِیِّۦ فِی ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡـَٔاخِرَةِۖ تَوَفَّنِی مُسۡلِمࣰا وَأَلۡحِقۡنِی بِٱلصَّـٰلِحِینَ

“Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim, dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 100-101)

Jemaah salat Jumat yang berbahagia,

Pelajaran kedua: Semua karunia datangnya dari Allah Ta’ala bukan dari yang lain.

Oleh sebab itu, wajib hukumnya untuk mensyukuri semua karunia dan kenikmatan tersebut. Allahlah satu-satunya yang juga akan menghilangkan keburukan dan cobaan dari manusia. Oleh karenanya, Yusuf ‘alaihis salam berdoa,

رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ * فَاسْتَجَابَ لَهٗ رَبُّهٗ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh. Maka, Tuhan memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf 33-34).

Di dalam kisah Yusuf ini Allah juga menegaskan bahwa diri-Nya sendiri yang akan memberikan jalan keluar dan solusi dari sebuah kesulitan. Allah Ta’ala berfirman menceritakan perihal nabi Yusuf ‘alaihis salam,

قَالَ اَنَا۠ يُوْسُفُ وَهٰذَآ اَخِيْ قَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَاۗ اِنَّهٗ مَنْ يَّتَّقِ وَيَصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 90)

Jemaah salat jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala,

*Ketahuilah sesungguhnya pelajaran paling berharga dari kisah Yusuf adalah:* 

Kemampuan dan profesionalisme sangatlah dituntut di dalam agama Islam, serta keduanya sangatlah dibutuhkan di dalam kehidupan.

Saat Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengetahui bahwa ia mampu dan memiliki kapasitas untuk sebuah kedudukan yang agung, ia pun memilih kedudukan tersebut,

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

“Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir). Karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55).

Sungguh, itu adalah kedudukan yang dipenuhi dengan kepercayaan dan rasa tanggung jawab, bukan kedudukan yang ingin dicapai hanya karena ingin bermewah-mewahan dan haus pujian. Nabi Yusuf meminta hal tersebut dengan dasar baiknya agamanya serta rasa penuh tanggung jawabnya. Kalau ia mengetahui bahwa ada orang lain yang lebih layak, tentu ia tidak akan memintanya.

Di dalam kisah tentang amanah yang dipikul nabi Yusuf ini juga mengandung pelajaran bagi mereka yang haus jabatan dan kedudukan. Sungguh jabatan dan kedudukan walaupun itu dipandang remeh oleh sebagian mata, sejatinya itu adalah amanah yang sangat berat, tidak semua punggung kuat dan tahan di dalam memikulnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.” (HR. Bukhari no. 7150 dan Muslim no. 142)

Semoga Allah Ta’ala menjaga para pemimpin kaum muslimin, menjadikan mereka pemimpin yang menunaikan kewajiban, amanah, dan tidak haus akan pujian. Semoga Allah Ta’ala jadikan kita rakyat yang baik, taat kepada pemimpinnya serta taat dalam beribadah. Amiin ya Rabbal aalamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 Khotbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Artikel: www.muslim.or.id

Sumber:

https://muslim.or.id/75464-khotbah-jumat-3-pelajaran-penting-dari-kisah-nabi-yusuf.html

Hukum Mandi Jumat

10 Catatan Penting Terkait Mandi Jumat yang Jarang Diketahui

https://rumaysho.com/33946-10-catatan-penting-terkait-mandi-jumat-yang-jarang-diketahui.html

Hukum Mandi Jumat

Hukum mandi Jumat itu sunnah muakkad. Pembahasan dalilnya adalah sebagai berikut.

Dalil yang menyatakan hukum mandi Jumat itu sunnah adalah hadits berikut ini.

وَعَنْ سَمُرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ  وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالغُسْلُ أفْضَلُ ))

Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Barangsiapa yang berwudhu pada hari Jumat, maka itu baik. Dan barangsiapa yang mandi, maka itu lebih utama.” (HR. Abu Daud, no. 354; Tirmidzi, no. 497. Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan. Al-Hafiz Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dalil lain menyatakan mandi Jumat itu wajib.

وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( غُسْلُ يَوْمِ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ ))

Dari Abu Sa’di Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hukum mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap yang sudah berusia baligh.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 770 dan Muslim, no. 846). Makna hadits ini adalah mandi Jumat itu sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) karena kompromi dengan hadits sebelumnya. Mandi Jumat dihukumi sunnah, walau bisa dihukumi wajib jika memang jadi bentuk nadzar.

⏩ *10 Poin Penting Terkait Mandi Jumat*

Mandi Jumat adalah mandi yang sangat dianjurkan dari mandi-mandi sunnah lainnya.

Mandi Jumat ini juga sangat dianjurkan (sunnah muakkad) karena ada perselisihan para ulama mengenai wajibnya, walau dalam madzhab Syafii, hukum mandi Jumat adalah sunnah (bukan wajib).

Mandi Jumat menjadi wajib jika diniatkan untuk nadzar.

Meninggalkan mandi Jumat itu dihukumi makruh jika ditinggalkan tanpa uzur. Demikian pendapat al-ashah (pendapat yang lebih kuat walau ada perselisihan pendapat yang kuat di dalamnya).

Manakah yang dipilih, mandi Jumat ataukah lebih awal datang ke masjid (at-tabkiir) walau tidak mandi Jumat? Mandi Jumat tetap lebih baik diperhatikan. Alasannya, mandi Jumat ini masih ada pendapat ulama yang menghukumi wajib. Inilah yang disebut dengan muro’atul khilaf, memperhatikan masih adanya perbedaan pendapat ulama.

Jika ada yang berhadats setelah mandi Jumat, maka ia cukup berwudhu tanpa mengulangi mandi Jumat. Begitu pula jika ada yang junub setelah mandi Jumat, maka ia cukup mandi junub tanpa mengulangi mandi Jumat lagi.

Mandi Jumat bertujuan untuk (1) nazhafah (bersih-bersih diri) dan (2) ibadah. Jika tidak ada air sehingga tidak bisa untuk nazhafah, maka tujuan ibadah tetap dikerjakan yaitu dengan cara tayamum sebagai ganti dari mandi.

Siapa saja yang menghadiri shalat Jumat, walaupun ia tidak berkewajiban melaksanakan shalat Jumat, bahkan walau ia diharamkan menghadiri shalat Jumat, maka disunnahkan untuk mandi Jumat. Yang diharamkan menghadiri shalat Jumat, misalnya adalah wanita yang menghadiri shalat Jumat tanpa izin suaminya.

Waktu mandi Jumat adalah mulai dari terbit fajar shadiq (fajar Shubuh). Waktu mandi Jumat berakhir dengan salamnya imam pada shalat Jumat, menurut pendapat muktamad (pendapat resmi madzhab), walau ada yang menyatakan mandi Jumat berakhir ketika masuk dalam shalat Jumat. Waktu mandi Jumat yang afdal (paling utama) adalah ketika mau berangkat shalat Jumat. Karena maksud dari mandi Jumat adalah menghilangkan bau yang tidak enak ketika berkumpul dalam shalat Jumat.

Penjelasan di atas disarikan dari Hasyiyah Al-Bajuri ‘ala Syarh Al-‘Allamah Ibnu Qasim Al-Ghazzi ‘ala Matn Abi Syuja’, 1:352-353.

10. Wanita yang melaksanakan shalat Zhuhur di rumahnya pada hari Jumat, apakah dianjurkan mandi Jumat? Jawaban: Mandi Jumat disunnahkan untuk yang menghadiri shalat Jumat saja.

Baca juga:

Hukum Mandi Jumat bagi Wanita

Wanita Mandi Jumat Ketika Menghadiri Shalat Jumat

Penjelasan poin 10 bisa dilihat di Al-Imtaa’ bi Syarh Matan Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii, hlm. 45.

Baca juga: Boleh Sekali Mandi untuk Mandi Jumat dan Mandi Junub Sekaligus

Referensi:

Al-Imtaa’ bi Syarh Matan Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Dar Al-Manar.

Hasyiyah Al-Bajuri ‘ala Syarh Al-‘Allamah Ibnu Qasim Al-Ghazzi ‘ala Matn Abi Syuja’. Cetakan kedua, Tahun 1441 H. Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajuri. Penerbit Dar Al-Minhaj.

Disusun pada malam 10 Dzulqa’dah 1443 H/ 9 Juni 2022

Di Pondok Pesantren Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com

Sumber https://rumaysho.com/33946-10-catatan-penting-terkait-mandi-jumat-yang-jarang-diketahui.html

Mengambil hikmah dari kisah meninggalnya ibrahim putra rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

 🔅🍁🔅



Wafatnya anak adalah kesedihan yang mendalam. Saya sering safar ke luar daerah, hanya beberapa hari sudah sangat rindu dengan anak-anak, tidak terbayang kesedihan dan kerinduan berpisah selama-lamanya, tetapi kita punya teladan terbaik yang menghibur kita yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ujian beliau sangat berat, di mana SEMUA anak-anak beliau meninggal di masa beliau masih hidup KECUALI Fatimah.

Kami buat tulisan gambaran kesedihan beliau yang baru sudah lama tidak diberikan anak laki-laki, lalu Allah berikan sebentar saja, kemudian Allah wafatkan. Yaitu putra beliau Ibrahim:

1) Sebagai orang tua, tentu akan sangat sedih dengan meninggalnya anak kita tercinta. Ini sebagaimana dalam Al-Quran [5]

2) Ibrahim adalah satu-satunya anak beliau yang lahir setelah diutus menjadi Nabi, yang paling ditunggu-tunggu dari sekian banyak istri beliau

3) Ibrahim adalah satu-satu anak laki-laki yang tersisa, tentunya psikologi manusia sangat berharap pada anak laki-laki yang akan meneruskan perjuangannya

4) Beliau tentu sangat sayang pada Ibrahim dan ini dipersaksikan oleh sahabat sebagaimana dalam hadits [6]

5) Usia meninggalnya Ibrahim adalah saat usia anak sedang lucu dan imut. Sudah bisa berjalan walau belum seimbang, sudah bisa memanggil “ayah atau ibu” walaupun belepotan. Tentu sangat berbekas dan membuat sangat rindu

Hikmah dari kisah ini, yaitu agar kita bersabar jika ditinggal meninggal oleh orang tercinta.Teladani Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, ketika Ibrahim meninggal beliau bersabar, tetap menangis dan hati bersedih akan tetapi beliau tidak melakukan kecuali apa yang Allah ridha

Beliau berkata ketika Ibrahim meninggal,

 ﺇﻥَّ ﺍﻟﻌَﻴْﻦَ ﺗَﺪْﻣَﻊُ ﻭﺍﻟﻘَﻠﺐ ﻳَﺤْﺰﻥُ ، ﻭَﻻَ ﻧَﻘُﻮﻝُ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﻳُﺮْﺿِﻲ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ، ﻭَﺇﻧَّﺎ ﻟِﻔِﺮَﺍﻗِﻚَ ﻳَﺎ ﺇﺑﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻟَﻤَﺤﺰُﻭﻧُﻮﻥَ 

“Sungguh mata menangis dan hati bersedih, akan tetapi tidak kita ucapkan kecuali yang diridhai oleh Allah, dan sungguh kami sangat bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim”. [7]

Semoga kita bisa selalu sabar menghadapi berbagai ujian dan musibah dan berharap pahala yang tidak terbatas serta kedudukan tinggi.

BACA SELENGKAPNYA:

https://muslimafiyah.com/mengambil-hikmah-dari-kisah-meninggalnya-ibrahim-putra-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

Penyusun: Raehanul Bahraen

Wednesday, June 8, 2022

10 CARA MENGETAHUI WANITA BERCADAR KARENA ILMU DAN TANPA ILMU

 Bismillahirrahmanirrahim..


Berikut ini cara mengetahui bercadar dengan Ilmu dan Tanpa ilmu : 

1. Mengenakan Kaus Kaki

Wanita yang bercadar karena tahu ilmunya dipastikan selalu mengenakan kaus kaki dan celana dalaman. Itu untuk mencegah aurat tersingkap saat beraktivitas. Mereka juga dipastikan mengenakan gamis atau rok. Bukan celana, apalagi celana jin. Sementara yang tidak berilmu, biasanya tidak mengenakan kaus kaki dan legging. Saat pakaiannya tertiup angin, auratnya kelihatan.

2. Dilakukan Bertahap

Pada kebanyakan wanita, penggunaan cadar dilakukan secara bertahap sambil belajar dan memperdalam ilmu agama. Biasanya dimulai dengan semacam masker. Lama kelamaan, setelah siap mental, semakin meningkat pula jenis cadar yang digunakan. Ada yang sampai mengenakan burka, mata pun tertutup kain tipis. Tidak semua orang yang memperdalam ilmu agama berani mengenakan cadar. Sementara yang ikut-ikutan tiba-tiba saja mengenakan cadar tanpa belajar lebih dahulu.

3. Hanya Menutup Wajah bagi Nonmahram

Wanita yang mengenakan cadar sebenarnya tidak tertutup sama sekali dengan sekelilingnya. Cadar hanya digunakan untuk menjaga diri dari laki-laki nonmahram. Dengan sesama perempuan, mereka berinteraksi tanpa mengenakan cadar, tentu saja di ruangan tertutup yang tidak terdapat laki-laki asing. Jika ada laki-laki, wajahnya kembali ditutup.

4. Tidak Berduaan dengan Laki-laki Asing

Ini juga jadi salah satu pembeda. Mereka yang mengenakan cadar karena paham ilmunya tidak akan berduaan dengan laki-laki nonmahram. Apalagi dalam Islam, berkhalwat atau berduaan antara laki-laki dan wanita nonmahram, terlarang. Komunikasi pun terbatas pada yang dibolehkan, misalnya untuk urusan jual beli dan hal lain yang dibolehkan syariat.

Misalnya, wanita bercadar boleh saja membeli barang dan berbicara dengan pedagang atau pemilik toko. Sedangkan, wanita yang bercadar karena ikut-ikutan mungkin saja masih bersenda gurau dengan laki-laki nonmahram/ajnabi.

5. Tidak Berbicara di Depan Umum

Wanita bercadar biasanya tidak pernah tampil di depan umum yang pesertanya terdapat laki-laki asing, apalagi sampai berbicara atau berpidato atau berceramah. Mereka hanya berbicara jika audiensnya semua perempuan dan anak-anak. Itu karena suara perempuan oleh sebagian ulama menyebutnya sebagai aurat. Banyak laki-laki yang syahwat mendengar suara merdu perempuan.

6. Tidak Menyanyi atau Mengeraskan Suara saat Membaca Alquran

Sangat aneh jika ada wanita bercadar yang menjadi penyanyi. Apalagi jika sampai diiringi musik. Sebagian ulama menyatakan bahwa musik haram dengan mengacu pada sejumlah dalil. Terlepas dari halal atau haramnya musik, wanita bercadar tidak akan memperdengarkan suara indahnya kepada laki-laki asing.

Kalaupun mereka diminta membaca Alquran dalam sebuah acara, maka itu hanya dilakukan jika seluruh pesertanya perempuan dan anak-anak. Itu pun suaranya dipastikan hanya terdengar dalam ruangan, tidak sampai ke luar masjid atau luar gedung sehingga terdengar oleh laki-laki nonmahram.

7. Hanya Mau Dibonceng oleh Mahram

Hampir sulit menemukan wanita bercadar membonceng pada ojek motor, baik online maupun yang konvensional. Kalaupun menggunakan ojek, maka pengemudinya dipastikan perempuan juga. Mereka hanya mau dibonceng oleh mahram, seperti suami, saudara, ayah, dan yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits. Mereka tidak akan membonceng kepada ipar laki-laki karena termasuk nonmahram.

8. Tidak Bertamu atau Menerima Tamu Laki-laki

Sebagai bagian dari menjaga diri, wanita bercadar yang belajar ilmunya, dipastikan tidak akan bertamu ke rumah yang hanya ada laki-laki nonmahram. Begitu pula sebaliknya, tidak akan menerima tamu laki-laki jika suaminya atau mahramnya sedang tidak berada dalam rumah.

Jika tamu wanita datang dengan mahramnya, wanita bercadar juga bersama mahramnya, biasanya pertemuan berlangsung di tempat terpisah. Wanita berbincang sesama wanita dan laki-laki berbincang dengan laki-laki. Mereka tidak bercampur baur mengobrol dalam ruangan yang sama.

9. Tidak Bersalaman dengan Laki-laki Asing

Wanita bercadar tidak akan bersalaman dengan laki-laki asing. Sebenarnya ini tidak hanya dilakukan wanita bercadar. Salah satu dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa tertusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, lebih baik daripada menyentuh wanita.

10. Tidak Mengenakan Pakaian Mencolok dan Tidak Bergaya di Medsos

Salah satu tanda yang membedakan wanita yang bercadar karena paham ilmu dan yang sekadar ikut-ikutan adalah warna pakaiannya. Wanita yang mengenakan cadar ideologis tidak memilih warna cerah, semisal pink, oranye, dan warna menarik lainnya. Umumnya mengenakan warna hitam, biru tua, hijau tua, dan warna lain yang tidak menonjol.

Wanita yang memahami subtansi cadar juga tidak akan mengunggah foto atau vidio yang sementara bergaya atau foto selfie ke media sosial. Apalagi berfoto bareng dengan laki-laki yang bukan mahram, walaupun merupakan tokoh idola.

Alahu 'Alam


Meminta Kepada Wali Allah dengan Alasan Alasan Derajat Mereka Lebih Tinggi ???

 


Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.


Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

Twitter     :  tujuanmucom

Tag / Label :

Kajian Islam, Tauhid, Kajian Islam Terbaru,Update Kajian,Update sunnah, info Islam,Info Kajian Islam, Manhaj Salaf, Tauhid,Al Qur’an, Allah di atas Arsy',Dakwah salaf

Supported By : www.tujuanmu.com

KISAH BEBERAPA ORANG NABI || QS. AL ANBIYA Ayat 48-112

48 Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. 49 (Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. 50 Dan al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? 51 Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. 52 (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?" 53 Mereka menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya." 54 Ibrahim berkata, "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata." 55 Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?" 56 Ibrahim berkata, "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu." 57 Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. 58 Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. 59 Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang lalim." 60 Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." 61 Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan." 62 Mereka bertanya, "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" 63 Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." 64 Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata, "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)", 65 kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." 66 Ibrahim berkata, "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?" 67 Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? 68 Mereka berkata, "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak." 69 Kami berfirman, "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." 70 mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. 71 Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. 72 Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Yakub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. 73 Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah, 74 dan kepada Lut, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik, 75 dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang saleh. 76 Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar. 77 Dan Kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat Kami Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya. 78 Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, 79 maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kami lah yang melakukannya. 80 Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). 81 Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. 82 Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan setan-setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu; dan adalah Kami memelihara mereka itu, 83 dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." 84 Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. 85 Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. 86 Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh. 87 Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." 88 Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. 89 Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya, "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. 90 Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. 91 Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. 92 Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. 93 Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kami lah masing-masing golongan itu akan kembali. 94 Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya. 95 Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). 96 Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. 97 Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata), "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang lalim." 98 Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. 99 Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. 100 Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. 101 Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, 102 mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. 103 Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu." 104 (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami lah yang akan melaksanakannya. 105 Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. 106 Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah). 107 Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. 108 Katakanlah, "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah, "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)." 109 Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh?." 110 Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan. 111 Dan aku tiada mengetahui boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. 112 (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu katakan."


SUMBER : https://id.wikisource.org/wiki/Al-Qur%27an/Al-Anbiya%27

Bab Was Was syaithon Bagian 2