Artikel Lainnya :
Artikel Lainnya :
oleh M. Saifudin Hakim - 17 Oktober 2022
Surga adalah tempat yang telah Allah Ta’ala siapkan untuk hamba-hambaNya yang beriman. Setiap orang beriman pasti menginginkan agar dapat menuju surga-Nya kelak di hari kiamat. Kenikmatan yang Allah Ta’ala siapkan di surga sungguh tiada terkira. Syariat pun menyebutkan berbagai sifat atau kenikmatan yang akan didapatkan di surga sebagai motivasi bagi para hamba-Nya untuk bersemangat melaksanakan berbagai macam amal ketaatan.
Dalam tulisan serial ini, akan kami sebutkan beberapa sifat atau gambaran surga yang telah dijelaskan dalam berbagai dalil syariat.
*Surga Tidak Hanya Satu*
Surga yang Allah Ta’ala siapkan untuk hamba-hambaNya tidak hanya satu, akan tetapi banyak. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu,
أُصِيبَ حَارِثَةُ يَوْمَ بَدْرٍ وَهُوَ غُلاَمٌ، فَجَاءَتْ أُمُّهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ عَرَفْتَ مَنْزِلَةَ حَارِثَةَ مِنِّي، فَإِنْ يَكُنْ فِي الجَنَّةِ أَصْبِرْ وَأَحْتَسِبْ، وَإِنْ تَكُ الأُخْرَى تَرَى مَا أَصْنَعُ، فَقَالَ: «وَيْحَكِ، أَوَهَبِلْتِ، أَوَجَنَّةٌ وَاحِدَةٌ هِيَ، إِنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ، وَإِنَّهُ فِي جَنَّةِ الفِرْدَوْسِ»
“Pada saat perang Badar, Haritsah terluka padahal dia masih kecil. Datanglah ibunya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Engkau telah mengetahui kedudukan Haritsah di sisiku. Seandainya dia di surga aku akan bersabar dan berharap memperoleh pahala. Namun kalau keadaannya lain, menurut pendapatmu, apa yang harus aku lakukan?’
Rasulullah menjawab, ‘Janganlah begitu (tenanglah). Atau kamu merasa berat ditinggal anakmu atau kamu mengira bahwa surga itu hanya satu? Sesungguhnya surga itu banyak, dan anakmu sekarang berada di surga Firdaus.’” (HR. Bukhari no. 3982 dan 6550)
*Surga Firdaus, Surga yang Paling Tinggi dan Paling Tengah*
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ، وَأَعْلَى الجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ
“Jika kalian meminta sesuatu kepada Allah, mintalah (surga) Firdaus. Karena surga Firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya adalah ‘Arsy (milik) Ar-Rahman, darinya mengalirlah sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari no. 7423)
*Luasnya Surga*
Luasnya surga adalah seluas langit dan bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Berlomba-lombalah kamu untuk (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid [57]: 21)
Surga sangatlah luas, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ سَنَةٍ، وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَظِلٍّ مَمْدُودٍ} [الواقعة: 30]
“Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon yang seseorang berjalan (menyusuri) bayangan pohon tersebut selama seratus tahun (perjalanan). Jika kalian menghendaki, bacalah (firman Allah Ta’ala yang artinya), ‘dan naungan yang terbentang luas’ (QS. Al-Waqi’ah [56]: 30).” (HR. Bukhari no. 3252)
Jika demikian, mungkin muncul pertanyaan, lalu di manakah neraka?
Pertanyaan semacam ini telah dijawab oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَرَأَيْتَ جَنَّةً عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، فَأَيْنَ النَّارُ؟
“Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, ‘Wahai Muhammad, apa pendapatmu tentang surga yang seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
أَرَأَيْتَ هَذَا اللَّيْلَ الَّذِي قَدْ كَانَ أَلْبَسَ عَلَيْكَ كُلَّ شَيْءٌ ، ثُمَّ لَيْسَ شَيْءٌ، أَيْنَ جُعِلَ؟
“Apa pendapatmu tentang malam ini yang menutupi segala sesuatu dari pandanganmu, kemudian malam itu hilang. Di manakah malam itu pergi?”
Laki-laki itu menjawab, “Allahu a’lam.”
Rasulullah lalu bersabda,
فَإِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah berbuat sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban no. 103) [1]
Diselesaikan di tengah badai salju, Rotterdam NL 21 Rabi’ul awwal 1439/10 Desember 2017
Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
Catatan kaki:
[1] Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 2892. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata, “Sanadnya shahih sesuai syarat Muslim.”
https://muslim.or.id/35253-jalan-jalan-menuju-surga-01.html
By KonsultasiSyariah.com
Pertanyaan:
Bismillah ustadz, Apakah semboyan Kebersihan sebagian dari Iman, adal dalilnya ? kalau ada shahihkah atau tidak ? Jazakumullahu Khaeron wa baarikallahu fiikum.
Jawaban:
Saudara/Saudari penanya yang kami muliakan, Semoga Allah ﷻ senantiasa menjaga kita semua dengan bimbingan hidayah-Nya. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah ﷺ, keluarga beliau, para sahabat beliau dan seluruh ummat yang mengikuti Sunnah-sunnah beliau sampai hari kiamat.
Telah tersebar di masyarakat kita sebuah ungkapan النظافة من الإيمان “An-Nazhofatu minal Iman” yang artinya; Kebersihan sebagian dari Iman. Namun tentunya kita harus berhati-hati terhadap ungkapan tersebut, apakah benar ia merupakan perkataan Rasulullah ﷺ atau bukan, karena menyandarkan sebuah perkataan kepada Rasulullah ﷺ namun beliau tidak benar mengatakan hal demikian, maka ini sebuah kedustaan, dan kedustaan atas nama Rasulullah ﷺ merupakan dosa besar yang pelakunya diancam dengan neraka, sebagaimana beliau ﷺ bersabda:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
“Siapa yang berdusta secara sengaja atas namaku, maka hendaklah ia mengambil tempat di neraka. (HR. Bukhari : 107)
Adapun berbicara mengenai kebersihan, tentu saja Islam telah mengajarkannya dengan pembahasan yang sangat detail dan jelas, sehingga kebersihan memiliki peranan besar dalam syari’at ini, bahkan bukan sekedar kebersihan, akan tetapi Islam mengajarkan tentang kesucian yang lebih tinggi derajatnya dari kebersihan.
Allah ﷻ berfirman:
وثيابك فطهر
“Dan Pakaianmu sucikanlah” (QS. Al-Muddattsir: 4)
Sehingga, sangat banyak ibadah yang syarat sah nya berupa kesucian baik dari sisi badan, pakaian, tempat dan sebagainya, seperti halnya sholat 5 waktu yang syarat sahnya adalah bersuci dari hadats besar maupun kecil.
Akan tetapi, kalau kita berbicara tentang hadits “An-Nazhofatu minal Iman”, maka hal tersebut tidak sah disandarkan kepada Rasulullah ﷺ, walaupun makna ungkapan tersebut adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa dipungkiri.
Hal ini telah disebutkan oleh para ulama, diantaranya syaikh Abdul Karim al-Khudeir hafizhahullahu Ta’ala:
ينتشر على ألسنة الناس: “النظافة من الإيمان” ويجزمون بهذا، نقول: هذا ليس له إسناد أصلاً، لا يروى بإسناد عن النبي -عليه الصلاة والسلام
“Tersebar pada lisan-lisan kebanyakan manusia ungkapan “An-Nazhofatu minal Iman”, dan mereka menetapkan/melestarikan ucapan tesebut, maka kami katakan bahwa ucapan tersebut tidaklah memiliki sanad (asal-usul) sama sekali, sehingga tidak boleh disandarkan kepada Nabi ﷺ” (Syarah al-Manzhumah al-Baiquniyyah : 2/15).
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah juga menjelaskan:
ورد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : “النظافة من الإيمان” لكنه حديث ضعيف, ومعناه صحيح
“Telah datang dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: Kebersihan sebagian dari Iman, akan tetapi haditsnya lemah, walaupun maknanya benar” (https://binbaz.org.sa).
Adapun ungkapan yang mirip dengan makna tersebut dan benar jika ingin kita sandarkan kepada Rasulullah ﷺ sebagaimana dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yaitu:
الطهور شطر الإيمان
“Kesucian/bersuci merupakan setengah/sebagian dari Iman” (HR. Muslim: 328).
Sehingga, kalau kita ingin menyandarkan ungkapan tersebut kepada Rasulullah ﷺ, maka seharusnya kita mengucapkan “At-Thohuuru Syathrul Iman”, yang artinya: “Bersuci merupakan sebagian dari Iman”.
_Wallahu A’lam._
Dijawab Oleh Ustadz Hafzan Elhadi, Lc. M.Kom
(Alumni Fakultas Syari’ah Universitas Imam Muhammad ibn Saud Al Islamiyyah, Cab. Lipia Jakarta)
https://konsultasisyariah.com/35845-hadis-palsu-kebersihan-sebagian-dari-iman.html