Skip to main content

BACAAN NABI PADA SHALAT SUNNAH FAJR

*M A R I B A R A J A .COM*
http://bit.ly/2MFBQcp
*══════ ◎•❀•◎﷽◎•❀•◎ ══════*

Sunnah Fajr, shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Subuh adalah shalat sunnah Rawatib yang sangat ditekankan. 
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ

_“Tidak ada shalat sunnah yang lebih dijaga oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada dua raka’at fajar.”_ (HR. Bukhari: 1163, 1191)

🌖 Salah satu sunnah (tuntunan Nabi) dalam shalat ini adalah hendaknya diringankan. 
Oleh sebab itu, bacaan surat pada shalat ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ada tiga riwayat :

1⃣ Raka’at pertama Al-Kafirun dan raka’at kedua Al-Ikhlas. 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

_Bahwa dalam dua raka’at fajarnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Qul Ya ayyuhal Kafirun (Al-Kafirun) dan Qul Huwallahu ahad (Al-ikhlash)._ 
(HR. Muslim: 726)

2⃣ Raka’at pertama QS. Al-Baqarah: 136 dan raka’at kedua QS. Ali Imran: 64, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ : قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا ، وَالَّتِي فِي آلِ عِمْرَانَ : تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ

_“Dalam dua raka’at fajarnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami.” QS. Albaqarah 136, dan yang terdapat dalam surat Ali Imran “Marilah kita menuju kalimat yang sama antara kami dan kalian.”_ 
QS. Ali Imran; 64. 
(HR. Muslim: 727)

3⃣ Raka’at pertama QS. Al-Baqarah: 136 dan raka’at kedua QS. 
Ali Imran: 52, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata :

أَنَّ كَثِيرًا مِمَّا كَانَ يَقْرَأُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ بِــ : آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا ، هَذِهِ الْآيَةُ قَالَ هَذِهِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى وَفِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ بِــ : آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

_Kebanyakan yang di baca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua raka’at fajar adalah “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami” (QS. Al Baqarah; 136). Kata Ibnu Abbas; “ayat ini di baca beliau di raka’at pertama, sedangkan di raka’at terakhir beliau membaca “……kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS. Ali Imran; 52)._ 
(HR. Abu Dawud: 1259)

*🔰Semoga bermanfaat.*

Ditulis oleh : _Zahir al-Minangkabawi_
Diterbitkan oleh : _Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja_

Telah diberikan izin untuk reposting artikel dari Maribaraja.com, bukti izin klik https://drive.google.com/file/d/16UE-GxbU4aBA-gYYtA22KidutpZXmfXo/view?usp=drivesdk

*♻Silahkan dishare.*

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...