Skip to main content

Bacaan Surah Nabi Ketika Shalat Maghrib


Muhammad Abduh Tuasikal, MSc 

Bacaan surah Nabi Muhammad ketika shalat Maghrib apakah identik dengan surah pendek?

 Kalau kita lihat dari praktik beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau terkadang membaca selain surah pendek, seperti surah Ath-Thuur yang dibicarakan dalam hadits Bulughul Maram berikut ini.

*Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani*

Kitab Shalat

بَابُ صِفَةِ الصَّلاَةِ

*Bab Sifat Shalat*

Bacaan Surah Ketika Shalat Maghrib

Hadits #289

عَن جُبَيْرِ بْنِ مُطعِم رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَال:َ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ في المَغْرِبِ بِالطُّوْرِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah Ath-Thuur ketika shalat Maghrib. (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 765 dan Muslim, no. 463]

Faedah hadits

Hadits ini jadi dalil bahwa shalat Magrib itu jahar.

Terkadang dalam shalat Maghrib bisa dengan membaca surah panjang. Surah Ath-Thuur termasuk surah thiwal mufashshal.

 Sehingga ini menunjukkan bahwa shalat Maghrib tidak selalu dengan surah pendek. Di kesempatan lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah Al-Mursalat ketika shalat Maghrib. Begitu pula, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surah Al-A’raf dan beliau membagi menjadi dua dalam dua rakaat shalat Maghrib.

Jubair bin Muth’im masuk Islam lantaran mendengar surah Ath-Thuur. Ia mendengar surah tersebut ketika masih dalam keadaan kafir. Lalu beliau menyampaikannya ketika sudah masuk Islam. Hal ini menunjukkan bahwa seorang perawi boleh menyampaikan hadits saat ia telah masuk Islam atau saat telah memenuhi ‘adalah, walaupun ia mendengar hadits tersebut dalam keadaan kafir atau fasik (lawan dari ‘adalah).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jubair bin Muth’im, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah Ath-Thur pada shalat Maghrib. Ketika sampai pada ayat berikut,

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ (36) أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُسَيْطِرُونَ (37) أَمْ لَهُمْ سُلَّمٌ يَسْتَمِعُونَ فِيهِ فَلْيَأْتِ مُسْتَمِعُهُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (38)

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa? Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata.”(QS. Ath-Thur: 35-38). Jubair menyatakan,

كَادَ قَلْبِى أَنْ يَطِيرَ

“Hampir-hampir saja hatiku terbang.” (HR. Bukhari, no. 4854). Ketika itu, Jubair masih dalam keadaan musyrik. Selain itu, peristiwa inilah yang mengantarkannya untuk masuk Islam. Lihat Fiqh As-Sirah, hlm. 267.

Baca juga:

Bulughul Maram – Shalat: Tipe Surah yang Dibaca Nabi dalam Shalat Lima Waktu

Menawarkan Islam kepada Tokoh dan Kabilah

Referensi:

Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 3:85-86.

Fiqh As-Sirah. Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah. hlm. 267.

Senin pagi, 8 Jumadal Ula 1443 H, 13 Desember 2021

@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Sumber https://rumaysho.com/31198-bulughul-maram-shalat-bacaan-surah-nabi-ketika-shalat-maghrib-apakah-identik-dengan-surah-pendek.html

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.