Skip to main content

Berdoa Bersama Setelah Shalat Jenazah

Ⓜ️edia Sunnah Nabi

Pertanyaan.

Afwan ustadz, tolong dibahas bagaimana sikap kita dalam melaksanakan shalat jenazah sebagai makmûm yang sudah paham, tetapi makmûm lain orang awam. Apakah kita harus langsung keluar tanpa berdoa atau berdiri menunggu orang-orang selesai, sedangkan imam juga orang yang paham, tetapi tetap saja berdoa karena melihat makmûm menunggu imam berdoa untuk jenazah. Tolong dijelaskan bagaimana sikap yang seharusnya bagi makmûm atau imam yang paham tadi?

Jawaban.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kita untuk berdoa bagi kebaikan mayat dalam shalat jenazah dan setelah dikubur. Banyak sahabat Radhiyallahu anhum yang dishalatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , namun tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan mereka setelah shalat jenazah. Andai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat pernah melakukannya, niscaya hal tersebut akan dinukilkan. Jadi, melakukan doa bersama seperti ini tidak ada contohnya, dan jika dilakukan secara terus-menerus seperti ini merupakan penambahan syarî’ah baru dalam agama Islam yang sudah sempurna.

Syaikh Abdul-‘Azîz bin Bâz rahimahullah berkata, “Hal ini tidak ada dasarnya. Ini adalah *bid’ah* yang tidak ada contohnya. Setelah salam, doa dan shalat jenazahpun selesai. Sepengetahuan kami, berdiri untuk berdoa setelahnya tidak ada dalilnya.”[1]

Karenanya, tidak perlu melakukan hal ini secara sendiri maupun bersama-sama. Jika Anda berakhlak baik dalam bergaul dengan masyarakat dan aktif dalam kegiatan yang mubah bersama mereka, insya Allâh tidak akan timbul masalah jika suatu saat Anda harus meninggalkan mereka dalam ritual yang dilarang agama. Meraka akan menghormati pilihan Anda itu.

Imam yang sudah memahami hal ini tetapi masih melakukannya, barangkali berbuat demikian karena khawatir dibenci oleh masyarakat dan belum siap mengambil sikap yang semestinya. Hendaklah ia mengedepankan ridha Allâh di atas ridha manusia, dan insya Allâh dengan begitu ia juga akan meraih ridha manusia, cepat atau lambat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَى الناسَ عنه. ومن الْتَمَسَ رِضَى النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ، سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناسَ

Barangsiapa mencari ridha Allâh dengan mendapat murka manusia, Allâh akan ridha padanya, dan menjadikannya diridhai manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan murka Allâh, maka Allâh akan murka padanya dan menjadikan manusia murka kepadanya.[2]

Masyarakat melakukan hal ini karena banyak yang belum tahu kebenaran, padahal mereka sangat mudah menerima saat kebenaran itu menyapa. Yang mereka butuhkan adalah penjelasan yang disampaikan dengan baik, ilmiah dan lemah lembut. Dan ini menjadi tugas mereka yang dituakan dan yang sudah paham di masyarakat seperti bapak imam ini.

Semoga Allâh Azza wa Jalla mengembalikan umat Islam ke ajaran Islam yang murni, dan memberikan taufik kepada para juru dakwah dalam membina umat.

Wallâhu A’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 

Footnote

[1]. Fatâwâ Nur ‘ala Darb, 14/19.

[2]. Shahîh Ibnu Hibbân no. 276, dan ditegaskan keshahîhannya oleh Syaikh al-Albâni"

Ⓜ️edia Sunnah Nabi

📘📖.....................✍🏻

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.