Skip to main content

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada


Baca pembahasan sebelumnya pada artikel 10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 3).


Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Sebab ketiga, menuntut ilmu yang bermanfaat
Saat syariat Islam ini turun pertama kali kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, hal pertama yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya adalah membaca. Membaca adalah salah satu kunci kesuksesan kita di dalam belajar dan menuntut ilmu. Allah Ta’ala berfirman,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS. Al-Alaq: 1).

Hal ini menunjukkan bahwa budaya membaca dan belajar sangatlah penting di dalam Islam. Kita bisa mengetahui syariat ini dengan sebenar-benarnya dengan membaca dan belajar. Bahkan Allah Ta’ala memberikan ganjaran pahala di setiap hurufnya kepada orang yang membaca Al-Qur’an walaupun tidak lancar. Ini merupakan kelebihan yang tidak dimiliki kitab-kitab lainnya.

Lalu apa itu ilmu bermanfaat yang Allah Ta’ala perintahkan umat ini untuk mempelajarinya?

Apa yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah mengatakan di dalam Majmuu’ al-Fataawaa, “Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi berkaitan dengan urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.”

Ibnu Rajab Rahimahullaah menambahkan penjelasan mengenai definisi ilmu yang bermanfaat di dalam kitab Fadhlu ‘Ilmi Salaf  ‘alal Khalaf, “Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadis-hadis Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Sahabat, Tabiin, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka.”

Mujahid bin Jabr Rahimahullaah juga mengatakan, “Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Orang yang bodoh adalah orang yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya banyak.”

Perkataan beliau Rahimahullaah menunjukkan bahwa ada orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, namun ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi orang tersebut karena tidak membawanya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Hukum menuntut ilmu bagi seorang muslim
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”(HR. Ibnu Majah dan disahihkan Al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir).



Read more ⤵️
 https://muslim.or.id/70760-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-4.html

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.