Skip to main content

Bahagia dengan Memuji Allah

https://t.me/menebar_cahayasunnah

Allah Ta’ala telah memberikan nikmat iman dan petunjuk ke jalan sunnah kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.

 Sungguh tak ada ucapan yang paling indah selain memuji-Nya dan bersyukur atas segala limpahan kebaikan yang berbarakah ini. 

Allah selalu memuliakan kaum mukmin yang selalu mengagungkan-Nya, mentauhidkan-Nya, dan banyak menyebut asma-Nya yang husna.

 Oleh karena besarnya kedudukan pujian ini, Allah menjadikannya sebagai penutup ucapan di surga. Allah Ta’ala berfirman:

وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Dan penutup doa mereka ialah: Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.” (QS. Yunus : 10)

Memuji Allah adalah amalan besar yang menunjukkan bahwa seorang mukmin sangat berbahagia atas kenikmatan dari-Nya yang tak seorang pun mampu menghitungnya. Demikian pula, saat terlepas dari musibah, disyariatkan untuk mengingat-Nya, bahkan diperintahkan untuk melakukan sujud syukur. Ini bukti bahwa Allah sayang dan amat penyantun padahamba-Nya yang selalu butuh akan Rabbnya.

 Tak hanya ketika bahagia, namun dalam situasi dan kondisi sulit pun kita harus memuji-Nya, beristigfar, bertaubat,dan memuliakan Allah sebagaimana perintah-Nya dan petunjuk Rasul-Nya.

Sebagian Ayat tentang Pujian kepada Allah

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)” (Q.S. Al-Hijr 98)

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا

“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS. Thaha : 130)

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.” (QS. Ath-Thur : 48)

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr : 3).

Memuji Allah dengan Sujud Syukur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk sujud syukur ketika diberitakan kabar gembira.

Demikian para sahabat yang mulia segera bersujud syukur ketika memperoleh nikmat atau kabar gembira.

Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhumenuturkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud no. 2774. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih).

Kisah Ka’ab bin Malik tentang taubatnya, ia berkata, “Kemudian aku mendengar suara seseorang berteriak dengan lantang dari atas gunung Sal’in: “Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah!” Ia berkata, “Lalu aku pun sujud.” (HR. Al-Bukhari no. 4418 dan Muslim no. 2769)

Demikianlah, sunnah mulia betapa seseorang yang beriman mengagungkan dan menyanjung-Nya atas kebaikan yang diperoleh.

 Al-Baghawi rahimahullah berkata dalam Syarh as-Sunnah (III/316):

 “Sujud syukur hukumnya sunnah ketika mendapat nikmat yang sudah lama dinanti-nantikan, atau terbebas dari masalah yang selama ini diharapkan lenyap.”

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, di-sunnah-kan bagi orang yang memperoleh kenikmatan atau terbebas dari keburukan untuk sujud sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala, memuji dan menyanjung-Nya dengan apa yang pantas bagi-Nya.” (Al-Adzkar, hlm. 476, al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan II/172)

Demikianlah, tuntunan indah Islam yang perlu diamalkan agar kita tergolong muttaqin yang selalu mengagungkan syariat Allah.

Ketika nikmat disyukuri, Allah akan menebar barakah dalam dirinya dan orang lain. 

Sebaliknya, tatkala nikmat dikufuri maka bisa jadi berakibat adzab baginya.

Jangan biarkan ujub dan sombongsinggah di hati sehingga menjadi orang yang tidak pandai berterima kasih kepadaAllah Ta’ala.

Bahkan, kita di-sunnah-kan untuk mengucapkanselamat kepada orang lain yang tengah memperoleh nikmat. 

Diriwayatkan olehal-Bukhari no. 4418 dan Muslim no. 2769,

 dalam kisah taubatnya Ka’ab bin Malik,ia berkata: “Maka Thalhah bin Ubaidillah bangkit dan sedikit berlari ke arahku,lalu menjabat tanganku dan mengucapkan selamat kepadaku ….”

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

muslimah.or.id

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.