https://t.me/fawaidabuabdirrahman
قال الإمام البغوي رحمه الله :
الأقدار غالبةٌ والعاقبة غائبةٌ، فلا ينبغـــــي لأحدٍ أن يغترَّ بظاهر الحالِ،
ولهذا شُـرِع الدُّعاءُ بالثَّباتِ
على الدِّين وحُسنِ الخاتمة.
شرح السنة 【 ١٣٠/١ 】
Al-Imam Al-Baghowi rohimahulloh pernah berkata :
"Takdir (ketentuan Alloh yang berlaku pada hamba-Nya) itu adalah gholibah (telah menguasai setiap hamba), sedangkan akibatnya (yang akan terjadi dan menimpa seorang hamba di akhirat nanti) adalah perkara yang ghoib (tidak ada yang mengetahuinya).
Karena itu, tidak sepantasnya bagi seorang pun tertipu dengan keadaan dhohirnya sekarang ini.
Untuk itu pula, hendaknya dia bersegera berdoa (kepada Alloh) memohon keteguhan/kekokohan di atas agama Islam ini, dan (memohon agar diberi) Husnul Khotimah."
( Syarhus Sunnah, 1/130)
Catatan :
1. Ya, ketahuilah wahai saudaraku kaum Muslimin rohimakumulloh.....
Bahwa nasib kita di akhirat nanti, masuk surga ataukah masuk neraka, semuanya itu sudah ditentukan (ditakdirkan) oleh Alloh ta'ala.
Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangatlah banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama : Hadits Muslim bin Yasar Al-Juhani rohimahulloh, bahwa Umar bin Al-Khoththob rodhiyallohu anhu pernah ditanya mengenai ayat :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۖ قَالُوا بَلَىٰۛشَهِدْنَاۛأَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Robb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Robb-mu?’ Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).” (QS. Al-A’raf: 172).
‘Umar bin Al-Khaththab berkata, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai ayat tersebut, beliau menjawab :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ، ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ بِيَمِينِهِ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً، فَقَالَ: خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلْجَنَّةِ وَبِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَعْمَلُونَ، ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً، فَقَالَ خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلنَّارِ، وَبِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ يَعْمَلُونَ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَفِيمَ الْعَمَلُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلْجَنَّةِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيُدْخِلَهُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَإِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلنَّارِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ النَّارِ، فَيُدْخِلَهُ بِهِ النَّارَ”
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam, lalu Dia mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, dan mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya. Allah berfirman : "Aku telah menciptakan mereka untuk dimasukkan ke dalam surga dengan amalan penduduk surga, dan mereka pun mengamalkannya."
Kemudian Allah mengusap punggungnya lagi, lalu mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya, dan Allah berfirman : "Aku telah menciptakan mereka untuk neraka dengan amalan penduduk neraka, dan mereka pun mengamalkannya."
Ada seorang laki-laki bertanya : "Wahai Rasulullah, lantas apa gunanya beramal ?"
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
"Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla apabila menciptakan seorang hamba untuk surga, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan penduduk surga, hingga ia mati dalam keadaan beramal dengan amalan-amalan penduduk surga, lalu ia dimasukkan ke dalam surga dengan amalan tersebut.
Dan apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk neraka, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan penduduk neraka, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan penduduk neraka, lalu ia dimasukkan ke dalam neraka dengan amalan tersebut."
(HR. Abu Daud, no. 4703 dan Ahmad, (1/158). Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kedua : Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : "Suraqah bin Malik bin Ju’syum datang dan berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الْآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ؟ أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟ قَالَ: لَا، بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ، فَقَالَ: اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
“Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang ?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
“Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan.”
Ia bertanya : “Lalu apa gunanya beramal ?"
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim no. 2648)
Ketiga : Dari ‘Imran bin Hushain ridhiyollahu anhu ia berkata : "Aku berkata :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، فِيمَا يَعْمَلُ الْعَامِلُونَ؟، قَالَ: كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
"Wahai Rasulullah, lantas untuk apa orang-orang yang beramal melakukan amalan mereka ?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya.” (HR. Bukhari, no. 7551)
Keempat : Dari Abul-Aswad Ad-Dua’liy, ia berkata, ‘Imran bin Hushain rodhiyallohu anhu pernah berkata kepadaku : “Apa pendapatmu tentang amalan yang dikerjakan orang hari ini dan jerih payah mereka? Apakah itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan untuk mereka dan sesuatu yang telah ditentukan takdirnya sebelumnya? Ataukah itu pada sesuatu yang akan mereka hadapi dari ajaran yang dibawa oleh Nabi mereka dan hujjah tegak untuk mereka ?”
Aku menjawab : “Bahkan sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan untuk mereka.”
Ia (Imron) berkata : “Bukankah itu satu kezhaliman?”
Abul-Aswad berkata : “Aku pun sangat terkejut karenanya, lalu aku berkata.
كُلُّ شَيْءٍ خَلْقُ اللَّهِ وَمِلْكُ يَدِهِ فَ-لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Segala sesuatu adalah ciptaan Allah, kekuasaan berada di tangan-Nya. ‘Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, akan tetapi merekalah yang akan ditanya tentang perbuatan mereka’. (QS. Al-Anbiya’: 23).
Dia (’Imran bin Hushain) berkata kepadaku : _“Semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya aku tidak bermaksud dengan pertanyaanku kepadamu itu kecuali memahamkan akalmu.
Sesungguhnya ada dua orang laki-laki dari Muzainah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Mereka berkata : “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang amalan yang dikerjakan orang hari ini dan jerih payah mereka? Apakah itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan untuk mereka dan sesuatu yang telah ditentukan takdirnya sebelumnya? Ataukah itu pada sesuatu yang akan mereka hadapi dari ajaran yang dibawa oleh Nabi mereka dan hujjah tegak untuk mereka ?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا، بَلْ شَيْءٌ قُضِيَ عَلَيْهِمْ وَمَضَى فِيهِمْ وَتَصْدِيقُ ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَافَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
"Tidak, bahkan yang telah ditetapkan dan diputuskan untuk mereka. Pembenaran hal itu ada dalam Kitabullah ‘azza wa jalla : "Dan jiwa serta penyempurnaannya{ (ciptaannya), maka Allah mengilhamka kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."(QS. Ady--Syams: 7-8)”, (HR. Muslim, no. 2650)
Demikianlah dalil-dalil tentang perkara ini, dan masih banyak yang lainnya, yang menunjukkan : bahwa tempat kita nanti di akhirat, di surga ataukah di neraka itu sudah ditentukan oleh Alloh ta'ala.
Namun demikian, kita juga punya kehendak/keinginan untuk beramal (melakukan perbuatan), dengan kesadaran kita sendiri, baik itu perbuatan yang baiknya maupun yang jeleknya.
Karena itu kita diperintahkan untuk terus beramal sholih semampu dan sekuat tenaga kita, dan kita tidak boleh hanya bersandar dengan takdir semata. Karena kita pun tidak tahu secara pasti tentang takdir kita nanti.
Tetapi Alloh ta'ala menjamin akan memudahkan siapa saja untuk beramal sesuai dengan apa yang Dia takdirkan.
2. Karena itu pula, sepantasnya bagi kita untuk banyak berdoa kepada Alloh ta'ala, memohon agar Alloh ta'ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang diridhoi-Nya, untuk dimasukkan ke dalam surga-Nya, dan dijauhkan dari neraka dan siksaan-Nya.
Dan juga memohon, agar kita bisa Istiqomah di atas ketaatan kepada-Nya sampai akhir hayat kita nanti.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahulloh, pernah ditanya tentang hadits-hadits tersebut di atas, dan kewajiban untuk tetap beramal, meskipun takdir masing-masing orang sudah ditentukan !
Maka beliau rohimahulloh memberikan jawaban sebagai berikut :
"Mengenai faidah dari hal tersebut (beramal meski takdir telah dituliskan), Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa salam telah menunjukkan dalam sabda beliau kepada para Sahabatnya :
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنْ النَّارِ أَوْ مِنْ الْجَنَّةِ
"Tidak ada seorangpun dari kalian, melainkan telah dituliskan/ditetapkan tempat duduknya, di neraka atau di surga.”
Para Sahabat bertanya: “Ya Rosûlulloh, kalau begitu tidakkah kita meninggalkan amalan, dan kita pasrah saja pada suratan takdir ?”
Beliau pun menjawab :
اعْمَلُوا ؛ فكلٌّ مُيَسرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
“Beramallah kalian ! Karena semua orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang menjadi tujuan ia diciptakan.”
(HR. Al-Bukhâri no. 4949 dalam Kitab Tafsir dan no. 6217 dalam Kitab Al-Adab, juga Muslim no. 2647 dalam Kitab Al-Qadr)
Maka dari itu, engkau harus berbuat amalan ketaatan, dan mohonlah kepada Alloh agar diberi ketegaran/kekokohan di atas agama ini, dan ikhlas dalam mengamalkannya !
Dan Anda harus berusaha agar amalan Anda adalah amalan yang sholih.
Kemudian setelah melakukan hal ini, maka hadirkan persangkaan yang baik (Husnudzon) terhadap Alloh ! Dan bahwa Alloh akan menerima amalanmu, sehingga engkau pun menjadi golongan orang-orang yang berbahagia.
Hal seperti ini, kita terapkan dalam semua nash (dalil) yang berbicara tentang Qadho' dan Qadar, dan bahwa manusia itu diperintahkan untuk menunaikan apa yang telah Alloh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepadanya, dan meminta pertolongan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan demikian, dia telah menghimpun antara ibadah dan tawakkal kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah yang diperintahkan Allâh dalam Kitab-Nya.
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Dan kepunyaan Alloh-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan kepada-Nya-lah dan hanya kepada-Nya, dikembalikan semua urusan. Maka beribadahlah kepada-Nya, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Robb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS Huud : 123].
Dan inilah yang diucapkan setiap Muslim dalam sholatnya :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." [QS Al-Fâtihah : 5]
Oleh karena itu, mohonlah pertolongan kepada Alloh, dan jangan sampai Anda terlena dengan godaan syaitan. Sebab syaitan tak jemu-jemunya membisikkan kepada manusia : "amalmu tidak diterima", atau "engkau adalah orang yang celaka", atau "engkau termasuk penghuni neraka", serta ungkapan-ungkapan yang serupa.
Ini semua adalah di antara bentuk bisikan dan gangguan syetan. Kita berlindung kepada Allâh dari segala godaan syetan. Dan Alloh Yang Maha memberikan taufiq."
( Fatâwâ Manâril Islâm,1/18)
Demikianlah.....
Akhirnya, hanya kepada Alloh ta'ala sajalah kita memohon hidayah dan Taufiq-Nya, agar Istiqomah di atas kepada-Nya, sampai akhir hayat kita nanti, aamiin ......
Surabaya, Rabu pagi yg sejuk, 19 Rojab 1442 H / 3 Maret 2021 M
Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby
No comments:
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.