MANHAJ SALAF DALAM MASALAH TARBIYAH DAN PERBAIKAN — KAIDAH KE-8
Oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
https://t.me/bbg_alilmu
Bahwa mereka tidak menentang nash dengan akal, tidak pula dengan hawa nafsu, tidak pula dengan perasaan, tidak pula dengan ucapan siapapun dari manusia.
Karena manhaj salaf mengagungkan dari diatas segala-galanya.
Akal hanya di gunakan untuk memahami bukan untuk menentang hawa nafsu wajib mengikuti keinginan Allah dan Rasul-Nya.
Perasaanpun demikian, pendapat manusia, itu semua di bawah pendapat Allah dan Rasul-Nya.
Kewajiban seluruh manusia adalah untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Maka kewajiban kita adalah untuk senantiasa lebih mengagungkan dalil daripada akal ataupun pendapat manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yang lebih mengikuti hawa nafsunya daripada mengukuti perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman [ QS Asy Syura : 15]
ۖ واستقم كما أمرت ۖ ولا تتبع أهواءهم
“Dan istiqomahlah sebagaimana kamu di perintahkan dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu mereka.”
Allah juga berfirman [QS Al-Ahzab: 36]
وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ۗ
“Tidak layak bagi mukmin tidak pula mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan perkara, mereka mencari alternatif yang lain dari mereka sendiri.”
Tidak layak apabila Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan, maka tidak boleh kita tolak dengan hawa nafsu kita atau akal kita atau pendapat seorang alim atau kyai atau yang lainnya.
👉MAKA KEWAJIBAN KITA ADALAH MENJADIKAN ALLAH dan RASUL-NYA SEGALA-GALANYA.
Dan ITU KESEMPURNAAN IMAN.
Allah berfirman [QS An_ Nisaa’: 65]
فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما
“Maka tidak demi Rab-mu, mereka tidak beriman sampai mereka berhakim kepadamu dalam perkara yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapatkan rasa berat untuk menerima keputusan-Mu dan mereka taslim dengan sebenar-benarnya taslim.“
Ini ayat menyebutkan bahwa keimanan tidak sempurna sampai terpenuhi 3 syarat.
👉Yang PERTAMA: Berhakim kepada Rasulullah dalam perkara yang di perselisihkan.
Berarti mendahulukan Rasulullah dari segala-galanya.
👉Kemudian yang KE DUA: Tidak mendapatkan rasa berat untuk menerima keputusan Rasul.
👉Kemudian yang KE TIGA : Taslim
Maka dari itulah orang yang lebih mendahulukan ro’yunya atau hawa nafsunya berarti dia belum taslim.
Dia belum menyerahkan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman [QS Al-Hujurat: 1]
يا أيها الذين آمنوا لا تقدموا بين يدي الله ورسوله
“Hai orang-orang yang beriman jangan kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.“
Artinya juga, jangan mendahulukan perkataan siapapun dari pada perkataan Allah dan Rasul-Nya.
Disebutkan dalam Hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali cabut dari dada manusia tapi dengan di wafatkannya para Ulama. Maka tersisalah orang-orang yang bodoh yang di mintai fatwa, lalu berfatwa dengan ro’yunya.”
Maka mereka sesat dan menyesatkan
Kata Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (HR Bukhori dan Muslim).
Wallahu a’lam
Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى.
Sumber::
https://bbg-alilmu.com/archives/33674
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.