Wednesday, March 23, 2022

PAWANG HUJAN, FENOMENA KRISIS TAUHID

✍ Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi حفظه الله تعالى

https://t.me/pembelajarcintasunnah

Fenomena pawang hujan di perhelatan Sirkuit Mandalika yang dipertontonkan para penyelenggara yang notabene katanya perpendidikan tinggi dan menguasai dunia teknologi, justru memperlihatkan kepada dunia bahwa pendidikan tinggi dan kecanggihan teknologi tidak ada artinya jika tidak diiringi dengan ilmu agama.

Lucunya, mereka mempertontonkan ritual klenik tersebut dengan dalih kearifan lokal !!

Hanya kepada Allah kita mengadu akan keterasingan tauhid pada zaman sekarang.

HUJAN ITU ANUGERAH

Saudaraku, sesungguhnya hujan adalah anugerah Allah yang sangat besar kepada hambaNya dan termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan bagi insan yang mau merenungkan. Manfaatnya bagi kehidupan makhluk sangat banyak sekali, baik manusia, hewan ataupun tumbuhan. Allah berfirman:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (QS. Al-Baqoroh: 164)

Dan termasuk nikmat Allah, kita tinggal di negeri ini yang begitu mudah mendapatkan air hujan, berbeda halnya dengan negeri-negeri lainnya yang tandus nan gersang sehingga jarang sekali hujan turun di negeri mereka.

HANYA ALLAH SAJA, SANG PENGATUR HUJAN

Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan tentang keesaan Allah dalam mengatur air hujan, di antaranya adalah firman Allah:

اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ

Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.(QS. Ar-Rum: 48)

Ayat di atas dan ayat-ayat lainnya menunjukkan kepada kita bahwa hanya Allah saja yang mengatur hujan meliputi waktunya, tempatnya, sifatnya dan lain sebagainya. Maka suatu kesalahan besar yang dapat menodai tauhid seorang hamba adalah menisbatkan turunnya hujan kepada selain Allah baik pawang hujan, dukun, bintang atau kepada lainnya.

 USAHA MANUSIA DAN TURUNNYA HUJAN

Sebagian kalangan berkilah bahwa pawang hujan hanyalah usaha anak manusia dalam menurunkan, memindahkan atau menghentikan hujan. Bukankah manusia diperintahkan untuk melakukan sebab dan usaha?!

Benar, melakukan usaha/sebab selagi tidak bertentangan dengan syariat maka hukumnya boleh. Namun jika usaha tersebut mengandung penyimpangan terhadap syariat, apalagi dengan ritual-ritual dukun dan klenik maka ini jelas berlawanan dengan tauhid dan aqidah Islam.

Perlu diketahui bahwa manusia dalam menyikapi sebab ada tiga golongan:

1. Golongan yang mengingkari sebab seperti Qodariyyah dan Asyariyyah.

2. Golongan yang berlebihan dalam menetapkan sebab sehingga menjadikan suatu yang bukan sebab sebagai sebab seperti kebanyakan ahli khurofat dan kaum shufi.

3. Golongan yang menetapkan sebab tetapi tidak menetapkannya kecuali sebab yang ditetapkan oleh Allah dan rasulNya baik sebab yang syar'i atau kauni. Sebab syar'i seperti membaca Al-Fatihah adalah sebab kesembuhan. Adapun contoh sebab yang kauni adalah seperti tidur obat menghilangkan kelelahan. Dan inilah jalan golongan yang selamat. (Lihat Al-Qoulul Mufid ala Kitab Tauhid  1/164-165 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin).

Manusia boleh saja berusaha dalam proses turunnya hujan atau menghentikannya dengan catatan selama usaha tersebut tidak melanggar syariat dan dengan keyakinan bahwa hanya Allah semata yang mengatur semua proses hujan baik menurunkannya, menghentikannya dan memindahkannya.

Yakinlah, sekalipun segala usaha dan daya upaya telah dikerahkan oleh manusia, tetapi manusia tetap saja dalam kelemahan dan kekurangannya. Bukti kongkritnya, banyak negara para ilmuwan bahkan pawang hujan yang melakukan proses turunnya hujan atau menghentikannya namun tetap saja mereka tak bisa menentukan hujan. 

Seandainya saja mereka bisa menentukan turunnya air hujan sesuka mereka niscaya mereka bisa menurunkan hujan di daerah kemarau dan kekeringan dan kebakaran.

Begitu juga mereka pasti mampu menghentikan derasnya hujan dan banjir yang melanda negara mereka. Namun kenyatannya tidak demikian.

ADAKAH  PENGGANTI  PAWANG HUJAN ?!!

Sesungguhnya turunnya hujan hanya wilayah khusus Allah. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan turunnya hujan. (QS. Luqman: 34)

Allah telah mensyariatkan kepada hambaNya suatu amalan yang lebih baik dan lebih dominan daripada usaha-usaha manusia yang belum pasti berhasil. Amalan apakah itu? Amalan tersebut bernama doa dan bermunajat meminta kepada Allah agar Allah menurunkan hujan bagi mereka atau memindahkan hujan dari mereka.

Oleh karenanya, dalam Islam disyariatkan sholat istisqo' yaitu sholat meminta hujan berdasarkan perbuatan Nabi dan para sahabat dan ini adalah pendapat mayoritas ulama Malikiyyah, Syafiiyyah, Hanabilah dan Dhohiriyyah. 

Al-Quran juga telah menjelaskan bahwa turunnya hujan dan keberkahan lainnya adalah dengan ketaatan dan istighfar kepada Allah, sebagaimana firmanNya:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." (QS. Nuh: 10-11)

Inilah yang hendaknya dilakukan oleh manusia tatkala mereka membutuhkan turunnya hujan atau diberhentikannya hujan yaitu bermunajat kepada Allah semata, bertaubat, memperbanyak istighfar dan amal shalih, bukan malah dengan mendatangkan pawang hujan, membuat ritual-ritual perdukunan dan kesyirikan yang justru malah mendatangkan kemurkaan dan bencana dunia akherat.

Semoga Allah memperkuat tauhid kita. Dan semoga Allah memberikan hidayah kepada siapapun yang masih jahil tentang tauhid, termasuk ibu pawang hujan beserta panitia yang merekomondasikannya.

✍ Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi حفظه الله تعالى

═══ ❁✿❁ ═══

Semoga bermanfaat

Allahu Yubarik Fiikum

PembelajarCintaSunnah_Official

Sumber::

https://www.facebook.com/133895917135861/posts/1301465670378874/

No comments:

Post a Comment

Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.