https://chat.whatsapp.com/FMmfNDQhch48pfa0qkphDE ikhwan
Hukum asalnya boleh saja. Karena anak dan ayah termasuk mahram, sehingga boleh saja bersentuhan.
Dan ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terhadap Fathimah putri beliau, radhiallahu'anha. Dalam hadits dari Aisyah radhiallahu'anha, beliau berkata:
ما رأَيْتُ أحدًا كان أشبهَ سمتًا وهَدْيًا ودَلًّا . والهدى والدال ، برسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم من فاطمةَ كرَّمَ اللهُ وجَهْهَا ؛ كانت إذا دخَلَتْ عليه قام إليها ، فأخَذَ بيدِها وقبَّلَها وأَجْلَسَها في مجلسِه ، وكان إذا دخَلَ عليها قامت إليه ، فأَخَذَتْ بيدِه فقَبَّلَتْه وأَجَلَسَتْه في مجلسِها
"Aku tidak pernah melihat seseorang yang mirip dengan Rasulullah dalam masalah akhlak, dalam memberi petunjuk, dan dalam berdalil, melebihi Fatimah -semoga Allah memuliakan wajahnya-. Jika Fatimah datang menemui Rasulullah, maka Rasulullah pun berdiri, meraih tangannya, menciumnya dan mendudukkannya di tempat duduknya. Dan jika Rasulullah datang menemuinya, maka Fathimah pun meraih tangan beliau, menciumnya dan mendudukkannya di tempat duduknya" (HR. Abu Daud no. 5217, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Demikian juga pernah dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq terhadap putri beliau, Aisyah radhiallahu'anha. Dari Al Barra' bin 'Adzib radhiallahu'anhu:
فَدَخَلْتُ مع أبِي بَكْرٍ علَى أهْلِهِ، فإذا عائِشَةُ ابْنَتُهُ مُضْطَجِعَةٌ قدْ أصابَتْها حُمَّى، فَرَأَيْتُ أباها فَقَبَّلَ خَدَّها وقالَ: كيفَ أنْتِ يا بُنَيَّةُ
"Aku masuk ke rumahnya Abu Bakar bersama beliau. Ketika itu, ada putri beliau, Aisyah, sedang berbaring di tempat tidur karena sakit demam. Maka aku melihat Abu Bakar mencium pipinya Aisyah dan Abu Bakar berkata: bagaimana kabarmu wahai putriku?" (HR. Al Bukhari no. 3917).
Ini semua menunjukkan bolehnya ayah mencium pipi anak putrinya yang sudah dewasa atau sebaliknya, anak wanita mencium pipi ayahnya.
Kecuali, jika ada potensi timbulnya fitnah (godaan syahwat), maka ketika itu hukumnya menjadi haram.
Syaikh Musthafa al-Adawi menjelaskan, "Dibolehkan anak perempuan mencium ayahnya atau ayah mencium anak perempuannya, jika aman dari fitnah (godaan syahwat). Adapun jika berpotensi menimbulkan fitnah (godaan syahwat) maka Allah tidak menyukai semua bentuk kerusakan" (Fiqhu at-Ta'amul ma'al Walidayn, hal. 113).
Yang beliau maksud adalah ayat:
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
"Dan Allah tidak menyukai semua bentuk kerusakan" (QS. Al Baqarah: 205).
Wallahu a'lam.
@fawaid_kangaswad
No comments:
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.