Oleh : Siswo Kusyudhanto
Kalau di desa-desa sering ada dengar ada seorang pemuka agama ketika ditanya soal tahlil kematian, maulid nabi atau amalan yang diduga bid'ah sering memberikan penjelasan bahwa Umar bin Khattab dijaman kekuasaannya membuat shalat terawih 23 rakaat yang merupakan bid'ah hasanah, ini menunjukkan bahwa boleh kita mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada di jaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam selama itu bid'ah hasanah.
Miris, padahal generasi Salaf yakni termasuk generasi setelah Khulafaur Rasyidin tidak memahami demikian, setelah generasi Khulafaur Rasyidin ada hidup generasi Tabi'in dan Tabi'ut tidak memahami seperti itu, tidak kemudian mereka ramai-ramai membuat amalan bid'ah hasanah.
Hal ini dapat kita ketahui dari sejarah munculnya amalan-amalan bid'ah yang secara waktu muncul jauh setelah generasi Khulafaur Rasyidin, Tabi'in dan Tabi'ut.
Semisal maulid nabi yang muncul sekitar tahun 250-300 Hijriyah, atau haulan yang muncul juga ratusan tahun setelah para Khulafaur Rasyidin wafat, atau tahlil kematian yang muncul sekitar 1200 Hijriyah di Nusantara dan seterusnya.
Oleh karenanya belum ada ulama kibar memasukkan amalan terawih 23 rakaat adalah amalan bid'ah, karena ini adalah Sunnah Khulafaur Rasyidin seperti dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam sendiri untuk mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam dan Khulafaur Rasyidin, Allahua'lam.
KENAPA AS SUNNAH HARUS DIGIGIT DENGAN GIGI GERAHAM ?
Banyak orang berusahalah mengaburkan definisi Sunnah dan Bid'ah dengan tujuan agar amalan bid'ah nya dianggap legal, padahal definisi Sunnah sudah dijelaskan sendiri oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam bahwa Sunnah adalah amalan dari beliau juga Khulafaur Rasyidhin, termasuk misal terawih 23 rakaat, dan bid'ah adalah kebalikan dari definisi Sunnah, yakni amalan dalam agama yang tidak pernah diamalkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam juga Khulafaur Rasyidhin, semisal maulid nabi, haulan, tahlil kematian, dan sejenisnya, Allahua'lam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku.
Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat.”
(HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Dzahabi dan Hakim, Shahih Al jami’ no. 2549 )
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam memiliki sejumlah mukjizat yang diberikan Allah Azza wa Jalla, salah satunya yakni mengetahui bahwa dikemudian hari terjadi fitnah yang luar biasa di kalangan umat Islam. Maka beliau mengingatkan untuk berpegang teguh pada As sunnah, dan beliau membuat metafora"gigit dengan gigi geraham kalian". Kenapa dengan gigi geraham?, kenapa tidak dengan gigi taring?, karena gigi geraham adalah gigi paling belakang dalam struktur mulut manusia.
Jika sesuatu tergigit oleh gigi geraham dan itu kemudian ditarik keluar maka akan sangat sulit tertarik, jikapun tertarik keluar maka nyawa pemilik gigi adalah taruhannya.
Sedangkan jika digigit dengan gigi taring atau gigi depan misalkan dan itu tertarik keluar, mungkin yang terjadi hanya luka atau giginya lepas saja.
Kesimpulannya wajib bagi tiap muslim berpegang teguh pada As sunnah sekalipun dengan nyawa taruhannya.
Waallahua'lam.
Dikutip Dari Dauroh Para Ustadz
Referensi almanhaj.or.id
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.