Skip to main content

JANGAN MENILAI SEORANG ITU HANYA DARI KEPANDAIAN BERBICARA SEMATA

Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99

(1). Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلىٰ أُمَّتِي، كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيْمُ اللِّسَانِ

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai lisannya"
(HR. Ahmad no. 143, hadits dari Umar bin al-Khaththab, ash-Shahiihah no. 1013)

(2). Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه berkata:

لا يعجبنكم من الرجل طَنْطَنَتُه، ولكن من أدى الأمانة وكف عن أعراض الناس فهو الرجل

"Jangan sekali-kali kalian terkagum dengan bagusnya seseorang dalam menyampaikan ucapannya (retorika), ​akan tetapi seseorang yang telah menunaikan amanah & menahan lisan dari membicarakan kehormatan orang lain, maka dialah orang (yang benar-benar mulia)"​
(As-Sunan al-Kubra VI/288)

(3). Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata:
❝ Sungguh amat banyak manusia dari generasi akhir yang terfitnah dengan hal ini, yaitu bahwa siapa saja yang banyak bicara, pandai berjidal dan berdebat dalam berbagai urusan agama, berarti lebih berilmu daripada orang yang karakternya tidak demikian. Ini tiada lain merupakan suatu kebodohan.

Lihatlah kepada pembesar para sahabat dan ulamanya mereka seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Mu'adz, Ibnu Mas’ud dan Zaid bin Tsabit, bagaimana kondisi mereka ? Ucapan mereka itu lebih sedikit daripada Ibnu Abbas namun mereka lebih berilmu daripada beliau.

Begitu pula ucapan para tabi'in lebih banyak daripada ucapannya para sahabat, namun para sahabat itu lebih berilmu daripada mereka. Demikian halnya para tabi’ut tabi'in, ucapan mereka itu lebih banyak daripada ulama tabi’in, namun demikian para tabi’in itu lebih berilmu daripada mereka. Ilmu itu tidaklah ditimbang dengan banyaknya riwayat dan ucapan. Akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang telah diberikan kepada hati seorang hamba. Dengannya hamba tersebut bisa memahami dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ia mampu mengutarakan kebenaran tersebut dengan berbagai ungkapan yang ringkas namun bisa
menghasilkan tujuan yang telah diinginkan".❞
(Fadhlu Ilmis Salaf 'alal Khalaf hal 5)

(4). Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata:

كم من إنسان طليق اللسان ، فصيح البيان ، إذا رأيته يعجبك جسمه ، وإن يقول تسمع لقوله ، ولكنه لا خير فيه

"Berapa banyak manusia yg pandai bicara lisannya, fasih penjelasannya, jika engkau melihatnya, tubuhnya akan menjadikanmu terkagum dan apabila dia berkata niscaya engkau akan mendengarkan perkataannya, tetapi (ternyata) dia tidak ada kebaikan pada (diri)nya"

(Syarah Riyadhus Shalihin VI/138)

✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar حفظه الله

Sumber: @najmiumar

Barakallahu fiikum __🍃🌹

🔰 @IslamAdalahSunnah

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.