Monday, May 9, 2022

Tanpa Tauhid Amal Ibadah tidak akan Bernilai


Telegram:

https://t.me/menebar_cahayasunnah

Tanpa Tauhid Amal Ibadah tidak akan Bernilai

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D Hafidzahullah

Tauhid merupakan cabang keimanan yang paling tinggi.

Adapun cabang-cabang keimanan yang lainnya *tidak akan diterima kecuali setelah sahnya cabang keimanan yang paling tinggi tersebut.

Rasulullah ﷺ* bersabda,

 الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ 

 ❝Iman itu lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah perkataan ‘laa ilaaha illallah’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah]. Sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman.❞(HR. Muslim no. 162)

An-Nawawi رَحِمَهُ اللّٰهُ* berkata ketika menjelaskan hadits tersebut,

 وَقَدْ نَبَّهَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ أَفْضَلهَا التَّوْحِيد الْمُتَعَيِّن عَلَى كُلّ أَحَد ، وَاَلَّذِي لَا يَصِحّ شَيْء مِنْ الشُّعَب إِلَّا بَعْد صِحَّتِهِ .

 “Nabi ﷺ telah mengingatkan bahwa cabang keimanan yang paling utama adalah tauhid, yang merupakan kewajiban bagi setiap orang. Sedangkan cabang keimanan yang lain tidak akan sah kecuali setelah sahnya cabang tauhid tersebut.”

(Syarh Shahih Muslim, 1: 112)

Ibadah Tidak Diterima Tanpa Tauhid

Syaikh Muhammad At-Tamimy رَحِمَهُ اللّٰهُ* membuat suatu ilustrasi yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama, yaitu tauhid. Sebagaimana yang dikatakan oleh beliau didalam kitabnya yang berjudul Al–Qawa’idul Arba’.

Beliau رَحِمَهُ اللّٰهُ berkata,

 فاعلم: أنّ العبادة لا تسمّى عبادة إلا مع التوحيد، كما أنّ الصلاة لا تسمّى صلاة إلى مع الطهارة، فإذا دخل الشرك في العبادة فسدتْ كالحدَث إذا دخل في الطهارة

”Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata,* pen.).

Sebagaimana shalat tidaklah disebut sebagai shalat kecuali dalam keadaan bersuci (thaharah).

Apabila ibadah tadi dimasuki syirik, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats yang masuk dalam thaharah.”

Dari ilustrasi yang beliau sampaikan tersebut, jelaslah bahwa ibadah kita tidak akan diterima kecuali dengan tauhid.

Hal itu seperti ibadah shalat dengan bersuci (thaharah).

Karena tauhid adalah syarat diterimanya ibadah, sebagaimana bersuci adalah syarat sah ibadah b bekas sujud, berpuasa di siang hari, atau rajin shalat malam.

Karena semua ibadah tersebut SYARATNYA adalah ikhlas dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Apabila terdapat satu saja dari ibadah tersebut yang dicampuri dengan kesyirikan, maka seluruh ibadah yang pernah dia lakukan akan batal dan hilanglah pahalanya

No comments:

Post a Comment

Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.

Mengapa Shalawat Nariyah Dilarang?