Skip to main content

TANDA2 ILMU YANG BERKAH



Telegram :

https://t.me/joinchat/Ltl-rhyYdZhaGLkjsdivYg

Seseorang yang sudah banyak belajar Islam, tetapi terkadang ilmu yang telah dipelajarinya itu tidak membekas, atau tidak bermanfaat dan juga tidak berkah. Lalu bagaimanakah cara utk mengetahui bahwa ilmunya itu sudah diberkahi oleh Allah 'Azza wa Jalla dan bermanfaat...?

Beberapa indikasinya di antaranya :

(1). Seseorang semakin ikhlas dalam ibadahnya kepada Allah, dan ia semakin sesuai dengan syariat dan sunnah Nabi ﷺ dalam mempelajari, & mengamalkan, mendakwahi dan mempertahankan ilmu

Imam al-Barbahaari رحمه الله berkata :

"Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan pada) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat dan kitab2. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmunya dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran & as-Sunnah, maka dia adalah seorang pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab2nya" (Syarhus Sunnah 99)

(2). Ilmu semakin menumbuhkan rasa takut seseorang kpd Allah (QS. 35 : 28)

Barangsiapa yang takut kpd Allah, maka dialah ‘alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dia jahil (orang yg jauh dari ilmu)

(3). Ilmu itu mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam mengerjakan ketaatan, dan semakin semangat dalam menjauhi berbagai dosa & kemaksiatan.

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :

"Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan" (Ad-Daa' wad Dawaa' hal 199)

(4). Ilmu tersebut akan mengantarkan seorang pada sifat qana’ah (senantiasa merasa cukup) dan zuhud pada dunia

Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله : 

"Zuhud terbagi tiga : (1). meninggalkan yang haram, maka itu adalah zuhudnya orang yg awam. (2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal dan itu zuhudnya dari orang yang khusus & (3). meninggalkan setiap perkara yang menyibukkan serta dapat menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-Arifin (yaitu orang yg telah berma'rifat kepada Allah)" (Mawaa'izh Imam Ahmad hal 50)

(5). Ilmu itu akan semakin menjadikan pada diri seseorang tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati selalu tunduk dan khusyu' kepada Allah, dan merasa hina di hadapan-Nya, serta semakin mudah utk menerima kebenaran dari siapa pun

Malik bin Dinar رحمه الله berkata : 

"Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan utk diamalkan, maka ilmu itu pun akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu jadi semakin ber-bangga2 diri" (Az-Zuhd hal 262 oleh Imam Ahmad)

(6). Ilmu itu akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian, dan dia juga enggan utk menyucikan diri sendiri, serta tidak suka ketenaran/popularitas

Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :

"Dan di antara tanda ilmu yg bermanfaat adalah membimbing pemiliknya utk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah (dari) kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu dia tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ serta yang berpegang teguh dengannya" (Majmu’ur Rasail 3/13)

(7). Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, & semakin bersabar. Dia mudah meredam amarah, & mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad dan dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya

Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :

"Dan ilmu yang berfaidah adalah ilmu yg teraplikasikan dengan amalan, dimana ilmu tersebut akan nampak pengaruhnya pada raut wajah, perilaku, dan akhlaknya, ibadah, ketenangan, rasa takut, dan yang lainnya. Dan ini merupakan perkara yang penting" (Asy-Syarhul Mumti' VII/166)

✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...