Isruwanti Ummu Nashifa
Dahulu Mihyar ad-Dailami, penganut agama Majusi, lalu masuk Islam. Sayangnya, ia jatuh dalam dekapan kaum Syi’ah Rafidhah. Ia menggubah syair-syair dalam mazhab Rafidhah yang berisi caci maki terhadap para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Hingga Abul Qasim bin Burhan mengatakan, “Hai Mihyar, engkau berpindah dari satu sudut neraka kepada sudut neraka lainnya. Engkau dahulu penganut agama Majusi, kemudian engkau masuk Islam dan mencaci maki sahabat Nabi!” (Al-Bidayah wa an-Nihayah XII / 41)
Islam yang bersumber dari Al-quran dan As-Sunah adalah jalan kebenaran dan keselamatan hidup. Dan setiap muslim diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla untuk selalu berpegang teguh pada keduanya agar jalan hidupnya terarah menuju hidayah-Nya. Realitanya, hidayah merupakan nikmat-Nya yang terbesar yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Sungguh kita diperintahkan untuk selalu memohon hidayah, ditunjukkan kepada jalan lurus, yakni shirathal mustaqim.
Sebagaimana kisah menyedihkan Mihyar ad-Dailami yang tersesat dalam memilih jalan hidup hingga menjadikannya tak menemukan kebenaran hakiki. Justru, ia terperangkap dalam kubangan kedurhakaan dengan menjadi seorang Syi’ah.
Kunci kebahagiaan adalah istiqamah pada Al quran dan As-Sunnah yang shahih.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukkanlah kami jalan lurus (yaitu, Kitab dan Sunnah).” (QS. Al-Fatihah : 6)
Orang yang tidak mendapatkan hidayah Allah ‘Azza wa Jalla akan tersesat jalannya dan hidupnya tiada berguna. Sebaliknya, orang yang dimudahkan Allah ‘Azza wa Jalla untuk memahami tauhid secara benar, mengetahui hakikat syirik, niscaya hidupnya akan damai karena ia telah menemukan mutiara kebahagiaan yang begitu dirindukan banyak orang.
Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk senantiasa memperbanyak permohonan agar hidayah Islam, lebih-lebih hidayah untuk mengenal jalan Sunnah tetap kokoh di hati, bahkan semakin kuat seiring dengan mantapnya aqidah dan pemahaman Islam yang benar sebagaimana yang ditempuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan direpresentasikan oleh para salafus shalih.
Di antara untaian doa agar seorang mukmin ditetapkan dalam hidayah Allah ‘Azza wa Jalla:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ، إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali-‘Imran : 8)
عَسَى رَبِّى أَنْ يَهْدِيَنِيْ سَوَﺁءَ السَّبِيْلِ
“Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” (QS. Al-Qashash : 22)
Semoga kita selalu dilindungi Allah ‘Azza wa Jalla dan hati ini tidak condong pada kesesatan karena para penyeru kesesatan saat ini terus menerus dengan segala macam tipu dayanya, baik di dunia maya maupun di dunia nyata tengah menanamkan makar-makar kejinya untuk mengajak pada kesyirikan, kebid’ahan, dan berbagai penyimpangan.
Tiada senjata ampuh, melainkan kekuatan dahsyat dari doa yang dilandasi keikhlasan diiringi dengan pemahaman akan kebenaran risalah Islam. Begitu pula, saatnya kaum muslimin mulai kembali pada ajaran-Nya, memahami sunnah-sunnah Nabi-Nya, dan waspada akan perkara-perkara yang menyimpang dari shirathal mustaqim.
Referensi
1. Kumpulan Do’a dari Alquran dan as–Sunah yang shahih, Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Pustaka Imam Asy-Syafi, 2016.
2. Majalah Salafy, Edisi XX/1418.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Muraji’: Ustadz Yulian Purnama
https://muslimah.or.id/10378-memohon-hidayah-allah.html
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.