Skip to main content

Aqidah Adzab Kubur Mutawatir



Oleh Ustadz Agus Hasan Bashori

Allah berfirman:

فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)” [Al-Baqarah/2:137].

Diantara aqidah Islam yang diimani oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang diajarkan kepada umatnya adalah adanya fitnah dan adzab kubur. Oleh karena itu memahami aqidah ini adalah sebuah keniscayaan. Apalagi dengan adanya gerakan yang menghidupkan kembali kesesatan Khawarij dan sebagian Mu’tazilah yang mengingkari adanya adzab kubur dengan syubhat yang mereka lontarkan, yaitu : Pertama, adzab kubur itu irrasional. Kedua, haditsnya berstatus ahad yang berarti tidak meyakinkan. Sementara meyakini yang zhanni adalah haram. Ketiga, adzab kubur hanyalah masalah khilafiyyah. Keempat, dalil-dalil tentang adzab kubur saling bertentangan (lihat: Absahkah Berdalil dengan Hadits Ahad dalam Masalah Aqidah dan Siksa Kubur, h. XVII, 57: Masalah-Masalah Khilafiyyah di antara Gerakan Islam, h. 169, 197).

Pada masa Imam al-Baihaqi (384-458 H), orang-orang Qadariyyah, Mu’tazilah bahkan Batiniyyah berpura-pura berintisab kepada madzhab hanafi. Ahli kalam dari kalangan mereka mengingkari hadits ahad dan mengingkari adzab kubur. Hal ini mendorong Imam al-Baihaqi untuk menulis kitab khusus yang berjudul “Itsbat Adzab al-Qabr”. Kitab ini sudah dicetak di Oman dengan tahqiq Dr. Syaraf Mahmud. Kini, karena pemikiran-pemikiran bid’ah ini muncul kembali dengan gencar, maka kami merasa terpanggil untuk memaparkan tentang fitnah kubur, adzab kubur, perintah memohon perlindungan dari adzab kubur, sebab-sebab yang mendatangkan adzab kubur dan yang menyelamatkan manusia darinya, sehingga menjadi jelas siapa yang benar dan siapa yang sesat, siapa yang mengikuti sunnah dan siapa yang mengikuti bid’ah, siapa yang mengikuti ulama salaf dan siapa yang mengkhianati mereka.

*FITNAH KUBUR*

Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah ujian bagi si mayit tatkala ditanya oleh dua malaikat, Munkar dan Nakir (Majmu’ al-Fatawa 4/257).

Hadits-hadits tentang fitnah kubur ini telah mutawatir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits al-Bara’ ibn ‘Azib, Anas ibn Malik, Abu Hurairah, dll. Fitnah kubur ini berlaku secara umum bagi setiap orang mukallaf, kecuali para Nabi yang masih ada khilaf (Ibid, 4/257).

Ibn Abdil Barr mengatakan: “Atsar yang shahih dalam bab ini menunjukkan bahwa fitnah kubur ini hanya berlaku bagi orang mukmin dan munafik, yaitu orang-orang sewaktu di dunia masuk dalam kategori ahli kiblat dan beragama Islam. Adapun orang-orang kafir yang ingkar, maka mereka tidak ditanya tentang Tuhan, agama dan nabinya. Obyek yang ditanya tentang ini semua adalah orang Islam. wallahu a’lam. ﴾Allah meneguhkan (iman) orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat﴿ (QS. Ibrahim: 27).”

Lebih lanjut Ibnu Abdil Barr mengatakan: “Dalam hadits Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kuburnya’ (HR. Bukhari, Tirmidzi, dll). Lafadz ini mengandung kemungkinan bahwa umat ini dikhususkan dengan hal tersebut, ini adalah perkara yang tidak qath’i. Wallahu a’lam.” (al-Tamhid 9/234-236). Sedangkan Ibnu al-Qayyim mentarjih bahwa ujian di dalam Barzakh berlaku juga untuk orang kafir dan munafik berdasarkan hadits Anas dan Bara’ dan keumuman al-Qur’an (al-Ruh, 104-107).

Berapa kali pertanyaan di kuburan?. Ubaid bin Umair mengatakan bahwa: “Yang diuji hanya dua orang mukmin dan munafik. Adapun orang mukmin maka ia diuji tujuh hari, sedangkan orang munafik maka ia diuji 40 hari.” (Ibid)

Imam Suyuthi menjelaskan bahwa fitnah kubur selama tujuh hari diriwayatkan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka. Antara lain Imam Ahmad dalam kitab Zuhud dari Thawus, Abu Nu’aim al AshFahani dalam al-Hilyah dari Thawus, Ibnu Juraij dalam Mushannafnya dari Ubaid bin Umair, Ibnu Rajab dalam Ahwal al-Qubur dari Mujahid dan Ubaid bin Umair… (al-Hawi 2/215-216).

Akan tetapi seluruh riwayat yang marfu’ dari Nabi n menunjukkan bahwa pertanyaan kubur hanya sekali. Wallahu a’lam (al-Tamhid 9/234).

Adapun orang yang tidak mukallaf, seperti anak kecil dan orang gila, maka para ulama’ berselisih menjadi dua pendapat:

1. Ia diuji, ini adalah pernyataan mayoritas Ahlu Sunnah, diceritakan oleh Abu al-Hasan ibn Abdus dari mereka, dan oleh Abu Hakim al-Nahrawani, dll.

2. Ia tidak diuji, sebab ujian itu untuk orang yang mukallaf di dunia.

Jumhur Ahlu Sunnah berhujjah dengan riwayat Imam Malik dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat jenazah atas anak kecil yang belum beramal kebajikan sama sekali, maka beliau berdo’a:

اللهم قهْ عذاب القبر وفتنة القبر

“Ya Allah lindungilah ia dari adzab kubur dan fitnah kubur” [al-Muwaththa’ 1/227].

Ibn Taimiyah berkomentar: “Ini menunjukkan bahwa ia diuji” (al-Majmu’ 4/280). Dan ini sesuai dengan orang yang menyatakan bahwa ia juga diuji dihari kiamat sebagaimana pendapat mayoritas ulama ahlu sunnah baik yang ahli hadits maupun ahli kalam, ini yang dipilih oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari sesuai dengan nash-nash Imam Ahmad (al-Majmu’ 4/257,277,278, lihat ibn al-Qayyim, dalam kitab al-Ruh 1/366-369; Fath al-Bari 3/239); Syarah al-Aqidah al-Wasithiyah, Khalid al-Muslih, 127.

*ADZAB KUBUR*

Madzhab salaf al-Ummah dan para imamnya adalah apabila seseorang itu telah mati maka ia berada dalam kenikmatan atau adzab (al-Majmu’ 4/266). Berikut ini adalah dalil-dalil dari al-Qur’an, sunnah dan ijma’ ulama.

*DALIL AL-QUR’AN*

1. Firman Allah

وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوْءُ الًعَذَابِ اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوُنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Dan Fir’aun beserta pengikutnya dikepung oleh adzab yang sangat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada mereka): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” [Al Mukmin/40 : 45-46].

Al-Qurtubi berkata: “Jumhur ulama mengatkan bahwa العرض ini ada dalam barzakh dan ini adalah hujjah bagi adanya adzab kubur” (Fathhul Bari 3/233; Tafsir al-Qurthubi 15/319; al-I’tiqad Aimmah al-Hadits, 69; Syarh Hadits Jibril dalam Fatawa al-Aqidah, h. 171-172; Fath al-Bari 3/231).

2. Firman Allah

وَِإنَّ لَّلذِيْنَ ظَلَمُوْا عَذَابًا دُوْنَ ذَلِكَ وَلَكِنْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ

“Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang dhalim ada adzab selain itu, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya“. [Ath-Thuur/52: 47]

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di mengatakan: “atkala Allah menyebutkan adzab untuk orang-orang zhalim di akhirat maka Dia memberitakan bahwa ada adzab untuk mereka sebelum adzab di hari kiamat nanti. Ini adalah mencakup adzab di dunia dengan dibunuh, ditawan dan diusir dan mencakup adzab Barzakh dan adzab kubur, akan tetapi kebanyakan mereka tidak meyakini” [Tafsir al-Karim al-Rahman 5/122]

3. Firman Allah

إذَ الظَّاِلُمْوْنَ فِي غَمَرَاتِ اْلَموْتِ وَالْمَلاَئِكَةُ بَاسِطُوْا أَيْدِيْهِمْ أَخْرِجُوْا أَنْفُسَكُمْ الَّيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ

“Sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang dzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): “keluarkanlah nyawamu”, di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan“. [Al An’am/6: 93].

Ibn Abbas berkata: “Ini adalah ketika mati, para malaikat memukuli wajah dan pantat mereka” (fath al-Bari 3/2337). Hal ini disaksikan oleh Surat Muhammad ayat 27 dan Surat al-Anfal ayat 50-51.

4. Firman Allah

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit “. [Thaha/20: 124]

Ini terjadi sebelum hancurnya dunia, karena setelah itu Allah berfirman:

ونحشره يوم القيامة أعمي Allah menjelaskan bahwa kehidupan yang sempit itu sebelum hari kiamat, dalam kenyataan di dunia kita lihat Yahudi dan Nasrani serta kaum musyrikin berada dalam kemewahan dan kemakmuran, ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Allah bukanlah kesempitan rizki dalam kehidupan dunia, akan tetapi dalam kehidupan setelah mati sebelum hari kebangkitan. (I’tiqad Aimmah al-Hadits, 70).

Syaikh Abdur Rahman As Sa’di menegaskan: “Sebagai balasan untuknya adalah Kami jadikan kehidupannya sempit dan susah. Hal ini tidak lain adalah adzab. Kehidupan yang sempit ditafsiri dengan adzab kubur karena kuburan disempitkan atasnya, dia dikurung dan diadzab sebagai balasan bagi perbuatannya yang berpaling dari dzikir kepada Allah, ini adalah salah satu ayat yang menunjukkan adanya adzab kubur. Ayat yang kedua adalah dalam Surat al-An’am nomor 93, ayat ketiga dalam Surat al-Sajdah nomor 27 dan keempat dalam Surat al-Mukmin nomor 45-46. Sebagian ahli tafsir memandang bahwa kehidupan yang sempit itu meliputi di alam dunia …… di alam barzakh dan di alam akhirat, karena mutlak tidak dibatasi” [Taisir al-Karim al-Rahman 3/230). Selain itu adzab kubur juga dikandung oleh Surat al-Waqi’ah ayat 83-96, al-Fajr: 27, al-Taubah: 101, al-Israa’: 75, Ibrahim: 27, al-Takatsur: 1-4. (lihat al-Jami’ li Syu’ab al-Iman 2/ 311-315, 331].

*DALIL AS-SUNNAH*

Hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang adzab kubur sangat banyak, hingga Ibn Abd al-Barr mengelompokkannya dalam hadits mutawatir (al-Tamhid 9/230), begitu pula ibn Taimiyah (al-Majmu’ 4/285), ibn al-Qoyyim (al-Ruh, 65 dan Miftah daar al-Sa’adah 1/207), dan Imam Ali ibn Abd al-Izz, (Tahdzib syarah al-Thahawiyah, 238), al-Allamah al-Aini (Umdah al-Qari 8/146(, ibn Rajab (Ahqal al-Qubur, h. 81), al-Allamah al-Safarini (Lawami’ al-Anwar 2/5), Imam Suyuthi (Syarh al-Shudur, h. 48 dan Syaikh al-Albani (Silsilah Ahadits al-Shahihah 1/295-296), Hadits Adzab kubur ini diriwayatkan oleh 29 sahabat. Diantara hadits-hadits tersebut:

1. Hadits Al-Bara’ Ibn ‘Azib.

Hadits al-Bara’ ibn ‘Azib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, ia akan didatangi (oleh malaikat) lalu dia bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, itulah yang dimaksud oleh firman Allah (Ibrahim : 27)

فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ يثبت الله الدين امنوا بالقول الثابت

“Dan dari jalur isnad lain, Ghundar menambahkan: “Ayat ini turun berkenaan dengan adzab kubur” [HR. Bukhari no.1369, Muslim no.2871]

Hadits Bara’ ini secara panjang lebar diriwayatkan oleh Ahmad 4/287; Hakim 1/37 dan Ibn Abi Syaibah 3/381. [Lihat al-Tamhid 9/232].

2. Hadits ibn Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dan alinnya.

Tatkala orang-orang musyrik dimasukkan dalam al-Qalib (sumur), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka: “Hai fulan-hai fulan, apakah kalian telah mendapatkan bahwa apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian adalah benar? Sesungguhnya aku mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku adalah benar” (HR Bukhari no.1370, 3976, 3980, 4026, Muslim no. 2873). Ini menunjukkan keberadaan mereka, pendengaran mereka dan kebenaran adzab yang yang dijanjikan oleh Allah setelah mati. [Al-Majmu’ 4/267].

3. Hadits Aisyah رضي الله عنها

Ia berkata: “Seorang wanita Yahudi Madinah yang sudah tua masuk ke rumahku. Ia berkata bahwa ahli kubur itu disiksa di dalam kuburnya, maka saya mendustakannya, tidak mempercayainya. Setelah ia keluar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah, maka saya ceritakan kalau seorang wanita Yahudi tua telah datang dan menyatakan bahwa ahli kubur itu disiksa dalam kuburnya, maka Beliau bersabda: “Wanita itu benar, mereka disiksa dengan siksaan yang bisa didengar oleh seluruh binatang”. Aisyah berkata: “Maka setelah itu saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat melainkan beliau memohon perlindungan dari adzab kubur”. Ghundar menambahkan: “Adzab kubur adalah haq”. [HR Bukhari no. 1372,6366 dan Muslim 586].

4. Hadits Ummu Mubasysyir رضي الله عنها

Dia berkata: Ketka aku sedang berada di kebun, Beliau bersabda kepadaku, “Berlindunglah kalian dari adzab kubur”. Saya bertanya: Wahai Rasulullah, apakah dalam kubur ada adzab?. Beliau menjawab: Sesungguhnya mereka disiksa di dalam kuburnya dengan siksaan yang bisa didengar oleh hewan.” [Hadits shahih riwayat Abu Hatim al-Busti, shahih, lihat Syarah Aqidah al-Wasithiyah 130; al-Ruh: 67].

5. Hadits Asma’ binti Abi Bakar رضي الله عنها

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (setelah shalat kusuf): “Tidak ada sesuatu pun yang belum aku lihat melainkan aku telah menyaksikannya dari tempatku ini hingga surga dan neraka. Dan telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian diuji di dalam kubur kalian, seperti atau mendekati fitnah Dajjal.” [HR. Malik: 40; Bukhari 1/95, dll, lihat al-Tamhid 9/227-228]

6. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan di dalam kuburnya dan ditinggalkan oleh pengantarnya- dan dia mendengar suara sandal mereka – ia didatangi oleh dua malaikat dan didudukkan, lalu keduanya menanyai: “Apa yang kamu ketahui tentang perihal orang ini, maksudnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang mukmin akan menjawab: Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Lalu dikatakan: “Lihatlah kepada tempat dudukmu dari neraka, Allah telah menggantikannya untukmu tempat duduk surga, lalu ia melihat kepada keduanya sekaligus”.

Qatadah berkata: “Disebutkan kepada kami bahwa kuburnya diluaskan untuknya”. Kemudian kembali kepada hadits Anas. “Adapun orang munafik dan orang kafir maka mereka menjawab: Saya tidak tahu, saya dulu menirukan ucapan orang-orang. Maka dikatakan : Kamu tidak tahu, kamu tidak baca (al-Qur’an) (atau tidak mengikuti orang yang tahu -pent)”, kemudian dia dipukul sekali dengan palu godam yang terbuat dari besi, maka ia menjerit dengan jeritan yang bisa didengar oleh seluruh mahluk yang ada di sekitarnya selain manusia dan jin”. [HR Bukhari no. 1347].

Dalam hadits Bara’ disebutkan: Seandainya dipukulkan pada gunung tentu akan hancur menjadi debu. Dalam hadits Asma’: “Seekor binatang yang dikirim ke dalam kuburnya ia membawa cambuk dan ujungnya adalah bara api sebesar kepala unta, ia memukulinya sesuai dengan kehendak Allah, tanpa ada suara ia tidak mendengar suaranya sehingga tidak merasa kasihan kepadanya”. Dalam hadits Abu Said, Abu Hurairah dan Aisyah ada tambahan: “Kemudian dibukalah pintu surga untuknya lalu dikatakan kepadanya: ‘Ini adalah tempat tinggalmu seandainya kamu beriman kepada Rabbmu, karena kamu telah kufur maka Allah mengganti ini (dengan neraka), lalu dibukalah satu pintu ke neraka’”. Dalam hadits Abu Hurairah ada tambahan: “Maka ia semakin menyesal dan tersiksa, dan kuburnya menghimpitnya hingga tulang rusuknya porak-poranda”. Dalam hadits al-Bara’ dinyatakan “Maka ada yang memanggil dari langit: “Hamparkan untuknya tikar dari neraka, pakaikan baju dari neraka dan bukakanlah untuknya satu pintu menuju neraka, maka sampailah kepadanya panasnya neraka”. [Fath al-Bari 3/237-240]

7. Hadits Abu Ayyub al-Anshari.

Ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallan dari rumah pada waktu matahari telah terbenam, maka beliau bersabda: ‘Orang-orang Yahudi itu disiksa dalam kuburnya’”. [HR Bukhari no. 1375 dan Muslim 2869].

8. Hadits Zaid bin Tsabit

Dia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi w sallam berada di suatu kubur milik Bani Najjar di atas sebuah keledai -dan kami bersama beliau- tiba-tiba keledai itu berputar-putar hingga hampir menjatuhkan Nabi Shallallahu ”alaihi wa sall, ternyata di sana ada kuburan yang berjumlah enam, lima atau empat, maka beliau bertanya: ‘Siapa yang mengetahui perihal kuburan ini?’ Maka seseorang berkata: ‘Saya’, beliau bertanya: ‘Kapan mereka mati?.’ Dia menjelaskan: ‘Mereka itu mati dalam keadaan syirik’, maka beliau bersabda: ‘Sesungguhnya mereka ini diuji di dalam kuburnya. Seandainya kalau tidak saling dikubur tentu aku mohon kepada Allah agar memperdengarkan kepadamu suara siksa kubur yang aku dengar’. Kemudian beliau menghadap kami dan bersabda: ‘Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur’. Mereka berkata: ‘Kami berlindung kepada Allah dari adzab kubur’. Beliau bersabda: ‘Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab neraka’. Mereka berkata: ‘Kami berlindung kepada Allah dari adzab neraka’. Beliau bersabda: ‘Mintalah perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tersembunyi’. Mereka berkata: ‘Kami berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tersembunyi’. Beliau bersabda: ‘Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah dajjal’. Mereka berkata: ‘Kami berlindung kepada Allah dari fitnah dajjal”. [HR Muslim 2867].

9. Hadits Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhuma

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan tidaklah mereka disiksa karena dosa besar. Salah satunya adalah karena ia mengadu domba, adapun yang lainnya karena tidak bertabir dari kencingnya. Kemudian beliau minta satu pelepah kurma yang basah lalu membelahnya menjadi dua, kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan. Mereka bertanya heran: ‘Ya Rasul Allah mengapa anda melakukan ini?’. Beliau menjawab: ‘Semoga diringankan siksa itu dari meraka berdua selama kedua pelepah tidak kering”. [HR Bukhari: 216 &1378; Muslim: 292].

10. Hadits Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.

Rasulullah Shallallahu ‘aliahi wa sallam mengajarkan kepada mereka do’a berikut ini, sebagaimana beliau mengajarkan satu surat al-Qur’an: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari adzab jahannammu, aku berlindung kepadamu dari adzab kubur, aku berlindung kepadamu dari fitnah al-Masih al-Dajjal dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian”. [HR Muslim: 590; Malik: 450; Nasa’i :8/277; Abu Daud: 980; Tirmidzi: 3494; Ibnu Majah: 3840, dan lainnya]

11. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang kamu selesai dari tasyahhud akhir, maka ucapkanlah: ‘Aku berlindung kepada Allah dari empat hal; dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah al- Masih al-Dajjal’”. [HR Muslim: 588].

12. Hadits Asma’ Ummu Khalid binti Khalid ibn Said ibn al-Ash رضي الله عنها .

Dia mendengar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari adzab kubur [HR. Bukhari : 1376, 6374].

Dalam lafadz lain Nabi bersabda:

استجروا با الله من عذاب القبر فان عذاب القبر حق

“Mintalah pertolongan kepada Allah dari adzab kubur, karena sesungguhnya adzab kubur itu benar-benar terjadi“. [HR al-Thabrani. Lihat Fath al-Bari 3/242].

13. Hadits Ibn Umar Rahimahullah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya apabila salah seorang kamu mati, maka tempat duduknya ditampakkan kepadanya diwaktu pagi dan waktu sore, jika ia ahli surga maka (yang ditampakkan) adalah surga, dan jika ahli neraka maka (yang ditampakkan) adalah neraka, lalu dikatakan kepadanya: ‘Inilah tempat dudukmu hingga Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat”. [HR Bukhari: 1379, 3240, 6515 dan Muslim].

14. Hadits Usman ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kubur itu adalah persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akhirat, jika seorang hamba selamat daripadanya, maka apa yang ada setelah itu adalah lebih dasyat”. [HR Tirmidzi, Ibn Majjah dan Hakim, disahihkan oleh Hakim].

*IJMA ULAMA AHLIS SUNNAH.*

Seluruh ulama ahli sunnah menetapkan adanya adzab kubur, tidak ada yang menolak kecuali ahli bid’ah, dan kelompok Khawarij dan sebagian Mu’tazilah, seperti Dhirar ibn Amr, Bisyr al-Murisi dan Yahya ibn Kamil, sementara mayoritas Mu’tazilah seperti al-Jubba’i dan anaknya al-Balkhi adalah mengimani. (lihat Fath al-Bari 3/233). Sebagai contoh kita sebutkan imam madzhab empat dan ulama lainnya.

1. Abu Hanifah: “Pertanyaan mungkar dan nakir di dalam kubur adalah haq. Pengembalian ruh pada jasad di dalam kubur adalah haq, himpitan kubur dan adzabya adalah haq bagi seluruh orang kafir, dan bagi sebagian orang mukmin yang ahli maksiat adalah haq yang jaiz”. [As-Syarh al-Muyassar li Fiqh al-Akbar. 79].

2. Malik bin Anas meriwayatkan dalam al-Muwaththa’ do’a Abu Hurairah yang memohonkan perlindungan dari adzab kubur untuk anak-anak kecil yang telah dishalatinya (hal 227) dan meriwayatkan wanita yahudi yang disiksa di dalam kuburnya (hal 234).

3. Imam Syafi’i berkata: “Adzab kubur itu benar adanya dan pertanyaaan yang diajukan kepada penghuni kubur juga benar adanya”. [Al-‘Itiqad oleh al-Baihaqi. 255,256,262; Manaqib Asy-Syafi’i 1/415-416].

4. Imam Ahmad berkata: “Diantara ajaran sunnah yang wajib dan barang siapa meninggalkan salah satunya maka tidak diterima dari padanya dan tidak termasuk ahli sunnah adalah … iman dengan adzab kubur dan bahwasanya umat ini adalah ditanya di dalam kuburnya tentang iman dan Islam”. [Al-lalikai I/156 dll. Lihat Ushuluddin ‘inda al-Aimmah al-Arba’ah, al-Qifari hal. 100].

Beliau juga mengatakan: “Adzab kubur itu haq, tidak ada yang mengingkari melainkan orang yang sesat lagi menyesatkan” [Ar-Ruh: 71; Thabaqat Hanabilah 1/66].

5. Imam al-Asy’ari berkata: “Mu’tazilah telah mengingkari adzab kubur, semoga kita dihindarkan dari padanya, padahal telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengn beragam riwayat dan oleh sekian banyak sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Tidak seorangpun dari mereka yang mengingkari atau menolaknya. Ringkasnya, ini merupakan Ijma’ dari para sahabat Radhiyallahu ‘anhum” (Al-Ibanah: 166). Di dalam kitab yang lain beliau berkata: “Ahlu Sunnah wal-Jamaah bersepakat bahwa adzab kubur itu haq (Risalah ala Ahl al-Tsaghr, h. 279), mereka mengimani Munkar dan Nakir” [Maqalat al-Islamiyyin, lihat I’tiqad ahlu sunnah Ashhab al-Hadits, 138].

6. Imam Ali ibn Abi al-Izz al-Hanafi berkata: “Telah mutawattir berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang adanya adzab kubur dan nikmat kubur bagi penghuninnya. Begitu pula tentang pertanyaan dua malaikat. Maka wajib meyakini dan mengimani kebenarannya”. [Tahdzib al-Thahawiyah. 238]

7. Ibn Abdil Barr berkata: “Atsar dalam masalah ini (fitnah kubur) adalah mutawattir. Seluurh Ahlu Sunnah mengimaninya. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali ahli bid’ah”. [At-Tamhid 9/270; lihat juga Ibid 5/29].

*PENYELAMAT DARI ADZAB KUBUR*

Imam Abu Laits al-Samarqandi berkata: “Barang siapa ingin selamat dari adzab kubur, maka ia harus melestarikan empat perkara dan meninggalkan empat perkara. Empat perkara yang harus dilestarikan adalah: shalat lima waktu, sedekah, membaca al-Qur’an dan banyak bertasbih.

Sesungguhnya empat hal ini adalah menerangi kubur dan melapangkannya. Adapun empat perkara yang wajib dihindari adalah: Dusta, khianat, adu domba dan tidak hati-hati dalam buang air kecil”. [Tanbih al-Ghafilin hal. 45].

Sementara itu dalam Tadzkirah, Al-Qurthubi menyebutkan bahwa di antara hal-hal yang dapat menyelamatkan dari adzab kubur, diantaranya adalah:

1. Ribath Fi Sabilillah, artinya menjaga wilayah Islam dan daerah perbatasan dari musuh-musuh Islam.

2. Membaca Surat al-Mulk setiap malam, begitu pula membaca Surat al-Ikhlas pada waktu sakit sebelum meninggalnya.

3. Meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at.

4. Meninggal dalam peperangan melawan orang kafir (mati syahid), termasuk digolongkan dengan syahid adalah orang mukmin yang meningga karena Tha’un, sakit perut, tenggelam, reruntuhan, melahirkan, kebakaran, membela harta, darah dan kehormatannya.

Semoga kita semua dihidupkan dan dimatikan di atas landasan Islam dan Sunnah dan diselamatkan dari segala fitnah.

Malang, 17 Juli 2004

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]

https://almanhaj.or.id/2570-aqidah-adzab-kubur-mutawatir.html


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.