Skip to main content

Tahlilan Tidak di contohkan Nabi dan Sahabat ?

Tenanglah ...Tidak usah buat tahlilan ...

Agama tidak serumit itu dan apalagi sampai  menyusahkan ...

Islam itu mudah !!!

ANAK YANG TIDAK TAHLILAN ITULAH ANAK YANG BERBAKTI ..!!!

KEnapa...?????

Acara Yahlilan (selamatan kematian) dan Yasinan kematian, tidak pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, para sahabatnya, para Tabi'in dan Tabi'ut tabi'in. Demikian juga tidak diajarkan oleh para Imam Madzhab. Andaikan tata cara ibadah semacam itu adalah memang baik dan merupakan bagian dari agama, tentu Nabi dan sahabat sudah mengerjakannya.

Dan tentunya hampir setiap hari ada orang meninggal di masa mereka. Andaikan ada acara-acara seperti itu, sudah banyak riwayat yang shahih dan jelas yang sampai kepada kita.

Anak yang tidak mengadakan Tahlilan dan Yasinan atas kematian orang tuanya, sering diejek dan dituduh sebagai anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya.

Sekarang perlu diubah paradigmanya, justru anak yang tidak mengadakan Tahlilan, itulah anak yang berbakti

Kenapa.....??!!

Karena dalam hadits dari Umar bin Khathab radhiallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الميِّتَ يُعذَّبُ ببكاءِ أهلِه عليه

"Sesungguhnya mayit itu diadzab (di dalam kuburnya) ketika keluarganya menangisinya". 

(HR. Bukhari no. 1304, Muslim no. 929).

Dalam riwayat lain :

المَيِّتُ يُعَذَّبُ في قَبْرِهِ بِما نِيحَ عليه

"Sesungguhnya mayit itu diadzab (di dalam kuburnya) ketika keluarganya melakukan NIHAYAH terhadapnya". 

(HR. Bukhari no. 1292, Muslim no. 927).

Padahal kumpul-kumpul di rumah duka dan makan-makan termasuk NIHAYAH 

Jarir bin Abdillah radhiallahu'anhu mengatakan :

كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ ، وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ : مِنْ النِّيَاحَةِ

"Dahulu kami (para sahabat Nabi) menganggap kumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan membuat makanan di sana, setelah mayit dimakamkan, ini semua termasuk NIHAYAH".

(HR. Ahmad no. 6866, Ibnu Majah no. 1612. shahih).

Bahkan Imam Asy Syafi'i mengatakan :

وَأَكْرَهُ الْمَأْتَمَ ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ بُكَاءٌ ، فَإِنَّ ذَلِكَ يُجَدِّدُ الْحُزْنَ ، وَيُكَلِّفُ الْمُؤْنَةَ مَعَ مَا مَضَى فِيهِ مِنْ الْأَثَرِ

"Aku melarang ma'tam, yaitu kumpul-kumpul (di tempat mayit). WALAUPUN TIDAK MENANGISINYA. Karena perbuatan ini memperbarui kesedihan dan membebani keluarga mayit setelah mereka tertimpa kesedihan". 

(Al Umm, 1/318).

Perhatikan, justru acara kumpul-kumpul di rumah mayit dapat menjadi sebab disiksanya mayit di dalam kubur.....!!!!.

Maka anak yang tidak mengadakan acara seperti ini justru adalah anak yang berbakti kepada orang tua, karena ia berusaha menyelamatkan orang tuanya dari adzab kubur.

Mendo'akan orang tua yang meninggal tentu baik, NAMUN itu bukan berarti mengadakan acara selamatan kematian...!! 

Mendoakan orang tua bisa kapan pun dan dimanapun. Dengan do'a-do'a yang Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam ajarkan atau do'a-do'a dengan bahasa sendiri. Setiap saat kita do'akan mereka yang sudah wafat, terutama di waktu-waktu mustajab do'a. Tidak perlu membuat ritual baru yang tidak pernah diajarkan agama...!!

Semoga Allah Ta'ala memberi taufik

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.