Skip to main content

Perkataan Para Imam Dalam Mengikuti Sunnah


Pada kajian kali ini kita akan bahas tentang أقوال الأئمة في اتباع السنة وترك أقوالهم المخالفة لها (Perkataan para imam dalam mengikuti sunnah dan meninggalkan perkataan mereka yang menyalahi sunnah).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اتَّبِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, jangan kalian mengikuti selainnya dari wali-wali, sedikit sekali kalian ingat.” (QS. Al-A’raf[7]: 3)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Jangan kamu ikut apa yang kamu tidak ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, mata dan hati akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Isra[17]: 36)

Perkataan para imam dari empat imam madzab, yaitu di antaranya:

IMAM ABU HANIFAH RAHIMAHULLAH

Beliau berkata:

لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه

“Tidak halal bagi seseorangpun untuk mengambil pendapat kami selama dia belum tahu darimana kami mengambilnya.”

Artinya dia harus tahu sumber dari perkataan para imam ini. Dalilnya ada atau tidak.

Beliau juga berkata:

حرام على من لم يعرف دليلي أن يفتي بكلامي

“Haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku untuk berfatwa dengan perkataanku.”

Beliau berkata lagi:

إذا قلت قولا يخالف كتاب الله تعالى وخبر الرسول صلى الله عليه وسلم فاتركوا قولي

“Apabila aku berpendapat atau aku berfatwa yang menyalahi kitabullah ta’ala dan juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka tinggalkan perkataanku.”

IMAM MALIK BIN ANAS RAHIMAHULLAH

Kata Imam Malik bin Anas:

إنما أنا بشر أخطئ وأصيب فانظروا في رأيي فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه

“Sesungguhnya aku adalah manusia biasa, aku salah dan aku benar. Maka perhatikan dari fatwaku; yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah kalian ambil, dan setiap apa yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah maka tinggalkan pendapatku.”

Beliau juga berkata:

ليس أحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ويؤخذ من قوله ويترك إلا النبي صل الله عليه وسلم

“Dan tidak ada seorang pun sesudah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melainkan diambil perkataannya dan ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLAH

Syaikh Al-Albani Rahimahullah berkata bahwa nukilan dari beliau dalam masalah ini sangat banyak dan baik sekali. Di antaranya Imam Syafi’i berkata:

أجمع المسلمون على أن من استبان له سنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يحل له أن يدعها لقول أحد

“Telah ijma’ kaum muslimin bahwasanya siapa yang sudah jelas baginya sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka tidak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena perkataan/pendapat/fatwa seseorang.”

Yang wajib kita ikut adalah sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Beliau juga mengatakan:

إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ودعوا ما قلت

“Apabila kalian mendapatkan dalam kitabku menyalahi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka hendaklah kalian berkata: ‘ikutilah sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tinggalkan fatwaku.'”

Beliau juga mengatakan:

فاتبعوها ولا تلتفتوا إلى قول أحد

“Maka ikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jangan kalian menoleh kepada pendapat seseorang.”

Kemudian Imam Syafi’i mengatakan:

إذا صح الحديث فهو مذهبي

“Apabila sah satu hadits, maka itulah madzhabku.”

Beliau juga berkata:

إذا رأيتموني أقول قولا وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم خلافه فاعلموا أن عقلي قد ذهب

“Apabila kalian melihat aku berpendapat/berfatwa dengan satu pendapat, dan telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berbeda dengan pendapatku, ketahuilah bahwa akalku sudah hilang.”

Maksudnya kalau sudah ada hadits Nabi, jelas sudah shahih, lalu ada fatwa seorang Syaikh atau ulama, maka yang wajib diambil adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Beliau juga berkata:

كل ما قلت فكان عن النبي صلى الله عليه وسلم خلاف قولي مما يصح فحديث النبي أولى فلا تقلدوني

“Setiap apa yang aku ucapkan dan ada dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam riwayat yang shahih menyalahi pendapatku, maka hadits Nabi yang wajib diikuti, jangan kalian taqlid kepadaku.”

IMAM AHMAD BIN HAMBAL RAHIMAHULLAH

Beliau berkata:

لا تقلدني ولا تقلد مالكا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري وخذ من حيث أخذوا

“Jangan kalian taqlid kepadaku, jangan taqlid kepada Imam Malik, jangan taqlid kepada Imam Syafi’i, jangan taqlid kepada Imam Al-‘Auza’i, jangan taqlid kepada Imam Sufyan Ats-Tsauri, dan ambillah dari mana mereka mengambil.”

Tentang dasarnya tidak boleh taqlid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan jangan kamu ikut apa yang kamu tidak tahu, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan ditanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Isra[17]: 36)

Bahkan kata Imam Ahmad juga:

الاتباع أن يتبع الرجل ما جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن أصحابه

“Ittiba’ adalah seseorang mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi dan para sahabatnya.”

Beliau berkata juga:

رأي الأوزاعي ورأي مالك ورأي أبي حنيفة كله رأي وهو عندي سواء وإنما الحجة في الآثار

“Pendapat Imam Al-Auza’i, pendapat Imam Malik, pendapatnya Imam Abu Hanifah, semuanya pendapat dan semuanya sama di sisiku, yang menjadi hujjah itu adalah hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Ini seperti perkataan:

إذا ورد الأثر بطل النظر

“Apabila sudah datang hadits, maka batal semua pendapat.”

Hal ini menunjukkan bahwasanya tidak ada pendapat/fatwa kalau sudah ada nash/dalil. Keempat imam ini adalah orang alim semua dan diakui oleh seluruh ulama dunia. Mereka mengatakan bahwa kalau ada pendapat mereka yang menyalahi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka buang pendapat mereka dan ikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka yang kita ikuti adalah dalil, kita akan selamat dunia akhirat.

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.