Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits
Posted by Khoir Bilah
Mari sejenak kita membaca bagaimana kesederhanaan Nabi SAW dalam urusan makan, di antara kesederhanaan Nabi SAW adalah seusai sholat subuh beliau tidak langsung pulang namun beliau berdzikir hingga terbit matahari baru setelah itu Nabi SAW pulang dan menemui istrinya. Kita akan simak bagaimana penuturan ummul mukmini Aisyah RA.
Beliau pernah menceritakan suatu ketika Nabi SAW pernah menemuiku kemudian beliau bertanya: apakah kalian memiliki sesuatu untuk sarapan(untuk di makan)? masyaAllah pertanyaan yang sangat sederhana apakah anda, apakah kalian memiliki sesuatu untuk sarapan? hanya sesuatu, sekalipun sangat sederhana yang penting bisa untuk sarapan. Ketika Aisyah RA tidak memiliki makanan untuk sarapan sang istri dengan jujur mengatakan: tidak ada yaa Rasulullah.
Coba kita bisa perhatikan bagaimana jawaban suami yang mulia ini? Ketika beliau mendengar tidak ada yang bisa dimakan yaa Rasulullah, beliau mengatakan: jika demikian saya puasa saja. Subhanallah jawaban yang sangat indah dari seorang suami terbaik didunia, ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari dialog sederhana ini, namun kita hanya akan membatasi untuk masalah pola makan Rasulullah SAW.
Kita bisa perhatikan, bagi Nabi SAW urusan makan merupakan masalah yang paling sederhana, prinsip beliau kalau ada dimakan, kalau tidak ada beliau puasa, beliau tidak pesan untuk di masakkan yang aneh-aneh atau minta istri untuk di datangkan makanan yang merepotkan dirinya. Kemudian hal istimewa lainnya Nabi SAW tidak pernah mencela makanan, jika beliau berselera beliau akan makan dan jika beliau kurang selera beliau tinggalkan, sama sekalitidak mencela makanan, tidak memberikan komentar untuk makanan.
Kita bisa simak bagaimana persaksian Abu Hurairoh RA, beliau pernah mengatakan:
“Rasulullah SAW beliau sama sekali tidak pernah mencela makanan, jika beliau menyukai beliau akan makan dan jika beliau tidak selera beliau tinggalkan”
Baik, kita akan coba bandingkan dengan kondisi masyarakat di zaman kita sekarang ini, kita bisa perhatikan ketika masyarakat sudah di kendalikan oleh sebuah budaya yang di kenal dengan budaya kuliner, urusan makan itu menjadi sesuatu yang sangat rumit bahkan yang di fikirkan bukan lagi soal rasa sampai yang difikirkan adalah soal cara penyajian, bagaimana dia makan, bagaimana cara orang bisa bahagia ketika makan dan itu menyita banyak perhatian.
Sampai saya pernah mendengar ada sebuah restaurant yang menyajikan makanan disamping kandang singa masyaAllah, laa haula walaa quwwata illa billah, hanya untuk mendapatkan kepuasan makan, orang itu harus makan yang aneh-aneh.
Dulu mungkin kita tidak pernah begitu perhatian dengan yang namanya sarjana ahli masak, kita tidak pernah perhatian dengan jurusan tata boga, sekarang masyaAllah permintaannya luar biasa peminatnya banyak sekali bahkan menjadi salah satu kebanggaan orang itu banyak yang sudah bercita-cita jadi cheef ahli masak hingga melupakan ilmu-ilmu yang lainnya yang lebih berharga.
Itulah budaya kuliner, budaya yang telah mempengaruhi banyak manusia menjadi budak bagi pencernaannya, budaya yang mendidik orang untuk bersikap boros, budaya yang mengajarkan kita buang-buang waktu hanya untuk satu urusan yaitu urusan perut. Semoga Allah SWT menjadikan kita hambanya yang bisa menghargai waktu.
Sumber: https://catatankajian.com/674-melawan-budaya-kuliner-ustadz-ammi-nur-baits.html
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.