Pengingat untuk para ahli taklid
Dalam dunia ini banyak orang-orang yang enggan, malas belajar agama, tidak pakai nalar dan logika sehat hingga hanya mau terima bersih dengan taklid buta ikut imam, ustadz, pak kyai, anjengan, buya, dst.
Ketika orang yang di elukan sesat merekapun turut tersesat, orang yang disanjung setinggi langit menyeru ke neraka, para jama’ah setia menemani sang pemimpin ke neraka.
Setiba di neraka barulah tangisan penyesalan sia-sia tak berguna, karena “nasi telah menjadi bubur”. Mereka akan protes minta pada Allah agar yang dahulu mereka panuti dan ikuti dibenamkan dalam kerak neraka dan diazab berlipat ganda atas perbuatan mereka yang telah menyesatkan para pendukung dan pengikut.
Allah berfirman:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ًًً، رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا [الأحزاب : 68]
Mereka berkata: ”duhai Tuhan, kami sungguh dahulu (di dunia) mematuhi para pemimpin kami dan para pembesar kami, maka merekalah yang telah menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Duhai Tuhan kami berilah mereka Azab dua kali lipat dari apa yang kami rasakan dan laknatlah mereka laknat yang besar..” (QS:Al -Ahzab :67-68)
Jalan keselamatan adalah mengikut jejak Rasulullah Nabi yang maksum, bukan mem”bebek” ikut figur yang belum tentu selamat dari kesalahan dan penyimpangan. Apapun gelar kehormatan yang disematkan padanya.
Cara beragama yang salah adalah dengan menjadikan sosok manusia tertentu seolah Nabi yang tak pernah salah, mematuhi dan mengikutinya secara membabi-buta, membangun loyal cinta dan benci di atas dirinya, tanpa melihat dalil dan rambu syariat.
Siapa yang jadi musuhnya dimusuhi.. siapa yang menjadi sahabat dan kecintaannya dicintai.. bila ia teriakkan “perang” maka mereka setia berperang untuknya, bahkan rela mati dan menukar darahnya..
Di hari kiamat nasib mereka akan persis sebagaimana digambarkan Allah dalam kitabNya:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بعد إذ جاءني } الآية. الفرقان ٢٧-٢٨
“Ingatlah pada hari orang-orang zalim menggigit kedua tangannya dan berkata menyesal: ”duhai sekiranya dulu aku mengambil jalan kebenaran bersama Rasul, Duhai kalaulah sekiranya dulu aku tidak menjadikan si fulan idola dan kekasihku, sungguh dia telah menyesatkanku setelah petunjuk Rasul datang padaku..” (QS: Alfurqan: 27-28)
Titel dan gelar akademi LC, MA, DR, bukanlah jaminan seseorang telah benar, tak mungkin keliru dan salah. Sebagaimana gelar yang di berikan masyarakat seperti ustadz, kyai Imam besar, habib, dan semisalnya juga tidak pernah menjadi standar pemiliknya harus benar dan diatas jalan yang lurus.
Tolok ukur benar salah adalah dalil dari kitab Allah dan Sunnah Rasul yang sahih, yang dipahami oleh para sahabat, tabi’in dan para pengikut cara beragama mereka hingga akhir zaman.
Siapapun yang menyelisihi dalil dan cara beragama mereka, campakkan jauh-jauh dari benakmu.. niscaya kau akan selamat.
Karena itu selalu ikut dalil, pakai nalar yang sehat, hindari perasaan dalam beragama, apalagi taklid buta.. Wallahul musta’an..
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى
Semoga bermanfaat
Baca juga : Artikel Terbaru Kami Disini
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.