Skip to main content

At Taswif (Menunda Kebaikan) Satu Dari Trik Iblis yang Sangat Berbahaya


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Terkadang bahkan sering seseorang ingin memulai mengerjakan kebaikan atau amal shalih apapun terhalangi dengan kalimat: “Nanti aja besok dimulainya”

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini:

1. Menunda masuk Islam

2. Menunda mendirikan shalat

3. Menunda membayar zakat, melunasi hutang oranglain

4. Menunda menunaikan ibadah haji atau umroh

5. Menunda membaca Al Quran atau menghafalnya

6. Menunda menuntut ilmu

7. Menunda berbakti kepada orangtua, dan masih banyak penundaan-penundaan lainnya

Begitu juga terkadang seseorang ingin memulai hidup baru, ingin meninggalkan keburukan dan maksiat yang pernah ia lakukan, ingin bertobta, tetapi terhalangi dengan kalimat: “Ntar aja deh, sekaliiii lagi!”.

Perhatikan contoh-contoh berikut;

1. Menunda bertobat dari kesyirikan, perbuatan bid’ah

2. Menunda bertobat dari pergi ke dukun, tukang ramal atau semisalnya

3. Menunda bertobat dari meninggalkan shalat wajib dengan sengaja tanpa alasan

4. Menunda bertobat dari minum khamr, berjudi, berzina dan dosa besar lainnya

5. Menunda bertobat dari merokok, mendengar musik dan dosan lainnya

Saudaraku seiman…

Ketauhilah, bahwa itulah penyakit At Taswif (menunda-nunda melakukan kebaikan) yang merupakan salah satu trik Iblis yang paling jitu menghadang manusia untuk taat dan bertobat kepada Allah Ta’ala.

Coba perhatikan ayat berikut:

{يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ } [الحديد: 14]

Artinya: “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kalian?" Mereka (orang-orang mukmin menjawab: “Iya Benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri dan kalian menunggu dan kalian ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kalian telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.” QS. Al Hadid

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: فِي قَوْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: {ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ} قَالَ: " بِالشَّهَوَاتِ "، {وَتَرَبَّصْتُمْ} [الحديد: 14]، قَالَ: " بِالتَّوْبَةِ "، {وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ} [الحديد: 14]، قَالَ: " التَّسْوِيفُ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ "، {حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللهِ} [الحديد: 14]، قَالَ: " الْمَوْتُ "، {وَغَرَّكُمْ بِاللهِ الْغُرُورِ} [الحديد: 14]، قَالَ: " الشَّيْطَانُ "

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata tentang Firman Allah Azza wa Jalla:

 {ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ}

(tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri); “dengan syahwat”,

{وَتَرَبَّصْتُمْ} 

(dan menunggu); “untuk bertobat”,

{وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ} 

(serta kalian ditipu oleh angan-angan kosong); “Yaitu dengan menunda-nunda untuk beramal shalih”,

{حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللهِ} 

(sehingga datanglah ketetapan Allah); “Yaitu kematian”,

{وَغَرَّكُمْ بِاللهِ الْغُرُورِ} 

(dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh seorang yang amat penipu) ; “dialah syetan”. Lihat kitab Syu’ab Al Iman, 9/419.

Dari ayat mulia di atas dan penjelasan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, kita dapat ambil kesimpulan bahwa;

1. Menunda-munda amal adalah tipuan Iblis

2. Menunda-nunda amal adalah sifat dominan kaum munafik

3. Menunda-nunda amal akan mengakibatkan seseorang terlena sampai ajal menjemputnya, sedangkan ia masih belum beramal

Mari perhatikan perkataan-perkataan penuh makna ini:

قَالَ سَهْلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: الْجَاهِلُ مَيِّتٌ، وَالنَّاسِي نَائِمٌ، وَالْعَاصِي سَكْرَانُ، وَالْمُصِرُّ هَالِكٌ، وَالْإِصْرَارُ هُوَ التَّسْوِيفُ، وَالتَّسْوِيفُ أَنْ يَقُولَ: أَتُوبُ غَدًا، وَهَذَا دَعْوَى النفس، كيف يتوب غدا وغدا لَا يَمْلِكُهُ!.

Artinya: “Sahl bin Abdullah (w: 238H) rahimahullah berkata: “Seorang yang bodoh itu adalah (seperti) orang mati, seorang yang lupa adalah (seperti) orang yang tidur, seorang yang bermaksiat adalah (seperti) seorang yang mabuk, seorang yang selalu terus menerus bermaksiat adalah (seperti) seorang yang binasa, dan terus-menerus adalah menunda-nunda, dan menunda-nunda adalah seseorang berkata: “AKu akan bertobat besok”, dan ini adalah pengakuan diri, bagaimana ia akan bertobat besok, padahal besok ia tidak (bisa menjamin) memilikinya.” Lihat Kitab Tafsir Al Qurthubi, 4/211.

  عَنْ أَبِي الْجَلْدِ، قَالَ: وَجَدْتُ [ص:55] التَّسْوِيفَ جُنْدًا مِنْ جُنُودِ إِبْلِيسَ، قَدْ أَهْلَكَ خَلْقًا مِنْ خَلْقِ اللهِ كَثِيرًا

“Abu Al Jald (w: 70H) rahimahullah berkata: “Aku mendapati bahwa at taswif (menunda-munda kebaikan) adalah salah satu dari tentara Iblis, ia telah membinasakan banyak makhluk-makhluk Allah.” Lihat kitab Hilyat Al Awliya’ wa Thabaqat Al Ashfiya’, 6/54.

عن ابْنَ مِقْسَمٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ النَّسَّاجَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ السَّرِيَّ، يَقُولُ: «مَنِ اسْتَعْمَلَ التَّسْوِيفَ طَالَتْ حَسْرَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

“Ibnu Miqsam berkata: “Aku pernah mendengar Abu Bakar An Nassaj berkata: “Aku pernah mendengar As Sirri berkata: “Barangsiapa yang memakai (sikap) At Taswif, niscaya akan panjang penyesalannya pada hari kiamat.” Lihat kitab Hilyat Al Awliya’ wa Thabaqat Al Ashfiya.

Oleh sebab inilah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk bersegera beramal shalih, jangan menunda-nunda dan jangan membuang-buang kesempatan, yang mungkin tidak akan kembali;

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: " اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seseorang, beliau menasehatinya: “Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara; masa mudamu sebelum masa tua, sehatmu sebelum sakitamu, kekayaanmu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu dan kehidupanmu sebelum kematianmu.” HR. Al Hakim.

Beliau juga bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal, sebelum datang fitna (ujian, godaan, keadaan genting yang sulit membedakan antara yang haq dengan yang batil-pen) laksana lipatan malam yang gelap, pada pagi hari seorang menjadi seorang yang beriman dan di sore hari menjadi seorang yang kafir  atau sore hari menjadi seorang yang beriman dan pagi hari menjadi seorang yang kafir, (karena) ia menjual agamanya (hanya) dengan sebgaian dari dunia.” HR. Muslim.

Dan inilah yang dipahami oleh kaum salaf dari para shahabat;

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma sering berkata: “Jika kamua memasuki waktu sore maka janganlah tunggu waktu pagi, dan jika kamu memasuki waktu pagi janganlah kamu tunggu waktu sore, dan gunakanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu, dan kehidupannya untuk kematianmu.” HR. Bukhari.

Saudaraku seiman…

Sungguh kita akan menyesal dengan semua penundaan kita terhadap kebaikan…

{يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى (23) يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (24)} [الفجر:2324] }

Artinya: “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” “Dia mengatakan: "ALANGKAH BAIKNYA KIRANYA AKU DAHULU MENGERJAKAN (AMAL SALEH) UNTUK HIDUPKU INI." QS. Al Fajr: 23-24.

ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Ahad, 16 Dzulhijjah 1434H, Dammam Arab Saudi.


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.