Skip to main content

RUKUN SYAHADAT LAA ILAHA ILLALLAH


بسم الله الرحمن الرحيم 

 الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً , قال الله في كتاب الكريم : وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون ، وحيكم تحية الإسلام تحية اهل السنة و الجماعة 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sahabat yang kami muliakan, syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan. 

Kembali kita sama-sama thalabul 'ilm, kita akan membahas Kitāb Aqidah At Tauhīd karya Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan. 

ثانيًا: أركان الشهادتين:

Pembahasan yang kedua adalah rukun-rukun dua kalimat syahadat.

Arkān (أركان) adalah jamak, mufradnya adalah rikun ( ركن).

Rukun yang harus terpenuhi pada dua kalimat syahadat:

أ - لا إله إلا الله: لها ركنان هما: النفي والإثبات:

⑴ Kalimat Lā ilāha illallāh keduanya memiliki dua rukun yang harus terpenuhi, al nafyu dan al itsbātu.

Rukun adalah pokok. Jika seseorang berbicara rukun wudhu, maka rukun wudhu ada empat

Yaitu membasuh muka, membasuh kedua tangan, mengusap kepala dan membasuh kedua kaki. Jika salah satu rukun tersebut tidak terpenuhi maka wudhu seseorang tidak sah.

Di dalam ilmu tauhīd terkadang ada pembahasan yang dilalaikan oleh banyak orang yaitu kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ). 

Kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) memiliki dua rukun, yaitu :

⑴ Al nafyu (النفي)

⑵ Al itsbātu (الإثباتُ)

فالركن الأول: النفي: لا إله: 

ukun pertama adalah an nafi'

An nafi' artinya peniadaan, pengosongan, sesuatu hal yang harus tidak ada. 

Maka dikatakan: لَا إلَهَ . Lā (لا) artinya tidak dan Ilāha (إلَهَ) artinya Tuhan.

Lā ilāha (لَا إلَهَ) artinya Tidak ada Tuhan.

لا إله: يُبطل الشرك بجميع أنواعه ويُوجب الكُفرَ بكل ما يعبد من دون الله

Lā ilāha (لَا إلَهَ ) adalah membatalkan semua bentuk kemusyirikan dengan berbagai macam cabang dan macamnya dan mewajibkan untuk kufur atau menutup kepada semua hal yang disembah kecuali Allāh.

Al kufru (الكُفرَ) artinya menutup maka di katakan cover, kalau kita berbicara buku biasanya ada covernya atau penutupnya.

Menunjukkan peniadaan berbagai macam peribadatan yang ada, peniadaan semua bentuk ketuhanan yang ada. Itu adalah arti an nafī, dari kata Lā ilāha (لَا إلَهَ).

والركن الثاني: الإثباتُ: إلا الله: يثبت أنه لا يستحق العبادة إلا الله

Rukun kedua adalah al itsbātu (الإثباتُ) bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allāh.

Yaitu penetapan. Begitu pun di dalam kehidupan, jika ada peniadaan maka akan ada penetapan.

Apakah penisbatan tersebut? Yaitu kata "illallāh  (إلَّا اللَّهُ)" 

√ Lā ilāha adalah nafī. 

√ Illallāh adalah itsbāt. 

Al itsbāt adalah penetapan bahwasanya tidak ada yang berhak.

Yutsbit (يثبت),  menetapkan,

Anahu (أنه), bahwasanya,

Lā yastahiqu (لا يستحق), sama sekali tidak ada yang berhak.

Yastahiqu (يستحق) hanya dia yang berhak.

Kita mengenal zakat fitri, kita harus memberikan kepada mustahiq ( مستحق ) nya yaitu orang fakir dan orang miskin. 

Seseorang berbicara zakat maal, kita harus berbicara siapakah yang paling berhak, maka ada istilah مستحق . Jangan sampai kita memberikan harta zakat kepada orang yang bukan مستحق (yang paling berhak).

أنه لا يستحق العبادة إلا الله

"Tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allāh "

Menunjukkan yang namanya peribadatan itu hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata.

ويُوجب العمل بذلك

Dan mewajibkan untuk beramal denganya.

Yūjib (يُوجب), mewajibkan 

وقد جاء معنى هذين الركنين في كثير من الآيات

Dan telah datang penjelasan dua rukun ini dibanyak tempat di dalam Al Qur'ān.

Contohnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ

"Barangsiapa ingkar kepada thāghut dan beriman kepada Allāh, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus."

(QS. Al Baqarah: 256) 

Para ulama memberikan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan thāghut, di antaranya adalah:

 كل ما عبد من دون الله 

Segala sesuatu yang disembah selain Allāh.

Sebagian ulama memberikan pernyataan:

 كهان تنجل اليهم ان شياطين , 

Para dukun yang didatangi para syaithan.

فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ

"Barangsiapa ingkar kepada thāghut,"

Menunjukkan semua yang disembah selain Allāh harus kita tutup, harus kita tinggalkan, harus ditiadakan. 

Setelah dia menutup matanya terkait dengan semua yang disembah, maka kewajiban selanjutnya adalah:

 وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ 

Dia beriman kepada Allāh.

Māsyā Allāh, tidak ada kata-kata yang indah melebihi seseorang berkata, "Aku beriman kepada Allāh."

Allāh memberikan pujian kepada mereka orang-orang yang berkata:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami adalah Allāh kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."

(QS. Fussilat: 30)

Perhatikan! Bagaimanakah Allāh memberikan pujian kepada mereka, orang-orang yang berkata:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami adalah Allāh."

فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ

"Sungguh dia telah berpegang (teguh) dengan tali yang sangat kokoh (kuat) yang tidak akan putus."

Jika kita gali lebih dalam firman Allāh:

فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ

Maka di sini ada dua komponen yang harus kita pahami dengan baik yaitu:

 فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ

Dan barangsiapa kufur terhadap thāghut.

Ini adalah kalimat an nafī yang merupakan rukun awal Lā ilāha, ini adalah peniadaan.

وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ

Dan beriman kepada Allāh.

Dan ini adalah rukun  yang kedua yaitu illallāh yaitu penetapan.

Seorang mukmin beriman kepada Allāh adalah nikmat, kenapa orang yang beriman kepada Allāh sangat nikmat? 

Karena dia akan senantiasa berada di bawah pengawasan dari Allāh jika dia menjaga apa yang menjadi ketentuan Allāh. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

احفظ الله يحفظك 

"Jagalah Allāh niscaya Allāh akan menjagamu."

Yang penting kita sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk menjaga apa yang telah menjadi ketentuan Allāh dan niscaya Allāh akan menjaga kita.

احفظ الله تجده تجاهك

"Jika engkau menjaga Allāh, niscaya engkau akan dapatkan Allāh ada di depanmu.

Menunjukkan kehidupan seorang mukmin, dia akan hidup dengan yang terbaik, karena dia beriman kepada Allāh.

Ketika seseorang mengenal tuhan dengan baik maka hidupnyapun akan baik. Tidak mengganggu orang lain, tidak mengambil haknya orang lain. Karena dia berada di bawah pengawasan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Rezekinya tidak akan tertukar, karena dia berada di bawah pengawasan Allāh. Makanan dan minuman yang telah dia konsumsi adalah rezeki yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla tetapkan. Dan ini adalah kata-kata dari rukun yang kedua illallāh.

 إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ۞ إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي

“Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali (kamu menyembah) Allāh yang menciptakanku."

(QS. Az Zukhruf: 26-27)


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...