Skip to main content

JANGAN ASAL ASALAN DAN MENGANGGAP SEPELE BACAAN AL FATIHAH KETIKA SHALAT

Bacaan Al Fatihah adalah salah satu rukun yang menentukan sah tidaknya shalat kita.

Jumhur ulama menyatakan membaca Al Fatihah adalah termasuk rukun shalat. Tidak sah shalat tanpa membaca Al Fatihah.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لا صلاةَ لمن لم يقرأْ بفاتحةِ الكتابِ

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” 

(HR. Al Bukhari 756, Muslim 394),

Pentingnya kedudukan Alfatihah dalam menentukan sah tidaknya shalat bukanlah sekedar dibaca atau tidaknya. melainkan ditentukan pula dengan benar atau tidaknya ketika dibaca.

Berkata Imam ibnu ‘Utsaimin rahimahullah : 

“Apabila (ketika membaca alfatihah) mengubah harokat maka tidak sah shalatnya. jika kesalahan bacaan tersebut mengakibatkan perubahan makna (pula). Namun jika tidak (mengubah makna), maka (shalat) tetap sah. 

Akan tetapi tidak diperbolehkan sengaja melakukan kesalahan dalam membaca.

(AsySyarh alMumti’,Bab Shifat Shalat)

Beliau memberi beberapa contoh tentang kesalahan-kesalahan dalam membaca Alfatihah yang menyebabkan tidak sahnya shalat.

• Membaca ﺃَﻫْﺪِﻧَﺎ dengan fathah pada hamzahnya (baca : ahdanaa), maknanya: “berikanlah hadiah kami kepadanya.”

Sedangkan اﻫﺪﻧﺎ dengan hamzah washl (baca : ihdina), bermakna “tunjukilah kami kepadanya, berikan taufiq kami untuk menjalaninya, dan kokohkan kami di atasnya.” 

Makna yang kedua adalah makna yang dikehendaki oleh Allah.

• Membaca ﺻِﺮَﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﻧْﻌَمْتُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ‏ (penggalan ayat ke-7 alFatihah, dibaca an’amtu) maka shalat menjadi tidak sah, karena berbeda makna.

(Yaitu) kenikmatan berasal dari si pembaca, bukan dari Allah.

LUPA MEMBACA AL FATIHAH SAAT SHALAT SENDIRIAN

• Jika seorang muslim saat shalat sendirian/munfarid lupa membaca al-Fatihah di salah satu rakaatnya, maka rakaatnya tersebut dianggap tidak sah. 

• Jika dia ingatnya sebelum beranjak ruku’ untuk menuju rakaat berikutnya, maka ia harus segera membaca al-Fatihah lalu kemudian ruku’. Tanpa harus membaca surat/ayat pilihan lagi setelah itu.

• Tapi jika ia ingatnya setelah masuk ke rekaat berikutnya, maka ia harus mengganti rekaat yang dia lupa tidak membaca al-Fatihah tadi sebelum ia salam.

• Jika ia ingatnya setelah salam, maka ia harus segera bangkit lagi untuk mengganti satu rakaat yang ia lupa membaca al-Fatihah, kemudian sujud sahwi.

• Jika jarak antara salam dengan ingatnya dia bahwa ada rakaat yang lupa belum baca al-Fatihah terlalu lama, maka ia harus mengulang shalatnya secara utuh. (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam an-Nawawi, 3/332, lihat fatwa.islamweb.net)

BACAAN IMAM ITU BACAAN MAKMUM SAAT SHALAT JAHR

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan mendengarkan bacaan imam itu sebagai hal yang mencukupi bagi makmum sehingga ia tidak perlu lagi membacanya di belakang imam.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 

"Barang siapa shalat mengikuti imam, maka bacaan imam itu menjadi bacaannya." 

(HR. Ath-Thahawi dalam Syarh Ma'aanil Aatsar 1/217, Ad-Daraquthni no. 1238, Al-Baihaqi Il/159-160, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Irwaa'ul Ghaliil no. 500)

Ini pada shalat jahr (shalat yang bacaannya dikeraskan). 


Adapun dalam shalat sirr (shalat yang bacaannya tidak dikeraskan), maka makmum WAJIB membaca Al-Fatihah. 

(Shifatu Shalaatin Nabiy him. 86-87 dan Ashlu Shifati Shalaatin Nabiy 1/327-364 karya Al-Imam Al-Albani)

*Semoga Bermanfaat*

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.