Skip to main content

Kisah Sahabat Rasulullah Shallallahu Wa Alahi Wassalam Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu anhuma

BismillaahKetika iman seseorang menancap kuat di dalam jiwanya, seseorang akan tegar menghadapi berbagai macam rintangan dan perlawanan demi membela agama dan mengatakan yang haq (benar). Kekuatan imannya akan tampak, sehingga walaupun dengan jumlah yang sedikit dan dengan kekuatan yang sederhana akan mengalahkan jumlah yang besar dengna kekuatan lengkap

Jika kita ingin mengetahui bagaimana gambaran orang-orang beriman yang sesungguhnya, maka hendaklah kita melihat kepada para sahabat. Mereka adalah sebaik-baik umat nabi dan sebaik-baik generasi yang pernah ada di muka bumi. Mereka rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan jiwa mereka demi menolong agama Allah.

Salah satu dari mereka bahkan termasuk petinggi para sahabat adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah salah satu ulama dari para sahabat, salah satu orang-orang yang pertama kali masuk Islam, beliau ikut serta dalam kedua hijrah ke Habasyah, ikut serta dalam perang Badar, uhud dan peperangan lainnya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau termasuk salah satu sahabat terdekat dengan Nabi, beliau dikirim oleh Umar bin Khatthab ke Kufah untuk mengajari agama Islam kepada mereka. Di dalam Shahihain beliau meriwayatkan 848 hadits.

Kisah keberanian beliau ketika membaca Al-Qur’an terang-terangan

Muhammad bin Ishaq rahimahullah mengisahkan; Yahya bin ‘Urwah bin Zubair menceritakan dari ayahnya berkata, “Orang pertama yang membaca Al-Qur’an terang-terangan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abdullah bin Mas’ud. Beliau mengisahkan

Suatu hari sekelompok sahabat berkumpul, salah seorang mereka berkata, “Kaum Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an ini dibaca terang-terangan, adakah orang diantara kalian yang bisa meperdengarkan Al-Qur’an kepada mereka?” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku” mereka berkata, “Kami takut mereka menyakitimu, yang kami mau adalah orang yang memiliki banyak kerabat yang bisa membelanya jika mereka mencelakainya.” Ibnu Mas’ud berkata, “Biar aku melakukannya, karena Allah yang akan membelaku.”

Esok harinya Ibnu Mas’ud keluar di waktu dhuha ketempat perkumpulan Quraisy, ketika ia sampai, ia membaca

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2)

Beliau terus membacanya sehingga mereka merasa tidak senang dan berkata, “Apa yang dikatakan Ibnu Ummi ‘Abd (kuniyah/gelar beliau)? Sebagian mereka yang lain menjawab, “Ia membaca sebagian ayat yang dibawa oleh Muhammad.” Kemudian mereka berdiri dan menujunya serta memukuli wajahnya sedang beliau terus membaca sampai kepada batas tertentu yang Allah kehendaki. Setelah itu beliau kembali kepada perkumpulan para sahabat sedang orang-orang Quraisy telah menyisakan bekas pukulan mereka di wajahnya. Maka para sahabat berkata, “Ini yang kami takutkan terjadi padamu.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Mereka sekarang lebih ringan bagiku dari sebelumnya, dan jika kalian mau esok hari aku akan mendatangi mereka lagi.” Mereka berkata, “Sudah, cukup bagimu karena engkau telah memperdengarkan kepada mereka yg mereka tidak suka (Al-Qur’an).”

Demikianlah keberanian Abdullah bin Mas’ud, beliau adalah prang pertama yang membacakan Al-Qur’an secara terang-terangan di hadapan Kaum Quraisy setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal beliau tidak memiliki banyak kerabat yang dapat membela beliau jika kaum kafir Quraisy ingin mencelakainya. Bahkan ketika para sahabat melarangnya untuk berangkat, beliau menjawab, “Allahlah yang akan menolongku.” Ini menunjukkan betapa tingginya tawakal beliau kepada Allah sehingga beliau tidak merasa takut karena imannya yang kuat bahwa Allah yang akan menolongnya. Bahkan meliau masih menawarkan untuk mendatangi mereka yang kedua kalinya dan membacakan Al-Qur’an lagi kepada mereka. Dari kisah diatas kita akan mendapatkan bahwa bertawakal kepada Allah adalah sesuatu yang lazim dalam segala hal terutama dalam amar ma’ruf nahi munkar. Kemudian tawakal dapat melahirkan keberanian dan menghilangkan rasa takut.

Definisi tawakal menurut ulama adalah; memutuskan segala bentuk ketergantungan hati kepada selain Allah ta’ala, menggantungkan diri kepada Allah dalam untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan menghilangkan sesuatu yang tidak diinginkan disertai dengan usaha.

Kemudian ulama juga mensyaratkan dua syarat dalam tawakal

Pertama, menyandarkan diri kepada Allah semata dengan jiwa yang tulus

Kedua, mencurahkan segenap usaha demi mewujudkan sesuatu yang diinginkan dengan cara yang dibolehkan oleh syariat.

Diringkas dan diterjemahkan dari Sumber : http://www.almohtasb.com/main/6137-1.html

Penyusun : Arinal haq

Artikel : www.hisbah.net

Atau Artikel Lainnya Disini

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...