Skip to main content

PUJI - PUJIAN YANG TIDAK TERPUJI


Masih sering kita dapati di sebagian besar masjid dilantunkan puji-pujian dan shalawatan ANTARA ADZAN dan IQOMAT, terutama sebelum shalat subuh dan shalat maghrib.

Sebagian puji-pujian ini menggunakan bahasa Arab, sebagiannya lagi menggunakan bahasa daerah. Bahkan terkadang yang melantunkannya adalah sekelompok anak- anak yang maaf bukannya melantunkan shalawat dengan baik, tapi seperti hanya berteriak teriak di depan micropon.

Apa yang dilakukan ini kurang tepat menurut KACAMATA SYARIAT. 

Untuk menunggu iqomat, kita disunnahkan untuk menegakkan shalat sunnah qabliyah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits : 

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ – ثَلاَثًا – لِمَنْ شَاءَ

“Antara adzan dan iqamat itu terdapat shalat –Rasul mengulanginya tiga kali- bagi siapa yang berkehendak. 

(HR. Al Bukhari dan Muslim).

Demikian juga kita disunnahkan untuk 'MEMPERBANYAK DO'A' karena waktu tersebut adalah waktu yang mustajab sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits :

الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة

“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak." 

(HR. At Tirmidzi).

Puji-pujian yang dilantunkan dengan speaker luar ini, selain menimbulkan gangguan pada jamaah masjid yang lain, lingkungan sekitar karena durasinya yang cukup lama (sekitar 10 sd 15 menit), juga menimbulkan gangguan kepada masjid-masjid yang ada sekitar. 

Masjid-masjid yang lain yang sudah memulai ibadah shalat berjamaah menjadi terganggu. Suara imam mereka tidak terdengar jelas karena suara puji-pujian yang masih terdengar. Bahkan di suatu masjid, pernah terjadi makmum tidak tahu kalau imam sudah bangkit dari ruku' karena suara imam tidak terdengar disebabkan bisingnya puji-pujian dan shalawatan dari masjid terdekat.

Saudaraku kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla.

Saya mohon maaf apabila yang disampaikan kurang berkenan di hati.

Tidak selayaknya puji pujian seperti ini dilakukan. Masjid harusnya menjadi PUSAT RAHMAT dan KASIH SAYANG, bukan menjadi SUMBER GANGGUAN. Dalam beribadah, kita tidak boleh sampai menimbulkan gangguan kepada orang lain.

Disebutkan dalam sebuah hadits :

"Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- pernah keluar menemui manusia, sedang mereka melaksanakan shalat, dan sungguh suara mereka tinggi dalam membaca Al Qur'an. 

Maka Rasulullah bersabda : 

"Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat kepada Rabb-nya Azza wa Jalla. Karena itu, perhatikanlah sesuatu yang ia munajatkan, dan janganlah sebagian orang di antara kalian mengeraskan suaranya atas yang lain dalam bacaannya." 

(HR. Ahmad).

Bukankah muslim sejati itu muslim yang tidak mengganggu orang lain?

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Muslim yang sejati adalah muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. 

(HR. Al Bukhari dan Muslim).

Mudah-mudahan ini bisa menjadi masukan yang berarti terutama bagi takmir masjid dan para ulama di kampung kampung yang padat penduduknya. 

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.