Skip to main content

Obat dari Penyakit Al Khusumah dan Al Ghadhab ( Amarah )

 


بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، و لَاحول ولاقوة الا بالله أما بعد

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

In syā Allāh kembali kita akan melanjutkan pembahasan dari Risalah Āfātul Lisān fī Dhau'il Kitābi was Sunnah ( آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة) karya Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf Al Qahthāni rahimahullāhu ta'āla. 

Pada kesempatan kali ini kita akan memasuki bab seputar: 

▪︎Obat dari Penyakit Al Khushūmah dan Al Ghadhab (Amarah)

Cara mengobati penyakit ini sendiri ialah dengan terus berusaha memadamkan amarah dan meredam emosi.

Lebih detailnya terdapat dua metode yang bisa kita lakukan agar emosi kita stabil dan tidak mudah meluap-luap.

• Melakukan Pencegahan (الوقاية)

Hal ini sebagaimana dalam sebuah peribahasa yang masyhur: 

 الوقاية خير من العلاج 

"Mencegah itu lebih baik daripada mengobati."

Maksudnya ialah kita berusaha menjauhkan diri kita dari hal-hal yang kerap menimbulkan amarah. Diantara faktor utama yang menimbulkan amarah ialah sikap sombong dan bangga terhadap diri sendiri.

Di mana saat kita merasa orang lain meremehkan kedudukan dan harga diri kita, maka secara otomatis rasa amarah dan murka akan mudah sekali muncul.

Faktor lain yang berpotensi menimbulkan amarah ialah bercanda pada momen tidak tepat.

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Bercanda atau bergurau, memang bukan perkara yang terlarang. Akan tetapi jika terlalu berlebihan tentunya tidaklah baik. Seseorang yang terlalu sering dan berlebihan dalam bercanda ditakutkan akan dapat menyinggung perasaan orang lain yaitu saat ia bercanda pada momen yang seharusnya tidak dijadikan bahan gurauan. 

Ia mungkin merasa bahwa apa yang ia lakukan wajar (hal yang biasa), akan tetapi tidak dengan orang lain. Orang lain belum tentu merasa hal yang biasa. Saat ini orang lain tersebut akan marah, tidak senang dengan gurau yang ia buat dan secara otomatis membuat orang tersebut menjadi naik pitam. Seorang muslim yang baik tentunya harus bijak dalam bercanda.

Adapun cara yang kedua adalah:

• Berusaha Meredam Amarah yang Ada dalam Dada, jika memang kita sudah terlanjur tersulut emosi.

Ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan untuk meredam emosi tersebut. 

⑴ Kita harus segera beristi'adzah, meminta perlindungan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan mengucapkan: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم 

⑵ Segera mengambil wudhu'.

⑶ Beralih dari posisi kita saat marah. Jika kita berdiri maka segera duduk, jika duduk maka segera berbaring, kemudian diam dan tidak perlu berkata-kata atau mungkin bisa keluar dari tempat tersebut.

⑷ Berusaha mengingat-ingat janji Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada mereka yang mampu menahan amarah dan tidak melampiaskannya. 

Begitu juga kita berusaha mengingat bahwa efek jangka panjang yang akan muncul karena melampiaskan amarah sering kali akan menjadi penyesalan seumur hidup. Terlebih lagi hukuman yang akan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan di akhirat nanti.

Dalam hal ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda: 

  مَنْ كَظَمَ غَيْظًا - وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ - دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ

"Barangsiapa sanggup menahan amarahnya padahal ia mampu untuk melampiaskan maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat hingga Dia memberinya kebebasan untuk memilih bidadari yang ia suka."

(Hadīts hasan riwayat Abu Dawud nomor 4777)

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Jika tahapan-tahapan ini sudah kita lakukan, in syā Allāh emosi dan amarah yang tadinya meluap-luap akan berkurang sedikit demi sedikit, sehingga tidak muncul permusuhan diantara kita dan orang lain.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa melindungi kita dari penyakit ini. آمين يا رب العالمين 

صلى الله على نبينا محمّد و على آله وصحبه وسلم 

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.