https://t.me/menebar_cahayasunnah
Orang yang shalatnya tidak khusyu' sama sekali, pikirannya sibuk memikirkan hal-hal yang lain ketika shalat, apakah shalatnya batal?
👤 Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu ta'ala menjelaskan masalah ini, beliau mengatakan:
هذا على كل حال في خطر، والمطلوب من المصلي أن يخشع في صلاته، ويقبل عليها؛ لأن الله قال: قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ [المؤمنون:1-2]، فالإقبال على الصلاة والخشوع فيها من أهم المهمات
"'Ala kulli hal, keadaan seperti ini berbahaya. Yang dituntut dari orang yang shalat adalah hendaknya ia khusyu' dalam shalatnya, dan benar-benar memfokuskan dirinya untuk shalat".
Allah ﷻ berfirman (yang artinya):
“Sungguh beruntung orang yang beriman. Yaitu yang khusyu' dalam shalatnya”.
📚 (QS. Al Mukminun: 1-2).
Maka konsentrasi dalam shalat, dan khusyu' di dalamnya, merupakan perkara yang sangat penting.
وهو روحها، فينبغي العناية بالخشوع والطمأنينة في الصلاة، في سجوده، في ركوعه، بين السجدتين، بعد الركوع حين يعتدل، يخشع ويطمئن ولا يعجل، سواء كان رجل أو امرأة جميعاً
"Khusyu' itu adalah ruh dari shalat. Maka sudah semestinya memberikan perhatian yang besar untuk khusyu' dan tuma’ninah dalam shalatnya, sujudnya, ruku'nya, duduk di antara dua sujudnya, i’tidalnya. Hendaknya ia juga tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa dalam shalatnya. Baik laki-laki, maupun wanita".
وإذا أخل بالخشوع على وجه يكون معه النقر للصلاة وعدم الطمأنينة تبطل الصلاة، أما إذا كان يطمئن فيها، ولكن قد تعتريه بعض الهواجيس، وبعض النسيان هذا لا يبطل الصلاة
"Namun jika seseorang tidak khusyu' dalam shalatnya sampai level naqr (tidak sempurna sujudnya) dan tidak tuma’ninah, maka batal shalatnya. Adapun jika tidak khusyu' namun masih tuma’ninah, dan dalam sebagian shalatnya ia bicara dalam hati dan lupa untuk konsentrasi, maka ini tidak membatalkan shalat".
لكن ليس له من صلاته إلا ما عقل منها، وما خشع فيه وأقبل عليه، يكون له ثواب ذلك، وما فرط فيه يفوته ثوابه، فينبغي للعبد أن يقبل على الصلاة، وأن يطمئن فيها ويخشع فيها لله، حتى يكمل ثوابه، ولكن لا تبطل إلا إذا أخل بالطمأنينة
"Namun shalat yang didapatkannya sekadar bagian shalat yang ia konsentrasi dan khusyu' di dalamnya. Itulah bagian pahala shalat yang ia dapatkan. Adapun bagian shalat yang ia tidak khusyu', maka ia tidak dapat pahalanya (*).
Maka sudah semestinya bagi kita untuk konsentrasi di dalam shalat, tuma’ninah, dan khusyu' kepada Allah ﷻ. Sehingga mendapatkan pahala yang sempurna. Namun tidak sampai batal shalatnya, kecuali jika tidak tuma’ninah".
📘 [Sumber: Fatawa Nurun ‘alad Darbi (8/9-11)].
Wallahu a’lam.
(*) Terdapat riwayat dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إنَّ الرَّجلَ لينصرِفُ ، وما كُتِبَ لَه إلَّا عُشرُ صلاتِهِ تُسعُها ثُمنُها سُبعُها سُدسُها خُمسُها رُبعُها ثُلثُها ، نِصفُها
“Ada orang yang ketika selesai shalat, tidaklah ditulis pahala shalatnya kecuali hanya 1/10 nya, atau 1/9 nya, atau 1/8 nya, atau 1/7 nya, atau 1/6 nya, atau 1/5 nya, atau 1/4 nya, atau 1/3 nya atau setengahnya”.
📘 (HR. Abu Daud No. 796, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
✍ Ustadz Yulian Purnama, S.Kom. حفظه الله تعالى.
barakallahu fiik.
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.