Skip to main content

Istri Setia, Selalu Siap Sedia || Khadijah


Apa yang paling diharapkan dari seorang istri ketika tantangan dan cobaan berat menimpa suaminya? Ya, kesetiaan.

Suatu kali terjadi peristiwa besar yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat beliau menyendiri di gua Hira’, merenungi kebesaran Penciptanya dan meninggalkan hiruk pikuk kejahiliyahan kaumnya, datanglah malaikat Jibril membawa wahyu-Nya yang pertama.

Berkali-kali malaikat Jibril mendekapnya dengan kuat seraya memerintahkan, “Bacalah!”. Berulang-ulang itu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Saya tidak dapat membaca”.

Kemudian turunlah surat Al-‘Alaq ayat 1-5:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ * الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Setelah kejadian tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke rumahnya dengan badan gemetar. Ketakutannya masih belum hilang dengan apa yang baru saja dia alami.

Beliau segera masuk menemui istrinya, Khadijah, sambil mengatakan, “Selimuti aku! Selimuti aku!”, Khadijah pun menyelimutinya tanpa berucap sepatah kata.

Tatkala perasaan takut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai berkurang, beliau menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi di gua Hira’ kepada istrinya yang setia.

“Aku khawatir jika terjadi apa-apa pada diriku”, ujar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Tenanglah! Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu. Engkau adalah orang yang suka menyambung silaturahim, berkata jujur, dan membantu orang yang lemah, serta suka menolong pada jalan kebaikan”, hibur Khadijah kepada suaminya.

Kemudian Khadijah mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke rumah pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang tua renta dan buta yang tekun mempelajari isi kandungan kitab Taurat dan Injil.

Khadijah menyampaikan apa yang terjadi. Mendengar hal tersebut, Waraqah tampak gembira.

“Itu adalah Jibril yang dahulu Allah turunkan kepada Nabi Musa. Engkaulah Nabi terakhir bagi umat ini”, kata Waraqah berseri-seri.

Demikianlah, Khadijah merupakan istri teladan, penolong utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia membela suaminya dengan jiwa dan hartanya. Dia pula yang pertama kali beriman dan meyambut dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  serta ikut menanggung berat dan pedihnya tantangan dakwah yang diserukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena itu, ketika Khadijah wafat, kenangan indah bersamanya selalu terbayang di benak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau bersabda, “Dia beriman kepadaku saat orang-orang ingkar kepadaku. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dia menyerahkan hartanya untukku tatkala orang-orang menahan hartanya untukku. Allah memberikanku keturunan melalui dirinya, sementara yang lain tidak”.

Begitulah, Khadijah mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa awal perjuangannya yang sangat berat hingga ajal menjemputnya. Demikianlah, istri yang setia senantiasa siap sedia berkhidmat kepada suaminya.

Oleh karena itu, semasa Khadijah hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  tidak menikah dengan wanita selainnya.

Semoga Allah meridhainya.

Baca juga: Dimanakah Istri Idaman Itu ?

Referensi: Kisah Wanita Teladan, karya Abdullah Haidir, cetakan Kantor Dakwah Sulay, cetakan ketiga, tahun 1433 H, Riyadh, hal. 7-9

Penulis: Ummu Fathimah

Artikel Muslimah.or.id

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...