Di Antara Bukti Abu Hanifah Berkeyakinan Allah Ada Tanpa Tempat
(Bagian Terakhir)
Kemudian karya Abu Hanifah yang lain, berjudul al-Washiyyah, beliau menuliskan :
نقر بأن اللّٰه على العرش استواى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه وهو الحافظ للرش وغير العرش، فلو كان محتاجا لما قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوق ولو كان محتاجا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان اللّٰه تعالى ! تعالى اللّٰه عن ذلك علوا كبيرا.
Artinya : "Kita menetapkan sifat Istiwâ' bagi Allah pada Arsy bukan dalam pengertian Dia membutuhkan kepada Arsy tersebut, juga bukan dalam pengertian bahwa Dia bertempat atau bersemayam di Arsy. Allah yang memelihara Arsy dan memelihara selain Arsy maka Dia tidak membutuhkan kepada makhluk-makhluk-Nya tersebut. Karena jika Allah membutuhkan kapada makhluk-Nya maka berarti Dia tidak mampu untuk menciptakan alam ni dan mengaturnya. Dan jika Dia tidak mampu atan lemah maka berarti sama dengan makhluk-Nya sendiri. Dengan demikian jika Allah membutuhkan untuk duduk atau bertempat di atas Arsy, lalu sebelum menciptakan Arsy dimanakah Ia? (Artinya, jika sebelum menciptakan Arsy Dia tanpa tempat, dan setelah menciptakan Arsy Dia berada diatasnya, berarti Dia berubah, sementara perubahan adalah tanda makhluk). Allah maha suci daripada itu semua dengan kesucian yang agung". ( Syarh al-Fiqh al-Akbar, Mulia Ali al-Qari', h. 70).
Dalam kitab al-Fiqh al-Absath, al-Imâm Abu Hanifah menuliskan :
كان اللّٰه تعالى ولا مكان، كان قبل أن يخلق الخلق، كان ولم يكن أين ولا خلق ولا شىء، وهو خالق كل شىء
Artinya : "Allah ada tanpa permulaan (Azalyy; Qadîm) dan tanpa tempat. Dia ada sebelum menciptakan apapun dari makhluk-Nya. Dia ada sebelum ada tempat, Dia ada sebelum ada makhluk, Dia ada sebelum ada segala sesuatu, dan Dialah pencipta segala sesuatu. Maka barangsiapa berkata : Aku tidak tahu Tuhanku (Allah) apakah la di langit atau di bumi?, maka orang ini telah menjadi kafir. Demikian pula menjadi kafir seorang yang berkata: Alah bertempat di Arsy, tapi saya tidak tahu apakah Arsy itu di bumi atau di langit". ( al-Fiqh al-Absath, h. 57).
Dalam tulisan al-Imâm Abu Hanifah di atas, beliau mengkafirkan orang yang berkata : "Aku tidak tahu Tuhanku (Allah) apakah Ia dilangit atau di bumi?". Demikian pula beliau mengkafirkan orang yang berkata : "Allah bertempat di Arsy, tapi saya tidak tahu apakah Arsy itu di bumi atau di langit". Anda perhatikan, klaim kafir dari al-Imâm Abu Hanifah terhadap orang yang mengatakan dua ungkapan tersebut adalah karena di dalam ungkapan itu terdapat pemahaman adanya tempat dan arah bagi Allah. Padahal sesuatu yang memiliki tempat dan arah sudah pasti membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam tempat dan arah tersebut. Dengan demikian sesuatu tersebut pasti merupakan sesuatu yang baharu (makhluk), bukan Tuhan.
💡 Semoga Bermanfaat 💡
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.