Skip to main content

JUJUR MELAWAN DUSTA


Berani jujur hebat. Ungkapan singkat ini adalah apresiasiasi kepada siapa saja yang berlaku jujur sekaligus pengingat kepada mereka yang berlindung dibalik kebohongan yang direkayasa agar menjadi kebenaran.

Kehebatan orang jujur bukan hanya dihargai sekarang, tapi sejak ribuan tahuan yang silam, Nabi kita Muhammad n sudah memberi anjuran dan dorongan kepada umatnya untuk senantiasa berprilaku jujur dan mengharamkan prilaku bohong.

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Diwajibkan atas kalian untuk jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan. Dan keabikan itu akan membawa masuk surga. Senantiasa seseorang itu jujur dan benar-benar berusaha untuk salalu jujur, sehingga ia dicatatat di sisi Allâh sebagai orang yang paling jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena  dusta akan membawa kepada perbuatan buruk. Dan perbuatan buruk itu akan membawa ke dalam neraka. Senantiasa seseorang itu suka berdusta, dan berusaha untuk selalu berdusta, sehingga ia dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang paling dusta.

Orang yang jujur, dia akan mendapatkan ketenangan hati, pengampunan dosa dan kenikmatan yang tiada tara di akhirat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ ، وَإِنَّ الكَذِبَ رِيبَةٌ

Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan sungguh kedustaan itu adalah keraguan

Kejujuran memiliki andil yang sangat besar dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang tentram. Dengannya, orang akan saling mempercayai, saling mendukung, tidak sebaliknya, saling mencurigai dan saling menjatuhkan. Sehingga hubungan antar individu masyarakat akan terjalin harmonis. Berbagai transaksi perniagaan ataupun sosial akan berjalan dengan baik dan tentu itu akan menjadi sarana peningkatan ekonomi masyarakat. Peningkatan taraf ekonomi yang disertai berkah dari Allâh Azza wa Jalla ini akan menjadikan kehidupan masyarakat semakin baik.

Kejujuran akan mendatangkan kebaikan terus-menerus, baik dalam kehidupan di dunia terlebih di akhirat, sebagaimana dikabarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits pertama di atas. Ini berbanding terbalik dengan desas-desus yang disebarkan oleh orang yang tidak jelas, yang menyatakan jujur hancur.

Dalam sepanjang sejarah umat manusia belum pernah Allâh Azza wa Jalla memberikan kehancuran kepada yang jujur. Kejujuran itu merupakan salah satu jalan yang dapat mengantarkan pelakunya ke dalam surga yang berisi berbagai kenikmatan yang tidak pernah terlihat mata, tidak pernah terdengar telinga dan tidak terbayang dalam hati. Lalu bagaimana bisa dikatakan: jujur hancur?!

Yang benar adalah kehancuran merupakan bagian tak terpisahkan dari orang-orang yang jauh dari kejujuran. Bagaimanapun pandainya seorang pendusta menutupi kebohongannya suatu saat pasti akan tercium. Perbuatan yang identik dengan kemunafikan ini akan mendatangkan keburukan bagi pelaku juga orang-orang sekitarnya. Terlebih jika yang melakukannya seorang tokoh masyarakat atau orang yang dianggap figur. Jika sebagian kebohongannya sudah tercium, maka untuk menutupinya dia harus melakukan kebohongan berikutnya dan begitu selanjutnya, akhirnya dia tercatat sebagai pembohong besar.

Alangkah ruginya orang yang tidak jujur, betapapun tinggi jabatannya dan dielukan oleh jutaan pengikutnya serta limpahan harta yang tidak terhitung. Di dunia, mungkin dengan sebab kelicikan dan berbagai faktor lainnya, kebohongannya bisa tertutupi, tapi di akhirat pasti dia akan merasakan akibatnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. [Az-Zalzalah/99:6-8]"

Semoga bermanfaat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVIII/1436H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 

Ⓜ️edia Sunnah Nabi

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.