Skip to main content

MENCELA MASA ATAU WAKTU


Di antara contoh syirik kecil  yang sering terjadi adalah: 

• Mencela Masa atau Waktu

Sering kita dapati beberapa orang mencela waktu, mencela bulan, mencela tahun, mencela hari. 

Misalkan:

Mereka menganggap sial bulan Syura atau menganggap sial Jum'at Kliwon. Mereka menganggap tahun ini tahun sial (misalkan). Ini tidak diperkenankan karena berarti kita mencela Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menciptakan langit, menciptakan bulan, menciptakan hari menciptakan waktu. Bahkan saking pentingnya waktu, Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersumpah dengannya di dalam Al Qur'ān 

وَٱلۡعَصۡرِ 

"Demi waktu."

(QS. Al 'Ashr: 1)

Dalam hadīts qudsi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

يُؤذِيني ابنُ آدَمَ يسُبُّ الدَّهرَ وأنا الدَّهرُ أقلب اللَّيلَ والنَّهارَ

"Ibnu Adam telah menyakiti Aku, dia telah mencela waktu, padahal Aku adalah waktu. Akulah yang membolak balik malam dan siang."

Dalam riwayat lain Nabi bersabda: 

لا تسبُّوا الدهر، فإنَّ الله هو الدهر

"Janganlah kalian mencela waktu karena sesungguhnya Allāh adalah pencipta waktu."

Dari dua hadīts ini dapat kita ambil faedah bahwa siapa yang mencela waktu pada hakikatnya dia telah menyakiti Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena yang mengatur dan menciptakan waktu adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Ketika kita mencela waktu berarti kita telah mencela pencipta dan pengaturnya, yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Makanya tadi disebutkan, "Menyakiti Aku, anak Adam. Mereka mencela waktu. Padahal Aku yang menciptakan waktu, yang membolak balik waktu." Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

وَمَآ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allāh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

(QS. Asy Syura: 30)

Semuanya dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka jangan kita mencela waktu. Hindari lafazh-lafazh atau ucapan-ucapan seperti itu. Demikian juga tidak boleh kita mencela angin, mencela hujan.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

لاَ تَسُبُّوْا الرِّيْحَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُوْنَ فَقُوْلُوْا

Janganlah kalian mencela angin, kalau kalian mendapati apa yang kalian benci (mungkin angin yang membahayakan atau seram) maka katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحِ، وَخَيْرِ مَا فِيْهَا، وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحِ، وَشَرِّ مَا فِيْهَا، وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ

"Ya Allāh, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan apa yang ada di dalamnya, dan kebaikan yang untuknya Kau perintahkan ia, dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan keburukan yang ada di dalamnya, dan keburukan yang untuknya Kau perintahkan ia."

(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi)

Jadi mencela waktu dan angin tidak diperkenankan karena pada dasarnya siapa yang mencela waktu, mencela angin dan mencela hewan berarti mencela Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Demikian juga mereka tidak pantas untuk dicela, sebab mereka adalah makhluk Allāh yang tunduk dan patuh kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maka seorang muslim menjaga lisannya berhati-hati kita yakin bahwa segala sesuatu adalah dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jangan salahkan waktu, jangan salahkan makhluk-makhluk lain. Seharusnya kita introspeksi diri apabila ada musibah yang menimpa kita bisa jadi itu karena dosa-dosa kita sendiri.

Semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pelajaran penting bagi kita untuk mengevaluasi diri menjadi lebih baik lagi.

و صلى الله و سلم على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...