Skip to main content

RIDHO ALLAH TERGANTUNG RIDHO KEDUA ORANG TUA


https://youtu.be/HYBwq8TbVts

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Seri Kajian Akhlak Mulia Ahlus Sunnah (02) 

Rujukan: Kitab Shahih Al-Adabil Mufrod karya Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah

Lanjutan Bab 1.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ : " رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ "

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata, "Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Rabb terletak pada kemurkaan kedua orang tua".

[Hasan secara mauquf dan shahih secara marfu'. Ash-Shahihah: 515]

Bab 2. Berbuat Baik kepada Ibu

عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قُلْتُ : " يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أَبَاكَ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ "

Dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, aku berkata: Wahai Rasulullah, siapa yang harus aku perlakukan dengan baik? Rasulullah menjawab: Ibumu. Aku bertanya lagi: Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik? Rasulullah menjawab: Ibumu. Aku bertanya lagi: Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik? Rasulullah menjawab: Ibumu. Aku bertanya lagi: Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik? Rasulullah menjawab: Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat."

[Hasan, Al-Irwa': 2232, 829, dan Sunan Tirmidzi: 25, Kitab Al-Birru wa Ash-Shilah, Bab Ma Ja-a fi Birril Walidain]

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما، أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ : " إِنِّي خَطَبْتُ امْرَأَةً، فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِي، وَخَطَبَهَا غَيْرِي، فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ، فَغِرْتُ عَلَيْهَا، فَقَتَلْتُهَا، فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟، قَالَ : أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ قَالَ : لا، قَالَ : تُبْ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى وَتَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ، فَذَهَبْتُ فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ : لِمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ : إِنِّي لا أَعْلَمُ عَمَلا أَقْرَبَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ "

Dari Atha bin Yasar dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma, "Bahwasanya seseorang mendatangi beliau lalu berkata: Sesungguhnya aku telah meminang seorang wanita, tapi dia enggan menikah denganku. Kemudian dia dipinang oleh orang lain dan menikah dengannya. Aku pun cemburu dengan wanita itu, lalu aku membunuhnya. Apakah masih bisa aku bertaubat? Ibnu Abbas bertanya: Ibumu masih hidup? Dia menjawab, Tidak. Ibnu Abbas berkata: Bertaubatlah kepada Allah 'azza wa jalla, dan mendekatlah kepada-Nya semampu kamu."

Atha bin Yasar berkata: "Kemudian aku menjumpai Ibnu Abbas dan bertanya kepada beliau: Mengapa engkau bertanya tentang ibunya? Ibnu Abbas menjawab: Sesungguhnya aku tidak mengetahui satu amalan yang lebih dekat kepada Allah 'azza wa jalla daripada berbuat baik kepada Ibu."

[Shahih, Ash-Shahihah: 2799]

Bab 3. Berbuat Baik kepada Bapak

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ : قِيلَ : " يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أَبَاكَ "

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, beliau berkata: "Ditanyakan (kepada Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam): Wahai Rasulullah, siapa yang harus aku perlakukan dengan baik? Rasulullah menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah menjawab: Ayahmu."

Simak Penjelasannya: https://youtu.be/HYBwq8TbVts

GABUNG TELEGRAM & GROUP WA TA'AWUN DAKWAH DAN BIMBINGAN ISLAM

Pembina: Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah 

Telegram: http://t.me/taawundakwah

WAG: wa.me/628111377787

wa.me/628111833375

#Yuk_bantu_share. Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

"Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya." [HR. Muslim dari Abu Mas'ud Al-Anshori radhiyallaahu'anhu]

Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

Sumber::

http://t.me/taawundakwah

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...