Skip to main content

Cara Membaca Doa Malam Lailatul Qadar


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

https://t.me/dakwahtauhid_dan_sunnah

Telah kita ketahui bersama doa yang dibaca ketika malam lailatul qadar adalah

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).”

[HR. Tirmidzi]

Bagaimana cara membaca doa ini? Berikut caranya:

1. Doa ini dibaca secara sendiri-sendiri sebagaimana hukum asal berdoa adalah sendiri-sendiri dan dengan suara lirih

2. Doa ini dibaca ketika malam hari yaitu pada malam di mana ada dugaan kuat malam itu adalah malam lailatul qadar

Sebagaimana perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah untuk membaca doa ini ketika menjumpai malam lailatul qadar.

3. Tidak ada jumlah tertentu berapa kali kita membaca doa ini, kita baca doa ini di sela-sela ibadah yang kita lakukan di malam lailatul qadar

Karena ibadah pada malam lailatul qadar itu bervariasi. Syaikh Bin Baz mengatakan,

يكون بالصَّلاة ، والذِّكر ، والدُّعاء ، وقراءة القُرآن ، وغير ذلك من وجوه الخير

“Menghidupkan Lailatul Qadr dapat dilakukan dengan melakukan shalat, dzikir, do’a, membaca al-Quran dan berbagai bentuk kebaikan yang lain.” [Fatawa Ibnu Baz 15/426]

4. Bisa juga doa ini dibaca pada setiap malam-malam sunnah yaitu malam disunnahkan i’tikaf 10 hari terakhir.

Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,

يجوز أن يقوله في سائر أيام السنة ويحرص على أن يقوله في ليلة القدر.

“Boleh mengucapkan doa ini pada semua malam-malam sunnah dan hendaknya bersemangat untuk memgucapkan doa ini pada malam lailatul qadar. [http://www.alfawzan.af.org.sa/node/16290]

Hendaknya kita bersemangat membaca doa ini karena mengandung makna yang agung. Ibnu Rajab berkata,

و إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر

“Perintah meminta maaf/ampunan pada Allah di malam lailatul qadar setelah sebelumnya bersungguh-sungguh beramal di malam-malam Ramadhan dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang bijaksana adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, akan tetapi dia masih menganggap bahwa amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik (shalih). Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.”

Yahya bin Mu’adz berkata,

ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو

“Bukanlah orang yang bijaksana jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” [Lathaiful Ma’arif, hal. 362-363]

✍🏻 *Ustadz dr.Raehanul Bahraen*

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.