Skip to main content

Cara Wanita Haid Menghidupkan Lailatul Qadar

 _______________

Telegram :

https://t.me/menebar_cahayasunnah

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.

Untuk wanita haid yang ingin mendapatkan malam Lailatul Qadar, maka wanita haid bisa melakukan banyak ibadah selain shalat.

Juwaibir mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh-Dhahak: “Bagaimana pendapatmu tentang wanita nifas, haid, musafir, dan orang yang tidur, apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar?” Adh-Dhahak pun menjawab: “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Setiap orang yang Allah terima amalannya akan mendapatkan bagian Lailatul Qadar.” [Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 341]

Keterangan ini menunjukkan bahwa wanita haid, nifas, dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian Lailatul Qadar. Hanya saja, wanita haid dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat. Untuk bisa mendapatkan banyak pahala ketika Lailatul Qadar, wanita haid atau nifas masih memiliki banyak kesempatan ibadah. Di antara bentuk ibadah yang bisa dilakukan adalah:

• Membaca Al-Quran tanpa menyentuh mushaf.

• Berzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.

• Memperbanyak istigfar.

• Memperbanyak doa.

• Membaca zikir ketika Lailatul Qadar, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam yang itu merupakan Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Ucapkanlah:

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku." [Hadis sahih, diriwayatkan At-Turmudzi dan Ibnu Majah]

Dalam Fatwa Islam Tanya-Jawab dijelaskan: "Wanita haid boleh melakukan semua bentuk ibadah, kecuali shalat, puasa, tawaf di Ka’bah, dan i’tikaf di masjid. Menghidupkan Lailatul Qadar tidak hanya dengan shalat, namun mencakup semua bentuk ibadah." Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Makna 'menghidupkan malam Lailatul Qadar' adalah begadang di malam tersebut dengan melakukan ketaatan." An-Nawawi mengatakan, “Makna ‘menghidupkan Lailatul Qadar’ adalah menghabiskan waktu malam tersebut dengan bergadang untuk shalat dan amal ibadah lainnya."

》Kesimpulan: Meskipun wanita berhalangan, mereka masih mampu untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.

والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

✍🏻 Disusun oleh: Ustadz Ammi Nur Baits hafidzahullah


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.