Skip to main content

Nabi Yusuf Alaihissalam Selamat dengan Sebab Keikhlasannya

 

Lihatlah cobaan yang telah menimpa Nabi Yusuf Alaihissallam, yaitu cobaan yang mendorongnya untuk melakukan zina, lalu lihatlah bagaimana dorongan yang sangat besar telah berkumpul dan menimpanya, dan di sisi lain syaitan bermaksud untuk menjerumuskannya ke dalam perbuatan zina akan tetapi ia tidak berhasil. Di antara dorongan besar yang telah menimpanya adalah keadaan beliau yang masih muda, di mana dorongan seksual sangatlah kuat di dalam dirinya, selain itu ia adalah seorang pemuda yang sangat tampan, dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُعْطِيَ يُوْسُفُ سَطْرَ الْحُسْنِ.

“Yusuf Alaihissallam diberikan setengah dari ketampanan (seluruh manusia).”1

Ini menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi isteri raja (untuk berzina dengannya) apalagi tidak ada seorang pun dari anggota keluarga yang melihatnya yang akan membongkar perbuatan tersebut, tetapi sungguh pun demikian, beliau Alaihissallam tetap teguh dalam pendirian berkat karunia dan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hal ini digambarkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ 

“…Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang ikhlas.” [Yuusuf/12: 24]

Dengan keikhlasanlah Yusuf Alaihissallam selamat. Wahai para pemuda apakah Anda tidak bisa mengambil pelajaran dari kisah ini? Wahai para pemudi apakah Anda tidak merenungi kisah ini? Berapa banyak pemuda dan pemudi yang tidak bisa menundukkan pandangannya -dan hal yang lebih dahsyat lagi- disebabkan hanya karena ketidakikhlasan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Penolong dan Pelindung bagi kita semua.

[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]

Footnote

1 Shahiihul Jaami’ (no. 1073).

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.