Showing posts with label nabi yusuf. Show all posts
Showing posts with label nabi yusuf. Show all posts

Thursday, September 26, 2024

Ujian yang Dihadapi Nabi Yusuf dengan Imra’atul Aziz


Kita akan memasuki kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam berikutnya, yang terdapat di halaman 297, yaitu ujian kedua yang dihadapi oleh Nabi Yusuf dengan Imra’atul Aziz, istri seorang pembesar Mesir.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 19:

وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَىٰ دَلْوَهُ ۖ قَالَ يَا بُشْرَىٰ هَٰذَا غُلَامٌ ۚ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“Kemudian datanglah serombongan musafir, mereka mengutus seorang pengambil air untuk mengambil air, maka dia menurunkan timbanya. Dia berkata, ‘Kabar gembira! Ini ada seorang anak muda!’ Mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yusuf [12]: 19)

Kisah ini menceritakan bahwa setelah Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, datanglah sekelompok musafir yang menemukan beliau. Mereka mengutus salah seorang dari mereka untuk mengambil air. Ketika orang tersebut menurunkan timba ke dalam sumur, dia menemukan seorang anak muda, yakni Nabi Yusuf.

Mereka kemudian menyembunyikan Nabi Yusuf sebagai barang dagangan. Di zaman dahulu, menemukan seseorang yang tidak jelas asal-usulnya sering kali berarti memperbudak dan memperjualbelikannya.

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

“Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (QS. Yusuf[12]: 20)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut menjual Nabi Yusuf dengan harga yang sangat murah, hanya beberapa dirham saja. Mereka tidak menginginkan Nabi Yusuf karena mereka tahu bahwa ada risiko besar jika ternyata Yusuf memiliki keluarga yang mencarinya. Oleh karena itu, mereka segera menjualnya meskipun dengan harga yang murah.

Setelah Yusuf berada di Mesir, ia menghadapi ujian baru di negeri itu, tepatnya di rumah seorang pembesar Mesir. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 21:

وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا ۚ وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan orang yang membeli Yusuf di Mesir berkata kepada istrinya, ‘Muliakanlah dia, mungkin dia bermanfaat bagi kita atau kita angkat sebagai anak.’ Demikianlah Kami memberikan kedudukan kepada Yusuf di bumi (Mesir) agar Kami ajarkan kepadanya takbir mimpi. Allah Maha Kuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf [12]: 21)

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa saudara-saudara Yusuf yang berjumlah sebelas orang menginginkan hal buruk terjadi pada Yusuf. Mereka iri dan berharap Yusuf mengalami kesulitan dan kehinaan. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki rencana yang berbeda. Allah menginginkan sesuatu yang lain bagi Yusuf, dan kehendak-Nya yang pasti akan menang. Karena Allah menguasai segala urusan, sebelum dan sesudahnya. Makanya Allah berfirman dalam Surah Yusuf:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Allah menguasai urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf [12]: 21)

Dalam Surah Yusuf ayat 22, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Dan ketika dia (Yusuf) telah dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf [12]: 22)

Saat Nabi Yusuf mencapai kedewasaan, ia diberikan kekuatan baik secara fisik, mental, maupun spiritual, yang memungkinkannya memikul beban kenabian dan risalah. Allah membalas kebaikan Nabi Yusuf dengan kebaikan, sesuai dengan firman-Nya bahwa tidak ada kebaikan melainkan akan dibalas dengan kebaikan.

Kemudian, dalam ujian yang kedua ini, yang bahkan lebih berat daripada ujian saat menghadapi saudara-saudaranya, Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 23:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan perempuan yang di rumahnya Yusuf tinggal menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya). Dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.'” (QS. Yusuf [12]: 23)

Jika kita memaknai kisah ini, ada pelajaran penting yang bisa kita ambil bahwa tidak boleh menzalimi majikan. Salah satu bentuk kezaliman kepada majikan adalah bersikap kurang ajar terhadap keluarganya, terutama istri. Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam menunjukkan adab yang sangat tinggi terhadap keluarga majikannya, menjaga kehormatan mereka dan tidak berani bertindak kurang ajar.

Nabi Yusuf berkata bahwa orang-orang yang berkhianat itu zalim, dan orang yang zalim tidak akan beruntung.

Syaikh rahimahullah menjelaskan bahwa ujian kedua yang dihadapi Nabi Yusuf ini lebih besar daripada ujian pertama bersama saudara-saudaranya. Alasannya, kesabaran yang dipersiapkan oleh Yusuf dalam menghadapi ujian ini lebih besar. Kesabaran yang dimaksud di sini adalah sabr ikhtiyar (kesabaran dengan pilihan), yang berbeda dari sabr idtirar (kesabaran karena terpaksa).

Saat menghadapi ujian pertama bersama saudara-saudaranya, Yusuf diperlakukan dengan sangat buruk: dipukul, dicaci maki, dilempar ke dalam sumur, bahkan hampir dibunuh. Kesabaran yang ditunjukkan dalam situasi itu adalah sabr idtirar, di mana seseorang tidak memiliki pilihan lain selain bersabar. Ini seperti seseorang yang tiba-tiba jatuh sakit, sementara sebelumnya ia sehat, dan ia harus bersabar dengan kondisi yang tidak diinginkan.

Kesabaran terpaksa, atau sabr idtirar, adalah ketika seseorang harus sabar karena tidak ada pilihan lain, seperti ketika diberi penyakit yang tak diinginkan, misalnya kanker. Kita tidak ingin sakit, tetapi ketika penyakit datang, kesabaran itu menjadi kesabaran terpaksa.

Namun, jika seseorang menghadapi ujian yang sebenarnya bisa dihindari, namun memilih untuk bersabar, itu disebut sabr ikhtiyar (kesabaran pilihan). Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam menunjukkan sabr ikhtiyar saat menghadapi ujian kedua. Subhanallah, padahal banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukannya dengan mudah, namun ia lebih memilih untuk mendahulukan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada hawa nafsu.

Ini adalah contoh kisah kesucian yang luar biasa, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Yusuf, di mana Nabi Yusuf lebih mendahulukan cinta Allah daripada mengikuti keinginan wanita yang menggoda dirinya.

Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dimuliakan di rumah pembesar Mesir dan dikaruniai ketampanan yang luar biasa. Ini memudahkan baginya untuk melakukan apa yang diinginkan oleh banyak orang. Nabi Yusuf berada di bawah kekuasaan seorang wanita yang menggoda dan berusaha menundukkannya. Mereka tinggal dalam satu rumah, yang memungkinkan Yusuf untuk melakukan perbuatan tersebut tanpa diketahui oleh siapa pun.

Musibahnya bertambah ketika semua pintu rumah ditutup rapat. Situasinya sangat sunyi, tempatnya sepi. Wanita tersebut sudah merencanakan segala sesuatunya dengan cermat.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ…

“Dan perempuan yang Yusuf berada di rumahnya, menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu rapat-rapat.” (QS. Yusuf [12]: 23)

Sumber : https://www.radiorodja.com/54400-ujian-yang-dihadapi-nabi-yusuf-dengan-imraatul-aziz/

Tags : nabi yusuf,kisah nabi yusuf as,nabi yusuf as,kisah nabi yusuf,kisah nabi,ujian,kisah nabi yusuf dan zulaikha,ujian nabi yusuf,kisah nabi yusuf alaihissalam,kisah nabi yusuf yang tampan,kisah nabi yusuf a.s yang dibuang ke sumur,kisah nabi dalam al qur'an,nabi,pengasihan nabi yusuf as,nabi yusuf dan zulaikha,ilmu pengasihan nabi yusuf as,kisah cinta nabi yusuf dan zulaikha,nabi yusuf dibuang ke sumur,kisah cinta nabi yusuf


Friday, April 15, 2022

Nabi Yusuf Alaihissalam Selamat dengan Sebab Keikhlasannya

 

Lihatlah cobaan yang telah menimpa Nabi Yusuf Alaihissallam, yaitu cobaan yang mendorongnya untuk melakukan zina, lalu lihatlah bagaimana dorongan yang sangat besar telah berkumpul dan menimpanya, dan di sisi lain syaitan bermaksud untuk menjerumuskannya ke dalam perbuatan zina akan tetapi ia tidak berhasil. Di antara dorongan besar yang telah menimpanya adalah keadaan beliau yang masih muda, di mana dorongan seksual sangatlah kuat di dalam dirinya, selain itu ia adalah seorang pemuda yang sangat tampan, dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُعْطِيَ يُوْسُفُ سَطْرَ الْحُسْنِ.

“Yusuf Alaihissallam diberikan setengah dari ketampanan (seluruh manusia).”1

Ini menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi isteri raja (untuk berzina dengannya) apalagi tidak ada seorang pun dari anggota keluarga yang melihatnya yang akan membongkar perbuatan tersebut, tetapi sungguh pun demikian, beliau Alaihissallam tetap teguh dalam pendirian berkat karunia dan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hal ini digambarkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ 

“…Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang ikhlas.” [Yuusuf/12: 24]

Dengan keikhlasanlah Yusuf Alaihissallam selamat. Wahai para pemuda apakah Anda tidak bisa mengambil pelajaran dari kisah ini? Wahai para pemudi apakah Anda tidak merenungi kisah ini? Berapa banyak pemuda dan pemudi yang tidak bisa menundukkan pandangannya -dan hal yang lebih dahsyat lagi- disebabkan hanya karena ketidakikhlasan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Penolong dan Pelindung bagi kita semua.

[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]

Footnote

1 Shahiihul Jaami’ (no. 1073).

Hikmah Berqurban