*Kisah Nabi Ibrahim Mendakwahi Kaumnya di Babil*
Sebagaimana telah disebutkan bahwa bukan hanya Ayahnya yang memusuhinya, melainkan juga seluruh kaumnya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapati dua kaum yang melakukan kesyirikan dengan model yang berbeda satu sama lain. Kaum Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di Babil menyembah patung-patung (makhluk di bumi), sedangkan di Harran beliau mendapati kaum yang menyembah benda-benda langit seperti bintang, rembulan dan matahari([1]).
Dalam surat yang lain Ibrahim menjelaskan tentang Allah dihadapan mereka, dan sifat-sifat Tuhan yang seharusnya.
Allah berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ، إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ، قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ، قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ، أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ، قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ، قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ، أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ، فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ، الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ، وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ، وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ، وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ، وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada Bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?. Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”. Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?”. Mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”. Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam. (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS Asy-Syuáro : 69-82)
Tatkala mereka sudah kalah hujjah, maka tidak ada cara lain keculai dengan menggunakan otot dan kekerasan. Akhirnya mereka pun marah dan ingin agar Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dibunuh. Akan tetapi mereka menginginkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dibunuh dengan cara yang tidak wajar yaitu dibakar([21]) di hadapan banyak orang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak“. (QS. Al-Anbiya’ : 68)
Dengan nada marah dan penuh provokasi mereka berkata, “Bakarlah Ibrahim dan tolonglah tuhan-tuhan kalian !”. Sekali lagi tanpa mereka sadari mereka mengakui dengan lisan mereka bahwa tuhan-tuhan mereka butuh pertolongan, lantas apakah pantas mereka menyembah tuhan-tuhan yang tidak bisa menolong dirinya sendiri??.
Sebelum dibakar Ibrahim ditahan/dipenjara di suatu bangunan.
Allah berfirman :
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ
Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu” (QS As-Shaaffat : 97)
Yaitu mereka memenjarankannya di sebuah bangunan/rumah lalu merekapun mengumpulkan kayu bakar([22]).
Ketika Ibrahim tahu dia akan dibakar maka ia berkata :
إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ
“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (QS As-Shooffaat : 99)
Sebagian ulama berkata :
قوله إِنِّي ذاهِبٌ ليس مراده به الهجرة كما في آية أخرى وإنما مراده لقاء الله بعد الاحتراق ولأنه ظن أن النار سيموت فيها، فقال هذه المقالة قبل أن يطرح في النار، فكأنه قال إني سائر بهذا العمل إلى ربي، وهو سيهديني إلى الجنة
“Perkataan Ibrahim “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku” Maksudnya bukanlah berhijrah sebagaimana pada ayat yang lain([23]), akan tetapi maksud beliau adalah bertemu dengan Allah setelah terbakar. Karena Ibrahim menyangka ia akan meninggal terbakar api, maka iapun mengucapkan perkataan ini sebelum dilemparkan ke neraka. Maka seakan-akan beliau berkata, “Aku berjalan menuju Allah dengan amalku ini kepada Rabbku, dan Rabbku akan memberi petunjuk kepadaku menuju surga” ([24]).
Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, maka mereka pun mengumpulkan kayu bakar yang sangat banyak. Mereka hendak membuat lautan api yang terbesar di alam semesta waktu itu. Saking semangatnya orang-orang ingin membakar Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sampai disebutkan bahwa ada seorang wanita yang sedang sakit kemudian bernazar bahwa jika dia sembuh, maka akan dibawakan kayu bakar untuk (membakar) Nabi Ibrahim ‘alaihissalam([25]). Demikian juga disebutkan ada seorang nenek tua memikul kayu bakar di atas punggungnya, maka dikatakan kepadanya, “Kemana engkau hendak pergi?”, ia berkata, “Aku pergi kepada orang yang mencela tuhan-tuhan kita” ([26]). Demikian juga disebutkan ada seorang lelaki tua yang sudah lama tidak pernah keluar dari rumahnya, namun pada hari itu ia keluar sambil membawa kayu bakar dengan tujuan untuk bertaqorrub kepada sesembahan-sesembahan mereka([27]).
Ketika telah terkumpulkan kayu bakar yang banyak, mereka kemudian menyalakan api. Maka untuk melempar Ibrahim ke tengah lautan api merekapun menggunakan الْمَنْجَنِيْقُ manjaniiq (yaitu alat pelempar semisal ketapel besar). Maka dibukalah baju Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kemudian diletakkan di atas pelempar tersebut, dan kemudian dilemparkan ke dalam lautan api tersebut. Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilempar ke dalam lautan api tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih bahwa beliau hanya mengucapkan,
حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ
“Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.” ([28])
Ucapan ini merupakan ucapan yang luar biasa, yang bisa diucapkan oleh semua orang. Akan tetapi berbeda ketika diucapkan dalam hati yang paling dalam yaitu yakin bahwa hanya Allah yang bisa memberikan pertolongan.
Maka Allah Subhanahu wa ta’ala menolong Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ
“Kami berfirman (kepada api): “Hai api jadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al-Anbiya’ : 69-70)
Akhirnya api yang harusnya membakar menjadi dingin karena perintah Allah Subhanahu wa ta’ala. Dingin yang dirasakan Nabi Ibrahim tidak terlalu dingin, melainkan dingin sejuk yang membuatnya selamat ketika jatuh ke dalam api tersebut dan tidak terbakar. Inilah mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang diperlihatkan kepada penduduk kota Babil. Akan tetapi mereka tetap tidak beriman, karena berpegang pada tradisi mereka.
Dalam hadits disebutkan cicak ikut meniup untuk membesarkan api.
عَنْ أُمِّ شَرِيكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ” أَمَرَ بِقَتْلِ الوَزَغِ، وَقَالَ: كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ “
Dari Ummu Syariik bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam memerintah untuk membunuh cicak, dan Nabi berkata, “Cicak dulu meniup (untuk membesarkan api) Ibrahim álaihis salam” ([29])
Imam Ahmad meriwayatkan
عَنْ سَائِبَةَ أَنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى عَائِشَةَ، فَرَأَتْ فِي بَيْتِهَا رُمْحًا مَوْضُوعًا، فَقَالَتْ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، مَا تَصْنَعِينَ بِهَذَا الرُّمْحِ؟ قَالَتْ: ” نَقْتُلُ بِهِ الْأَوْزَاغَ، فَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَخْبَرَنَا أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، لَمْ تَكُنْ دَابَّةٌ إِلَّا تُطْفِئُ النَّارَ عَنْهُ، غَيْرُ الْوَزَغِ، فَإِنَّهُ كَانَ يَنْفُخُ عَلَيْهِ، فَأَمَرَ عَلَيْهِ الصَّلَاة وَالسَّلَامُ بِقَتْلِهِ
Dari Saibah, ia masuk ke rumah Aisyah, maka ia melihat di rumah Aisyah ada tombak yang diletakan di tempatnya. Iapun bertanya : “Wahai ibunda kaum mukminin, apa yang hendak engkau lakukan dengan tombak ini?”. Beliau menjawab, “Untuk menombak cicak-cicak, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kami bahwasanya Ibrahim ‘alaihis salam ketika dilemparkan di api maka tidak ada seekor hewanpun kecuali berusaha mematikan api, kecuali cicak, cicak meniupkan untuk memperbesar nyala api. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membunuhnya” ([30])
Karenanya kita disunnahkan untuk membunuh cicak selain karena ia adalah hewan yang membawa penyakit dan suka mengganggu ([31]), ternyata nenek moyangnya juga dulu pernah menjadi musuh tauhid yaitu ikut membantu kaum musyrikin dalam meniup untuk memperbesar nyala api yang membakar Ibrahim. Nabi mengkaitkan membunuh cicak juga dengan sebab ini agar kita selalu ingat akan pengorbanan Nabi Ibrahim álaihis salam dalam memperjuangkan tauhid, dan agar kita juga senantiasa memusuhi orang-orang yang memusuhi tauhid kepada Allah, wallahu a’lam ([32]).
Footnote:
([1]) Lihat Qashas Al-Anbiya’ 1/169
([21]) Lihat at-Tahriir wa at-Tanwiir 17/105
([22]) Lihat Tafsir at-Thobari 16/306
([23]) Yaitu firman Allah :
وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Ibrahim berkata : Sesungguhnya aku berhijrah menuju Rabbku, sesungguhnya Dia adalah Maha Perkasa dan Maha Bijak” (QS Al-Ánkabuut : 26)
([24]) Al-Muharror al-Wajiiz 4/480, lihat tafsir at-Thobari 19/576
([25]) Lihat Tafsir Ibnu Katsir 5/308
([26]) Lihat Maussuah at-Tafsiir al-Ma’tsuur 14/571
([27]) Lihat Maussuah at-Tafsiir al-Ma’tsuur 14/569
([28]) HR. Bukhari 6/39 no. 4564
([29]) HR Al-Bukhari no 3359
([30]) HR Ahmad no 24780
([31]) Nabi shallallahu álaihi wasallam menamakan cicak dengan fuwasiq (yaitu pengganggu kecil).
Aisyah berkata :
قَالَ لِلْوَزَغِ: «فُوَيْسِقٌ»
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam berkata tentang cicak : “Fuwaisiq (pengganggu kecil)” (HR al-Bukhari no 1831)
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا»
Dari Ámir bin Saád dari Ayahnya (Saád bin Abi Waqqosh) bahwsanya Nabi shalllahu álaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh cicak dan Nabi menamakannya dengan Fuasiq” (HR Muslim no 2238)
Yang dimaksud dengan fuasiq (dari kata hewan fasiq) yaitu yang mengganggu dan memberikan kemudorotan. Ada beberapa hewan yang lain yang Nabi namakan dengan fasiq, Nabi bersabda :
خَمْسٌ فَوَاسِقُ، يُقْتَلْنَ فِي الحَرَمِ: الفَأْرَةُ، وَالعَقْرَبُ، وَالحُدَيَّا، وَالغُرَابُ، وَالكَلْبُ العَقُورُ
“Lima hewan fasiq dibunuh (meskipun di tanah haram), tikus, kalajengking, semacam elang, gagak, dan anjing buas” (HR Al-Bukhari 3314 dan Muslim no 1198, dalam riwayat yang lain : ular)
An-Nawawi berkata :
وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ الْوَزَغَ مِنَ الْحَشَرَاتِ الْمُؤْذِيَاتِ… وَأَمَّا تَسْمِيَتُهُ فُوَيْسِقًا فَنَظِيرُهُ الْفَوَاسِقُ الْخَمْسُ الَّتِي تُقْتَلُ فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ وَأَصْلُ الْفِسْقِ الْخُرُوجُ وَهَذِهِ الْمَذْكُورَاتُ خَرَجَتْ عَنْ خَلْقِ مُعْظَمِ الْحَشَرَاتِ وَنَحْوِهَا بِزِيَادَةِ الضَّرَرِ وَالْأَذَى
Para ulama sepakat bahwasanya cicak termasuk serangga yang mengganggu….adapun dinamakan dengan fasiq kecil maka ia seperti lima hewan yang semisalnya yang dibunuh di tanah halal dan di tanah haram. Dan asal dari kata fasiq adalah “keluar”, dan hwan-hewan fasiq ini keluar (berbeda) dengan keumuman hewan-hewan serangga dan semisalnya dengan, yaitu berbeda dengan kelebihan memberi mudorot dan gangguan” (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14/236-237)
Riset medis modern menunjukan bahwa salah satu jenis bakteri yang bisa ditemui di dalam tubuh cicak adalah Escherichia Coli atau E.Coli. Bakteri E.Coli dikenal luas sebagai salah satu penyebab utama sakit perut atau gangguan pencernaan lainnya.
Karena alasan inilah, ada baiknya kita memastikan bahwa lauk atau makanan yang akan kita konsumsi ditutup dengan tudung saji dengan rapat sehingga tidak akan mudah dimasuki oleh cicak. Selain itu, sendok nasi juga sebaiknya tidak diletakkan dengan sembarangan agar tidak mudah disentuh oleh cicak sehingga tidak akan mudah terkontaminasi bakteri E.Coli yang berbahaya (Lihat https://doktersehat.com/bahaya-banyak-cicak-di-rumah/)
([32]) Peringatan : Jangan disalah pahami seakan-akan Nabi shallallahu álaihi wasallam mengakui adanya dosa turunan (yaitu cicak sekarang ikut menanggung dosa cicak zaman nabi Ibrahim álaihis salam), karena masalah membunuh cicak ada sebab yang lainnya, yaitu Nabi menggolongkannya sebagai hewan fasiq (yang mengganggu), karenanya seandainya cicakpun tidak pernah meniup api nabi Ibrahim tetap saja dianjurkan untuk dibunuh. Ternyata cicak juga dulu pernah meniup api nabi Ibrahim álaihis salam, maka selain diperintahkan untuk dibunuh agar terhindar dari gangguannya sekalian juga untuk mengingat perjuangan dan perngorbanan Nabi Ibrahim álaihis salam. Dalam istilah kita sekali mendayuh dua hingga tiga pulau terlampaui.
bekalislam.firanda.com
No comments:
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.