Skip to main content

MALAIKAT


Mereka adalah makhluk ghaib yang Allah ciptakan dari cahaya dan memiliki ketaatan yang sempurna terhadap Allah. Allah berikan kekuatan kepada mereka agar tetap menyembah dan mengikuti segala titah-Nya. Tidak ada di antara mereka yang membangkang dan menolak perintah-Nya. Terkait jumlah mereka ada banyak sekali. Mereka adalah makhluk berjasad dan juga memiliki akal. 

Seorang muslim mesti mengimani malaikat dan *keimanan terhadap malaikat tercakup dalam beberapa poin:*

1. Mengimani keberadaannya.

2. mengimani nama-nama sebagian malaikat yang memang disebutkan dalam nash, seperti Jibril dan lainnya, begitu pula malaikat yang tidak disebutkan namanya dalam nash.

3. Mengimani karakteristik malaikat yang tercantum dalam nash. Di antaranya Jibril yang pernah dilihat oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam bentuk/rupa aslinya yang memiliki 600 sayap yang menutup ufuk. Sebagian malaikat juga bisa menyerupai anak Adam sebagaimana ma’ruf dalam hadits yang menyebutkan bahwa ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat guna mengajarkan mereka melalui pertanyaan terkait iman, ihsan, dll. Sosok tersebut adalah Jibril alaihissalam. Begitu pula saat Jibril menyerupai wujud manusia yang Allah utus saat itu untuk menemui Maryam.

4. Mengimani sejumlah tugas yang Allah berikan kepada masing-masing kelompok/individu malaikat. 

Ada di antara mereka yang tugasnya menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul shalawatullah alaihim ajmain, itulah Jibril alaihissalam. Jibril menjadi perantara antara Allah dengan para utusan-Nya. Wahyu adalah kehidupan bagi hati. Mikail bertugas untuk mengurus hujan, embun/salju dan tumbuh-tumbuhan yang merupakan wasilah kehidupan di bumi. Israfil ditunjuk untuk meniup sangkakala nantinya jika telah tiba hari kiamat dan itu adalah akhir kehidupan dunia. 

Malaikat maut ditugaskan untuk mencabut ruh seorang insan dan itu adalah akhir kehidupan dunia bagi yang bersangkutan. Ada pula malaikat yang dimandatkan ke dalam rahim ketika ketika seseorang telah genap 4 bulan di rahim ibunya. Malaikat tersebut bertugas untuk mencatat ajal, rizki, amal dan apakah nantinya ia akan bahagia atau menderita. 

Ada pula malaikat yang ditugaskan untuk menjaga anak Adam. Malaikat lain bertugas untuk mencatat amal baik seorang insan dan berada di sisi kanannya sementara malaikat lain berada di sisi kiri untuk mencatat amal buruknya.

Saat seorang insan telah dibenamkan dalam kuburnya, ada dua malaikat yang bertugas untuk menanyainya terkait Rabb, agama dan nabinya. Jika ruh tersebut adalah ruh beriman, Allah sediakan kafan dari Surga. Malaikat akan mengkafaninya dengan kafan tersebut dan juga wewangian surga. Malaikat kan membawanya menemui Allah. Allah berkata kepada malaikat: “Tulislah catatan hambaku dalam ‘illiyin.” Malaikat lalu membawa kembali ruh itu ke bumi/kuburnya. Sementara jika ruh tersebut bukanlah ruh beriman, kafan yang disediakan malaikat adalah kafan dari neraka. Malaikat akan membawa ruh tersebut ke langit. Pintu-pintu langit tertutup untuknya lalu dihempaskan kembali ke kuburnya. Allah katakan, tulislah amal hambaku dalam sijjin. Allah berfirman: “Siapa yang melakuka kesyirikan, seolah-olah dia jatuh dari langit lalu disambar burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS al-Hajj: 31). 

Ada pula malaikat yang bertugas untuk berkelana di bumi mencari majelis ilmu untuk duduk belajar dan juga memberikan penghormatan kepada orang yang tengah belajar itu. Dan sejumlah tugas lain yang Allah singgung dalam nash.

Allah menetapkan bahwa mereka tak bisa dilihat. *Di antara hikmahnya adalah:*

1. Agar iman kita terhadap mereka adalah iman terhadap yang ghaib, dan itulah yang terpuji. Itulah cara Allah menghentak keyakinan hamba-Nya. Sementara iman terhadap apa yang terlihat, nilai pujiannya tak setinggi iman terhadap yang ghaib bahkan tidak bermanfaat. Karena itu, ketika seorang beriman saat kematian datang kepadanya maka iman itu tak lagi bermanfaat sama sekali sebab saat itu ia mengimani apa yang sudah nampak.

2. Agar seseorang tidak merasa tergganggu dengan keberadaan mereka yang terlihat. Bayangkan jika mereka terlihat. Ada di samping kanan dan kiri. Mereka berkerumun di majelis ilmu. Ada di masjid, dll. Ini akan membuat manusia merasa terganggu. Sebagaimana sebagian orang indigo yang melihat ragam bentuk jin di rumah, jalan-jalan atau di mana pun tempat yang ia tuju dan kunjungi, jelas yang bersangkutan merasa terganggu. Sama seperti sekiranya Allah perdengarkan kepada manusia tasbih seluruh makhluk di bumi, tentu manusia tidak akan tidur karena setiap detik ia mendengar suara. Wallahu a’lam.

Sumber bacaan:

-Al-Mukhtashar fil Aqidah, Dr. Khalid al-Musyaiqih

-Syarhu al-Aqidah al-Wasithiyah, syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin

-Syarhu Aqidah Ahlissunnah wal Jama'ah, syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin


Penyusun: *Yani Fahriansyah*

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.