Skip to main content

AGAR SAKIT MEMBAWA KEBAIKAN

Bismillah

(1) JIKA AKU SAKIT, MAKA DIALAH YANG MENYEMBUHKAN

         وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

"Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku." (QS. Asy-Syu’ara' 80).

          فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ 

Kemudian ia berkata : "Sesungguhnya aku sakit."

(QS. As-Shaffat 89).

 وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yunus 107).

(2) BALASAN ITU SESUAI DENGAN KADAR COBAAN

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Dari Anas bin Malik dari Rasulullah ﷺ , bahwa beliau bersabda : "Besarnya ganjaran pahala sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima ujian tersebut, maka baginya ridha Allah. Dan barangsiapa murka (tidak menerima ujian tersebut), maka baginya murka Allah." Hasan : Al Misykah (1566). Ash-Shahihah (146).

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَيْهِ فَوَجَدْتُ حَرَّهُ بَيْنَ يَدَيَّ فَوْقَ اللِّحَافِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَشَدَّهَا عَلَيْكَ قَالَ إِنَّا كَذَلِكَ يُضَعَّفُ لَنَا الْبَلَاءُ وَيُضَعَّفُ لَنَا الْأَجْرُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ الصَّالِحُونَ إِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيُبْتَلَى بِالْفَقْرِ حَتَّى مَا يَجِدُ أَحَدُهُمْ إِلَّا الْعَبَاءَةَ يُحَوِّيهَا وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيَفْرَحُ بِالْبَلَاءِ كَمَا يَفْرَحُ أَحَدُكُمْ بِالرَّخَاءِ

“Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, aku pernah mendatangi Rasulullah ﷺ  ketika beliau dalam keadaan sakit. Lalu kupegang beliau dan kurasakan panasnya di tanganku dari atas selimut. Kemudian aku berkata : 'Wahai Rasulullah, sungguh berat sakit yang menimpamu.' Beliau menjawab : 'Sungguh begitulah (kondisi) kita, (ketika) dilipatgandakan cobaan kepada kita (maka) dilipatgandakan pula ganjaran pahala bagi kita.' Aku bertanya : 'Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya ?' Beliau menjawab : 'Para nabi.' Aku kembali bertanya : 'Wahai Rasulullah. Lalu siapa lagi ?' Beliau menjawab : 'Kemudian orang-orang shalih. Jika seseorang dari mereka diuji dengan kemiskinan hingga ia tidak memiliki kecuali mantel yang menyelimutinya, maka ia akan gembira dengan cobaan itu, sebagaimana seorang dari kalian bergembira dengan kemewahan." Shahih : Ash-Shahihah (144).

(3) BAHWA COBAAN DAN PENYAKIT MENJADI KAFARAT (PENGHAPUS DOSA) DAN PENYUCIAN DIRI

أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

“Bahwa Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah suatu musibah yang menimpa seorang muslim bahkan duri yang melukainya sekalipun melainkan Allah akan menghapus (kesalahannya)." (HR. Muttafaqun 'alaihi).

 قَالَ أَجَلْ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ

"Beliau menjawab : "Benar, tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah melainkan Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya."(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ أَوْ أُمِّ الْمُسَيَّبِ فَقَالَ مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ قَالَتْ الْحُمَّى لَا بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا فَقَالَ لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

 “ Dari Jabir bin Abdullah t , bahwasanya Rasulullah J  pernah mengunjungi Ummu Saib (atau Ummu Musayyab) seraya berkata, "Ya Ummu Saib (atau Ummu Musayyab) kamu sakit apa, menggigil ?" Ummu Saib menjawab : "Saya sakit demam. Allah tidak memberikan keberkahan kepada saya dalam sakit ini." Lalu Rasulullah bersabda : "Janganlah kamu mencela sakit demam/panas. Karena, sesungguhnya, penyakit tersebut dapat menghapuskan dosa manusia sebagaimana umbupan menghilangkan karat besi." (Muslim 8/16).

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصْرَعُ صَرْعَةً مِنْ مَرَضٍ إِلاَّ بُعِثُ مِنْهَاطاَهِراً

  “ Tidaklah seorang muslim terkena Ayan karena suatu penyakit , melainkan dia di bangkitkan dalam kaadaan suci.“ (HR. Oleh Ibnu Abu Dunya, Ath-Thabrani, Al-Baihaqi. Al-Mundzir dan Al-Haitsami berkata : ”Para perawinya adalah tsiqah”).

(4) BAHWA COBAAN DAN PENYAKIT MERUPAKAN SEBAB MASUKNYA SEORANG MUSLIM KE JANNAH ( SURGA )

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عِمْرَانَ أَبِي بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى قَالَ هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ فَقَالَتْ أَصْبِرُ فَقَالَتْ إِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ أَنَّهُ رَأَى أُمَّ زُفَرَ تِلْكَ امْرَأَةً طَوِيلَةً سَوْدَاءَ عَلَى سِتْرِ الْكَعْبَةِ

“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Imran bin Abu Bakar dia berkata, telah menceritakan kepadaku 'Atha` bin Abu Rabah dia berkata : Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku : "Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita dari penduduk surga ?" jawabku : "Tentu." Dia berkata : "Wanita berkulit hitam ini, dia pernah menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata : "Sesungguhnya aku menderita epilepsi dan auratku sering tersingkap (ketika sedang kambuh), maka berdoalah kepada Allah untukku." Beliau bersabda : "Jika kamu berkenan, bersabarlah maka bagimu surga, dan jika kamu berkenan, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu." Ia berkata : "Baiklah aku akan bersabar." Wanita itu berkata lagi : "Namun berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap." Maka beliau mendoakan untuknya." Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah mengabarkan kepada kami Makhlad dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku 'Atha' bahwa dia pernah melihat Ummu Zufar adalah wanita tersebut, ia adalah wanita berperawakan tinggi, berkulit hitam sedang berada di tirai Ka'bah." (HR. Mutafaqun 'alaihi).

(5) BAHWA COBAAN MERUPAKAN TANDA KECINTAAN ALLAH AZZA WAJALLA KEPADA HAMBANYA

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Dari Anas bin Malik dari Rasulullah ﷺ , bahwa beliau bersabda : "Besarnya ganjaran pahala sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima ujian tersebut, maka baginya ridha Allah. Dan barangsiapa murka (tidak menerima ujian tersebut), maka baginya murka Allah." Hasan : Al-Misykah (1566). Ash-Shahihah (146).

(6) SESUNGGUHNYA PENYAKIT TIDAK AKAN MENGHALANGI BERLAKUNYA AMAL SHALEH YANG BIASA DIA LAKUKAN SEBELUM SAKIT

سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى مِرَارًا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

"Aku sering mendengar berkali-kali Abu Musa berkata : Rasulullah ﷺ telah bersabda: "Jika seorang hamba sakit atau bepergian (lalu beramal) ditulis baginya (pahala) seperti ketika dia beramal sebagai muqim dan dalam keadaan sehat." (HR. Shahih Al-Bukhari).

(7) SESUNGGUHNYA ALLAH AZZA WAJALLA MENURUNKAN SUATU PENYAKIT MELAINKAN DIA JUGA MENURUNKAN OBATNYA,KECUALI USIA TUA

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ s  قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam  beliau bersabda : "Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga." (HR. Al-Bukhari).

عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Dari Jabir, dari Rasulullah ﷺ  bahwasanya beliau bersabda : "Setiap penyakit pasti ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah Azza wa Jalla" (Muslim 7/21).

فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ عَلَيْنَا جُنَاحٌ أَنْ لَا نَتَدَاوَى قَالَ تَدَاوَوْا عِبَادَ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ مَعَهُ شِفَاءً إِلَّا الْهَرَمَ  

"Mereka bertanya : 'Wahai Rasulullah, apakah bagi kami sanksi jika kami tidak berobat ?' Beliau menjawab, 'Wahai hamba Allah, berobatlah kalian. Karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan padanya kesembuhan, selain masalah ketuaan."  Shahih : Ghayah Al-Maram (292), Ash-Shahihah (433), Al-Misykah (4532 dan 5079).

 (8) TIDAK BOLEH BEROBAT DENGAN BARANG YANG HARAM

عَنْ طَارِقِ بْنِ سُوَيْدٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ بِأَرْضِنَا أَعْنَابًا نَعْتَصِرُهَا فَنَشْرَبُ مِنْهَا قَالَ لَا فَرَاجَعْتُهُ قُلْتُ إِنَّا نَسْتَشْفِي بِهِ لِلْمَرِيضِ قَالَ إِنَّ ذَلِكَ لَيْسَ بِشِفَاءٍ وَلَكِنَّهُ دَاءٌ

  “Dari Thariq bin Suwaid Al-Hadhrami, ia berkata : "Aku bertanya : 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya di negeri kami banyak anggur yang kami peras. Apakah kami boleh meminumnya ?' Beliau menjawab : 'Tidak' Aku berkata, 'Sesungguhnya kami memakainya untuk menyembuhkan orang sakit ?' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya (anggur perasan) itu bukanlah penyembuh, tetapi (hanyalah) penyakit'." Shahih : Ghayah Al-Maram (65). Muslim.

(9) BOLEH MENGGUNAKAN RUQYAH, SELAMA TIDAK MENGANDUNG SYIRIK

 عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

1468- Dari Auf bin Malik Al-Asyja'i, dia berkata : "Kami sering menggunakan mantera pada masa jahiliah. Lalu kami tanyakan hal itu kepada Rasulullah ﷺ : "Ya Rasulullah, bagaimana tentang mantera itu menurut engkau ?" Beliau berkata : "Tidak mengapa menggunakan mantera selama tidak mengandung syirik !" (Muslim 7/19).

(10) BERTAQWA KEPADA ALLAH AZZA WAJALLA MENURUT KEMAMPUAN

فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

"Apa bil aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian." (Shahih  Al-Bukhari dan Muslim).

(11) JAUHILAH KEBANYAKAN PRASANGKA BURUK (SYU’UZHON)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Silahkan dishare untuk menyebarkan ilmu agama dan kebaikan. Jazakumullahu khairan.

(Oleh Dr.Ahmad bin Abdurrahman al-Qadhi).

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...