Skip to main content

Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah

 

KAJIAN ISLAM ILMIAH TENTANG JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH

Dari sahabat Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau mengatakan bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu dosa-dosa besar?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Dosa-dosa besar adalah mempersekutukan Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah ‘Azza wa Jalla” (HR. Al-Bazzar).

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Seandainya orang beriman mengetahui apa yang Allah siapkan dari hukuman, maka tidak seorang pun yang berharap untuk mendapatkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui apa yang Allah siapkan dari rahmat dan kasih sayang-Nya, maka tidak akan ada seorang pun yang putus asa dari surga-Nya” (HR. Muslim).

Putus asa dan putus harapan dari rahmat Allah ‘Azza wa Jalla adalah sifat yang membinasakan. Syariat sangat mencela dan memperingatkan kita agar menjauhi dua sifat ini, karena keduanya sangat berbahaya apabila menguasai hati seseorang. Jika kedua sifat ini merasuki jiwa seseorang, dia akan menjadi orang yang sengsara dan celaka. Sebab, putus asa dan putus harapan termasuk dosa-dosa besar.

Allah Ta’ala berfirman:

… ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ 

“Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang yang kafir.” (QS. Yusuf[12]: 87)

Juga Allah berfirman:

 وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

“Dan tidak berputus asa dari rahmat tuhannya kecuali orang yang tersesat.” (QS. Al-Hijr[15]: 56)

Sumber dari keputusasaan adalah kebodohan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dan ketidaktahuan terhadap kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Orang yang putus asa dari rahmat Allah tidak mengetahui bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Meliputi segala sesuatu, dan Maha Kuasa. Tidak ada sesuatu pun yang tidak mampu Allah lakukan di langit dan di bumi. Allah Maha Penerima taubat, Maha Pengasih, yang selalu membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menunggu taubatnya orang yang berbuat dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menunggu taubat orang yang berbuat dosa di malam hari. Allah Maha Pemurah dan Maha Dermawan, tangan-Nya penuh dengan kebaikan yang tidak akan pernah habis, yang terus-menerus Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya siang dan malam. Allah Maha Pengampun, tidak ada dosa sebesar apapun yang tidak mungkin diampuni oleh Allah. Allah Maha Pemalu dan Maha Baik; Allah malu kepada hamba yang mengangkat kedua tangannya kemudian Ia kembalikan dalam keadaan tangan kosong.

Nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat-Nya yang sangat luhur yang mengharuskan kita memurnikan ibadah hanya kepada-Nya dan yakin terhadap kebaikan Allah ‘Azza wa Jalla. Kita harus selalu bersandar, bertawakal hanya kepada Allah, tamak akan kebaikan-kebaikan dan ampunan-Nya. Janganlah kita putus asa dan putus harapan, karena Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata dalam Hadits Qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Sesungguhnya Aku berada di atas persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku.”

Dalam hadits lain, Allah berfirman:

 يَاعِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ, يَاعِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ, يَاعِبَادِي كُلُّكُمْ عَار إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ, يَاعِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat, kecuali yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, Aku akan memberi petunjuk kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar, kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makanan kepada-Ku, Aku akan memberi kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tidak memakai pakaian, kecuali yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, Aku akan memberi pakaian kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuni kalian.”

Lihat: Hadits Arbain ke 24 – Allah Mengharamkan Kedzaliman

يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ! لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dosa-dosa kalian sebanyak apapun itu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalau seandainya dosa-dosa kalian setinggi langit kemudian kalian meminta ampun kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosa itu untukmu. Wahai anak Adam, kalau seandainya kalian datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi dosa kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, maka Aku akan membawa sebanyak itu pula ampunan.” (HR. Tirmidzi)

Maka untuk apa putus asa dan putus harapan dari rahmat Allah, sedangkan Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan:

…وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ…

“Sesungguhnya rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf[7]: 156)

Barangsiapa yang menyadari bahwa segala perkara berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, di bawah kendali Allah Jalla fi ‘Ula, dan bahwasanya semua akan berjalan sesuai dengan takdir dan keputusan-Nya, maka apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. Apa yang menimpa seorang hamba tidak akan meleset darinya, dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya. Apabila seseorang beriman dengan hal tersebut, hatinya akan tenang, tidak goncang, dan menjadi tentram. Kegoncangan hati tidak akan mengubah sesuatu yang telah ditakdirkan, dan kekesalan tidak akan mendatangkan perkara yang tidak ditakdirkan. Orang yang goncang, kesal, dan sedih hanya akan menambah kesedihannya, merusak hatinya, mengurangi keimanannya, dan melemahkan hubungannya dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

Di antara doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika seseorang merasa sedih, kecewa, atau galau, doa ini akan mengembalikan seseorang pada kondisi yang baik, yaitu doa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِـيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِـيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي، وَنُوْرَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي

“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Keputusan-Mu berlaku padaku, takdir-Mu adil padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau namakan diri-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, penghilang kesedihanku, dan pengusir kegalauanku.”

Tidaklah seseorang merasa sedih kemudian berdoa dengan doa ini, kecuali Allah akan mengusir kesedihan dan kegalauannya, serta menggantikan dengan kebahagiaan. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya, “Tidakkah kami perlu mempelajarinya?” Beliau menjawab, “Tentu, setiap orang yang mendengarnya seharusnya mempelajarinya, menghafalkannya, dan mengamalkannya.” (HR. Ahmad)

Barangsiapa yang merasa putus asa karena banyaknya dosa dan seringnya berbuat maksiat, hendaklah memperhatikan firman Allah:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'” (QS. Az-Zumar [39]: 53).

Ini adalah ayat yang memberi harapan besar. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah merasa berat untuk mengampuni dosa sebesar apapun. Dan tidak ada hajat dan kebutuhan yang tidak mampu Allah penuhi, karena Allah adalah Dzat yang paling Pemurah, yang paling luas karunia-Nya, yang paling Maha Penyayang, dan yang paling Dermawan untuk dimintai apa pun. Allah ‘Azza wa Jalla adalah Yang paling mulia dan mampu mencukupi siapa saja yang bersandar dan bertawakal kepada-Nya. Dia lebih sayang kepada hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya.

Maka, diantara definisi atau makna dari kata “الرجاء (berharap)” adalah kita melihat kepada rahmat Allah ‘Azza wa Jalla.

Sumber : https://www.radiorodja.com/54421-jangan-putus-asa-dari-rahmat-allah

Tags : jangan putus asa dari rahmat allah,jangan berputus asa dari rahmat allah,putus asa dari rahmat allah,jangan putus asa dengan rahmat allah,jangan lah berputus asa dari rahmat allah,ustadz adi hidayat jangan putus asa dari rahmat allah,jangan berputus asa dari rahmat allah ayat,jangan kamu berputus asa dari rahmat allah,jangan putus asa,jangan berputus asa dari rahmat allah surah,ayat quran jangan berputus asa dari rahmat allah

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...