Showing posts with label cara dzikir. Show all posts
Showing posts with label cara dzikir. Show all posts

Thursday, October 31, 2019

Kapan Waktu Dzikir Pagi Dimulai

Waktu Dzikir Pagi

Pertanyaan : Sebaiknya zikir pagi dimulai jam berapa?

Jawaban :

Bismillah, Walhamdulillah was-Sholatu was-Salamu ‘ala Rasulillah,

Saudara-saudari yang kami muliakan, berzikir pada waktu pagi dan petang merupakan sebuah ibadah yang sangat mulia yang disyari’atkan oleh Allah ﷻ, sebagaimana Allah ﷻ berfirman :

واذكر اسم ربك بكرة وأصيلا

“Dan sebutlah nama Tuhanmu (berdzikir) pada waktu pagi dan petang” (QS. Al-Insan : 25)

Syaikh Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa ayat ini merupakan perintah untuk berzikir pada permulaan siang dan penghujungnya, sehingga termasuk di dalamnya Sholat-sholat fardhu dan sholat-sholat Sunnah, zikir dan tasbih, tahlil, dan bertakbir pada waktu-waktu ini. 
(Taisirul karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan: 901).

Dalam ayat lain, Allah ﷻ berfirman :

فسبحان الله حين تمسون وحين تصبحون

“Bertasbihlan kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari” (QS. Ar-Ruum : 17)

Adapun dalil-dalil secara khusus dari Sunnah Rasulullah ﷺ mengenai perintah zikir pagi dan petang sangat banyak sekali, di antaranya adalah :

عن عثمان بن عفان رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من عبد يقول في صباح كل يوم ومساء كل ليلة بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم ثلاث مرات إلا لم يضره شيء رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح

“Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : Jika seorang hamba berkata pada setiap waktu pagi dan sore harinya “Bismilahilladzi la yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wala fis sama’I wa Huwas Sami’ul ‘Alim” (Dengan nama Allah yang tidak ada satupun bahaya di bumi maupun di langit dengan nama-Nya tersebut, dan IA Maha mendengar dan Maha mengetahui), sebanyak 3 kali, maka tidak ada satupun yang bisa membahayakan dirinya (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi dan beliau mengatakan bahwa derajatnya Hasan Shahih) (Syarah Riyadhus Shalihin : 5/544)

Dalam ayat dan hadits tersebut terdapat perintah dari Allah ﷻ tentang zikir pada waktu pagi dan petang, Adapun mengenai waktu zikir pagi, secara bahasa ‘bukroh’ (بكرة) artinya adalah awal hari, yaitu antara Subuh sampai terbit matahari.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah mengatakan :

وأذكار الصباح تكون في أول النهار قبل الصبح أو بعد صلاة الصبح أو بعد طلوع الشمس كله واسع والحمد لله

“dan zikir-zikir pagi dilakukan pada permulaan hari/siang, bisa sebelum Subuh, atau setelah sholat Subuh, atau setelah matahari terbit, seluruh waktu ini luas dan segala puji bagia Allah” (binbaz.org.sa).

Begitu juga Syaikh Sholeh Fauzan hafizhohullahu Ta’ala mengatakan :

وكذلك الصباح, إذا طلع الفجر, إذا أتى بالأذكار بعد طلوع الفجر وبعد ارتفاع الشمس, إلى أن تتوسط الشمس في كبد السماء, كل هذا وقت لأذكار الصباح

“… dan begitu juga dengan waktu pagi, jika fajar telah terbit, apabila seseorang membaca zikir setelah terbitnya fajar dan setelah matahari meninggi, sampai matahari berada di pertengahan jantungnya langit, maka seluruh waktu ini tepat untuk zikir-zikir pagi” (alfawzan.af.org.sa).

Namun, tentunya dari waktu-waktu tersebut ada waktu yang lebih afdhal agar kita membaca zikir pagi, sebagaimana Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rahimahullah mengatakan :

فأفضل ما تكون الأذكار في الصباح ما بين صلاة الفجر وطلوع الشمس

“Maka waktu yang lebih baik untuk zikir-zikir pagi adalah: antara sholat Subuh sampai dengan terbitnya matahari (secara sempurna) (Fatawa Nuur alad Darbi : 24/2)

Senada dengan ini, dalam fatawa Asy-Syabakah Al-Islamiyyah disebutkan bahwa :

وقت الصباح يبدأ من نصف الليل الأخير إلى الزوال، وأفضل وقت لأذكار الصباح الإتيان بها بعد صلاة الصبح حتى تطلع الشمس

“Waktu pagi dimulai semenjak pertengahan ujung dari waktu malam, dan waktu yang afdhal untuk zikir-zikir pagi adalah detelah sholat Subuh sampai terbitnya matahari secara sempurna” (Asy-Syabakah Al-Islamiyyah: 10/1161)

Sehingga, dengan demikian waktu zikir pagi sangatlah luas, maka siapapun yang berada pada waktu tersebut terutama antara sholat Subuh sampai terbitnya matahari secara sempurna hendaklah ia memperbanyak zikir kepada Allah ﷻ sesuai dengan cara dan bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. 
Semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah ﷻ di setiap waktu.

Adapun waktu berdasarkan jam, tentu saja disesuaikan dengan waktu setelah sholat subuh pada masing-masing daerah.

Wallahu A’lam

-----

Dijawab Oleh :
Ustadz Hafzan Elhadi, Lc. M.Kom

(Alumni Fakultas Syari’ah Universitas Imam Muhammad ibn Saud Al Islamiyyah, Cab. Lipia Jakarta)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!



Shared from Konsultasi Syariah for android http://bit.ly/KonsultasiSyariah

Wednesday, December 5, 2018

Teknis Dzikir Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Teknis dzikir yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menghitung dengan jari dan bukan dengan bantuan alat, seperti kerikil atau tasbih.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,

رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهُنَّ بِيَدِهِ

“Saya melihat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung dzikir beliau dengan tangannya.” (HR. Ahmad 6498 dan dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth).

Kemudian dari seorang sahabat wanita, Yusairah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kami (para sahabat wanita),

يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنَينَ، عَلَيْكُنَّ بِالتَّهْلِيلِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّقْدِيسِ، وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ، وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ

“Wahai para wanita mukminah, kalian harus rajin bertasbih, bertahlil, mensucikan nama Allah. Janganlah kalian lalai, sehingga melupakan rahmat. Hitunglah dengan jari-jari kalian, karena semua jari itu akan ditanya dan diminta untuk bicara.” (HR. Ahmad 27089, Abu Daud 1501, Turmudzi 3583, dan sanadnya dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth dan Al-Albani).

Yusairah bintu Yasir Al-Anshariyah adalah sahabat wanita. Beliau termasuk salah satu wanita yang ikut menjadi peserta Baiat aqabah.

Ketika menjelaskan hadis Yusairah, Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan,

ومعنى العقد المذكور في الحديث إحصاء العد، وهو اصطلاح للعرب بوضع بعض الأنامل على بعض عُقد الأُنملة الأخرى، فالآحاد والعشرات باليمين، والمئون والآلاف باليسار، والله أعلم

Makna kata ‘al-aqd’ (menghitung) yang disebutkan dalam hadis [pada kata: وَاعْقِدْنَ] adalah menghitung jumlah dzikir. Ini merupakan istilah orang arab, yang bentuknya dengan meletakkan salah satu ujung jari pada berbagai ruas jari yang lain. Satuan dan puluhan dengan tangan kanan, sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Allahu a’lam. (Nataij Al-Afkar fi Takhrij Ahadits Al-Adzkar, 1/90).

Ibnu Alan menjelaskan bahwa cara ‘al-aqd’ (menghitung dengan tangan) ada dua:

Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari)
Al-Aqd bil ashabi’ (menghitung dengan jari)
Beliau mengatakan,

والعقد بالمفاصل أن يضع إبهامه في كل ذكر على مفصل، والعقد بالأصابع أن يعقدها ثم يفتحها

“Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari), bentuknya adalah meletakkan ujung jempol para setiap ruas, setiap kali membaca dzikir. Sedangkan Al-Aqd bil ashabi’ (menghitung dengan jari), bentuknya adalah jari digenggamkan kemudian dibuka satu persatu.

Haruskah Dzikir dengan Tangan Kanan?
Terdapat hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح. وزاد محمد بن قدامة -شيخ أبي داود- في روايته لفظ: “بيمينه”

“Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung bacaan tasbih dengan tangannya.” Sementara dari jalur Muhammad bin Qudamah – gurunya Abu Daud – terdapat tambahan: “dengan tangan kanannya” (HR. Abu Daud 1502 dan dishahihkan Al-Albani)

Berdasarkan hadis ini, sebagian ulama menganjurkan untuk menghitung dzikir dengan jari-jari tangan kanan saja. Hanya saja, sebagian ulama menilai bahwa tambahan ‘dengan tangan kanannya’ adalah tambahan yang lemah. Sebagaimana keterangan Syaikh Dr. Bakr Abu Zaid. Sehingga dianjurkan untuk menghitung dzikir dengan kedua tangan, kanan maupun kiri.

Kesimpulan yang tepat dalam hal ini, dzikir dengan tangan kanan hukumnya dianjurkan, meskipun boleh berdzikir dengan kedua tangan dibolehkan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka menggunakan anggota badan yang kanan untuk hal yang baik. Sebagaimana keterangan Aisyah radhiyallahu ‘anha,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian yang kanan ketika mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam semua urusan beliau.” (HR. Bukhari 168).

Dan menghitung dzikir termasuk hal yang baik, sehingga dilakukan dengan tangan kanan, lebih baik. (Simak Fatwa Islam, no. 139662)

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/20042-cara-dzikir-rasulullah.html

Reposting di Group WA Info Kajian Purwokerto.
Utk bergabung di Group & Mendapatkan BC Info Kajian Purwokerto setiap harinya silahkan hubungi 0812-1541-5112 WA Only.

Dukung kami menebar Ilmu Syariah melalui Masjid2 di sekitaran Purwokerto dg Donasi ke Rekening Info Kajian Purwokerto, Bank Syariah Mandiri (BSM) Kode Bank (451) 7.122.122.144 Dwiana Wulandari.

Info Kajian Purwokerto menerima pengumpulan dana RIBA yg nantinya digunakan kembali utk melawan RIBA, spt penerbitan buletin dan aktivitas Anti RIBA yg lain.

Hikmah Berqurban