Wednesday, July 26, 2023

Amalan Bid’ah di Bulan Muharam

 11 Amalan Bid’ah di Bulan Muharam.

Pertama: Keyakinan bahwa bulan Muharram bulan keramat

Kedua: Doa awal dan akhir tahun [2]

Ketiga: Peringatan tahun baru hijriyyah

Keempat: Puasa awal tahun baru hijriyyah [5]

Kelima: Menghidupkan malam pertama bulan Muharram [7]

Keenam: Menghidupkan malam hari ‘Asyuro

Ketujuh: Shalat ‘Asyuro

Kedelapan: Do’a hari ‘Asyuro

Kesembilan: Memperingati hari kematian Husein [15]

Kesepuluh: Peringatan hari suka cita

Kesebelas: Berbagai ritual dan adat istiadat di tanah Air

Berikut adalah beberapa amalan bid’ah (tidak ada tuntunan) yang ada di bulan Muharram yang masih laris manis di tengah-tengah kaum muslimin di tanah air.

Pertama: Keyakinan bahwa bulan Muharram bulan keramat

Keyakinan semacam ini masih bercokol pada sebagian masyarakat. Atas dasar keyakinan ala jahiliyyah inilah banyak di kalangan masyarakat yang enggan menikahkan putrinya pada bulan ini karena alasan akan membawa sial dan kegagalan dalam berumah tangga [1]!!. Ketahuilah saudaraku, hal ini adalah keyakinan jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh Islam. Kesialan tidak ada sangkut pautnya dengan bulan, baik Muharram, Shafar atau bulan-bulan lainnya.

Kedua: Doa awal dan akhir tahun [2]

Syaikh Bakr Bin Abdillah Abu Zaid berkata: “Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa’ atau dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!!”. [3] Bu

Ketiga: Peringatan tahun baru hijriyyah

Tidak ragu lagi perkara ini termasuk bid’ah. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan tahun baru hijriyyah. Perkara ini termasuk bid’ah yang jelek. [4]

Keempat: Puasa awal tahun baru hijriyyah [5]

Perkara ini termasuk bid’ah yang mungkar. Demikian pula puasa akhir tahun, termasuk bid’ah. Hanya dibuat-buat yang tidak berpijak pada dalil sama sekali!. Barangkali mereka berdalil dengan sebuah hadits yang berbunyi;

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ, وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ, فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ, جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً

Barangsiapa yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah dan puasa awal tahun pada bulan Muharram, maka dia telah menutup akhir tahun dengan puasa dan membuka awal tahunnya dengan puasa. Semoga Allah manghapuskan dosanya selama lima puluh tahun!!”. Hadits ini adalah hadits yang palsu menurut timbangan para ahli hadits. [6]

Kelima: Menghidupkan malam pertama bulan Muharram [7]

Syaikh Abu Syamah berkata: “Tidak ada keutamaan sama sekali pada malam pertama bulan Muharram. Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam masalah ini. Bahkan dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan!!, aku khawatir -aku berlindung kepada Allah- bahwa perkara ini hanya muncul dari seorang pendusta yang membuat-buat hadits!!. [8]

Keenam: Menghidupkan malam hari ‘Asyuro

Sangat banyak sekali kemungkaran dan bid’ah-bid’ah yang dibuat pada hari ‘Asyuro [9]. Kita mulai dari malam harinya. Banyak manusia yang menghidupkan malam hari ‘Asyuro, baik dengan shalat, do’a dan dzikir atau sekedar berkumpul-kumpul. Perkara ini jelas tidak ada tuntunan yang menganjurkannya.

Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Termasuk bentuk bid’ah dzikir dan doa adalah menghidupkan malam hari ‘Asyuro dengan dzikir dan ibadah. Mengkhususkan do’a pada malam hari ini dengan nama do’a hari Asyuro, yang konon katanya barangsiapa yang membaca doa ini tidak akan mati tahun tersebut. Atau membaca surat al-Qur’an yang disebutkan nama Musa pada shalat subuh hari ‘Asyuro [10]. Semua ini adalah perkara yang tidak dikehendaki oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin!!”. [11]

Ketujuh: Shalat ‘Asyuro

Shalat ‘Asyuro adalah shalat yang dikerjakan antara waktu zhuhur dan ashar, empat rakaat, setiap rakaat membaca al-Fatihah sekali, kemudian membaca ayat kursi sepuluh kali, Qul HuwAllahu Ahad sepuluh kali, al-Falaq dan an-Nas lima kali. Apabila selesai salam, istighfar tujuh puluh kali. Orang-orang yang menganjurkan shalat ini dasarnya hanyalah sebuah hadits palsu!! [12]

As-Syuqoiry berkata: “Hadits shalat ‘Asyuro adalah hadits palsu. Para perowinya majhul, sebagaimana disebutkan oleh as-Suyuti dalam al-Aala’I al-Mashnu’ah. Tidak boleh meriwayatkan hadits ini, lebih-lebih sampai mengamalkannya!!”. [13]

Kedelapan: Do’a hari ‘Asyuro

Diantara contoh do’a ‘Asyuro adalah; “Barangsiapa yang mengucapkan HasbiyAllah wa Ni’mal Wakil an-Nashir sebanyak tujuh puluh kali pada hari ‘Asyuro maka Allah akan menjaganya dari kejelekan pada hari itu”.

Doa ini tidak ada asalnya dari Nabi, para sahabat maupun para tabi’in. Tidak disebutkan dalam hadits-hadits yang lemah apalagi hadits yang shahih. Do’a ini hanya berasal dari ucapan sebagian manusia!!. Bahkan sebagian syaikh sufi ada yang berlebihan bahwa barangsiapa yang membaca doa ini pada hari ‘Asyuro dia tidak akan mati pada tahun tersebut!!.[14] Ucapan ini jelas batil dan mungkar, karena Allah telah berfirman:

إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui. (QS.Nuh: 4)

Kesembilan: Memperingati hari kematian Husein [15]

Pada bulan Muharram, kelompok Syi’ah setiap tahunnya mengadakan upacara kesedihan dan ratapan dengan berdemontrasi ke jalan-jalan dan lapangan, memakai pakaian serba hitam untuk mengenang gugurnya Husain. Mereka juga memukuli pipi mereka sendiri, dada dan punggung mereka, menyobek saku, menangis berteriak histeris dengan menyebut: Ya Husain. Ya Husain!!!”

Lebih-lebih pada tanggal 10 Muharram, mereka lakukan lebih dari itu, mereka memukuli diri sendiri dengan cemeti dan pedang sehingga berlumuran darah!!! Anehnya, mereka menganggap semua itu merupakan amalan ibadah dan syi’ar Islam!! Hanya kepada Allah kita mengadu semua ini [16].

Alangkah bagusnya ucapan al-Hafizh Ibnu Rojab: “Adapun menjadikan hari asyuro sebagai hari kesedihan/ratapan sebagaimana dilakukan oleh kaum Rofidhah karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang yang tersesat usahanya dalama kehidupan dunia sedangkan dia mengira berbuat baik. Allah dan rasulNya saja tidak pernah memerintahkan agar hari mushibah dan kematian para Nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang yang selain mereka?!”. [17]

Husein bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah dari perkawinan Ali bin Abi Thalib dengan putrinya Fatimah binti Rasulullah. Husein sangat dicintai oleh Rasulullah. Beliau bersabda:

حُسَيْنٌ مِنِّي وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ أَحَبَّ اللَّهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنَ اْلأَسْبَاطِ

Husein adalah bagianku juga dan Aku adalah bagian Husein. Semoga Allah mencintai orang yang mencintai Husein. Husein termasuk cucu keturunanku. [18]

Husein terbunuh pada peristiwa yang sangat tragis, yaitu pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H, di sebuah tempat bernama Karbala, karenanya peristiwa ini kemudian lebih dikenal dengan peristiwa Karbala. [19]

Namun, apapun musibah yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah bukan alasan untuk bertindak melanggar aturan syariat dengan memperingati hari kematian Husein!!. Sebab, peristiwa terbunuhnya orang yang dicintai Rasulullah sebelum Husein juga pernah terjadi seperti terbunuhnya Hamzah bin Abdil Muthollib, dan hal itu tidak menjadikan Rasulullah dan para sahabatnya mengenang atau memperingati hari peristiwa tersebut, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Syi’ah untuk mengenang terbunuhnya Husein!!. [20]

Kesepuluh: Peringatan hari suka cita

Yang dimaksud hari suka cita adalah hari menampakkan kegembiraan, menghidangkan makanan lebih dari biasanya dan memakai pakaian bagus. Mereka yang membuat acara ini, ingin menyaingi dan mengganti hari kesedihan atas peristiwa terbunuhnya Husein dengan kegembiraan, kontra dengan apa yang dilakukan orang-orang Syiah. Tentunya, acara semacam ini tidak dibenarkan, karena bid’ah tidak boleh dilawan dengan bid’ah yang baru!! Dan tidak ada satu dalilpun yang membolehkan acara semacam ini. [21]

Kesebelas: Berbagai ritual dan adat istiadat di tanah Air

Di tanah air, bila tiba hari ‘Asyuro kita akan melihat berbagai adat dan ritual yang beraneka ragam dalam rangka menyambut hari istimewa ini. Apabila kita lihat secara kacamata syar’I, adat dan ritual ini tidak lepas dari kesyirikan! Seperti meminta berkah dari benda-benda yang dianggap sakti dan keramat, bahkan yang lebih mengenaskan sampai kotoran sapi-pun tidak luput untuk dijadikan alat pencari berkah!!. [22]

Wallahu waliyyut taufiq.

[1] Syarh Masail al-Jahiliyyah, DR.Sholih al-Fauzan hal.302

[2] Ishlahul Masajid, al-Qoshimi hal.129, as-Sunan wal Mubtada’at, Muhammad Ahmad Abdus Salam hal.155

[3] Tashih ad-Duu’a, Bakr Abu Zaid hal.107

[4] Bida’ wa Akhtho’ hal.218. Lihat secara luas masalah ini dalam risalah Al- Ihtifal bi Ra’si Sanah wa Musyabahati Ashabil Jahim oleh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari.

[5] as-Sunan wal Mubtada’at hal.191, Tashihud Du’a hal.107

[6] al-A’lai al-Mashnu’ah, as-Suyuti 2/108, Tanziihus Syari’ah, Ibnu Arroq 2/148, al-Fawaid al-Majmu’ah, as-Syaukani no.280. Kritik Hadits-Hadits Dho’if Populer, Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi hal.114

[7] Tashihud Du’a hal.107, Bida’ wa Akhtho hal.221

[8] al-Ba’its Ala Inkaril Bida’ wal Hawadits hal.239

[9] Iqthido as-Sirath al-Mustaqim 2/129-134, Majmu’ Fatawa 25/307-314 keduanya oleh Ibnu Taimiyyah, al-Ibda’ Fi Madhoril Ibtida’ Ali Mahfuzh hal.56, 269, as-Sunan wal Mubtada’at hal.154-158, 191.

[10] Bida’ al-Qurro Bakr Abu Zaid hal.9

[11] Tashihud Du’a hal.109

[12] al-Fawaid al-Majmu’ah no.60 al-Aala’I al-Masnu’ah 2/92.

[13] as-Sunan wal Mubtada’at hal.154

[14] Du’a Khotmil Qur’an, Ahmad Muhammad al-Barrok, buku ini sarat dengan khurafat dan kedustaan!!. (Bida’ wa Akhtho hal.230).

[15] Iqthidho as-Siroth al-Mustaqiem 2/131-132

[16] Lihat Min Aqoid Syi’ah/Membongkar Kesesatan Aqidah Syi’ah hlm. 57-58, Syaikh Abdullah bin Muhammad

[17] Lathoiful Ma’arif   hlm. 113

[18] HR.Tirmidzi: 3775, Ibnu Majah: 144. Ibnu Hibban: 2240, Hakim 3/177, Ahmad: 4/172, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shahihah: 1227.

[19] Lihat kisah lengkapnya dalam al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir 8/172-191.

[20] Syahr al-Muharram wa Yaum ‘Asyuro, Abdullah Haidir hal.29

[21] Majmu’ Fatawa 25/309-310, Iqtidho as-Siroth al-Mustaqiem 2/133, Tamamul Minnah, al-Albani hal.412

[22] Diantara adat ritual yang sering dilakukan di daratan Jawa adalah yang dikenal dengan istilah Kirab 1 Syuro. Acara ini sarat dengan kesyirikan, mulai dari keyakinan mereka terhadap benda pusaka keraton, keyakinan kerbau yang punya kekuatan ghaib, tirakatan dengan doa dan dzikir pada malam harinya dan kemungkaran-kemungkaran lainnya yang sangat jelas!!. Wallahul Musta’an.

Penulis: Ustadz Syahrul Fatwa bin Luqman (Penulis Majalah Al Furqon Gresik)

Sumber: https://muslim.or.id/23085-11-amalan-bidah-di-bulan-muharram.htm

@tercelanyabidahsyubhat

#manhajsalaf #salafy #pemahamanparasahabat #tauhid #sunnah #bidah #syubhat #syirik #kajiansunnah #kajiantauhid #kajiansalaf #dakwahtauhid #dakwahsunnah #dakwahsalaf #doa #nasehat #amalansunnah #amalanbidah #amalantertolak #golonganterasing #golonganselamat #golongansesat #73golongan #tausyiah #shalawat #ramadhan #aqidahsalaf #muharam #asyuro

3 Tips Ampuh Agar Anak Cepat Betah di Pondok Pesantren

3 Tips Ampuh Agar Anak Cepat Betah di Pondok Pesantren :

1. Tegakan Hati Ibu 

Kunci pertama adalah ibu. Iya, ibu. Orang tua perempuan ini memang punya ikatan batin sangat kuat dengan buah hatinya. Siapapun orangnya tentu yang paling diingat adalah kasih sayang ibu. Walaupun sang ayah juga tak kalah kasih sayangnya. Karena memang ibu lah yang setiap hari nyambung dengan anak. Sedangkan ayah banyak kesibukan, pekerjaan, yang mengharuskannya ada jarak dengan anak. Sosok ayah juga diidentikkan dengan penegak disiplin di keluarga sehingga sering pasang gaya galak. 

Jika ingin anak cepat betah di pesantren, maka yang paling pertama harus tega adalah ibu. Harus merelakan anaknya jauh, prihatin, dan mengurusi berbagai hal sendiri. Tega, demi kebaikan. Lihatlah induk ayam yang ingin anaknya mandiri, mereka rela mematuki anaknya saat menyapih. Berpura-pura marah, galak, mematuk, agar anaknya tidak mengekor lagi. 

Agar anak cepat betah di pondok pesantren

Begitu pun ibu terhadap anaknya yang di pondok pesantren. Harus menegakan dan merelakan anaknya belajar mandiri. Jangan selalu diingat-ingat dan dipikirkan setiap saat. Saat makan, ingat “Duh si Rudi di pondok makan sama apa ya?” Waktu di rumah sedang makan enak, teringat pula “Wah, sayang nggak ada Rudi yang biasanya menghabiskan opor ayam” 

Lebih parah lagi ibu sering menangisi anaknya. Wah, betulan. Pokoknya kalau di rumah ibu malah sering memikirkan dan membicarakan di anak, yakin di pesantren anaknya juga sering teringat ibu dan rumah. Efeknya, jadi pemalas di pesantren, nangisan, akhirnya nggak betah, pulang. Selesai ... 

3 Tips Ampuh Agar Anak Cepat Betah di Pondok Pesantren

1. Tegakan Hati Ibu 

Kunci pertama adalah ibu. Iya, ibu. Orang tua perempuan ini memang punya ikatan batin sangat kuat dengan buah hatinya. Siapapun orangnya tentu yang paling diingat adalah kasih sayang ibu. Walaupun sang ayah juga tak kalah kasih sayangnya. Karena memang ibu lah yang setiap hari nyambung dengan anak. Sedangkan ayah banyak kesibukan, pekerjaan, yang mengharuskannya ada jarak dengan anak. Sosok ayah juga diidentikkan dengan penegak disiplin di keluarga sehingga sering pasang gaya galak. 

Jika ingin anak cepat betah di pesantren, maka yang paling pertama harus tega adalah ibu. Harus merelakan anaknya jauh, prihatin, dan mengurusi berbagai hal sendiri. Tega, demi kebaikan. Lihatlah induk ayam yang ingin anaknya mandiri, mereka rela mematuki anaknya saat menyapih. Berpura-pura marah, galak, mematuk, agar anaknya tidak mengekor lagi. 

agar anak cepat betah di pondok pesantren

Begitu pun ibu terhadap anaknya yang di pondok pesantren. Harus menegakan dan merelakan anaknya belajar mandiri. Jangan selalu diingat-ingat dan dipikirkan setiap saat. Saat makan, ingat “Duh si Rudi di pondok makan sama apa ya?” Waktu di rumah sedang makan enak, teringat pula “Wah, sayang nggak ada Rudi yang biasanya menghabiskan opor ayam” 

Lebih parah lagi ibu sering menangisi anaknya. Wah, betulan. Pokoknya kalau di rumah ibu malah sering memikirkan dan membicarakan di anak, yakin di pesantren anaknya juga sering teringat ibu dan rumah. Efeknya, jadi pemalas di pesantren, nangisan, akhirnya nggak betah, pulang. Selesai ... 

Selengkapnya

https://www.kangnasru.web.id/2018/08/agar-anak-cepat-betah-di-pondok-pesantren.html

Tuesday, July 25, 2023

RUJUKAN DALAM AGAMA ISLAM

 بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ 

Rujukan kita dalam beragama adalah :

1. Al-Qur'an

Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ 

“Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selain Allah, sedikit sekali dari kalian yang mau mengambil pelajaran.” (Al Qur'an surah al-A’raf: 3)

2. Hadits

Al quran dan hadis, tidak bisa dipisahkan karena dua hal tersebut sama sama berfungsi sebagai rujukan utama dalam agama islam dan wajib bagi setiap muslim untuk berpegang teguh kepada kedunya.

Dalil untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan hadits disebutkan dalam Muwatho’ Imam Malik,

إني قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا كتاب الله وسنة نبيه الحديث

“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya yaitu: Al Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Al Hakim, sanadnya shahih kata Al Hakim).

3. Pemahaman para sahabat

Agama islam adalah agama yang punya rujukan yaitu dalil, dan yang paling pertama memahami dalil-dalil tersebut adalah para sahabat Radhiallahu Ta'ala anhum, oleh karena itu kita wajib mengikuti pemahaman mereka dalam beragama. Alasannya adalah sebagai berikut :

1. Mereka belajar langsung kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

2. Mereka adalah orang-orang yang di jamin oleh Allah akan masuk surga.

3. Mereka adalah orang-orang yang di puji dalam al qur'an, silahkan buka Al qur'an surah At-Taubah ayat 100.

Dalil yang memerintahkan agar mereka di ikuti adalah hadis :

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

4. Pemahaman Para Tabi'iin

Tabi’in (التابعون, ‘pengikut’‎), adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi’in merupakan murid Sahabat Nabi, sehingga otomatis ilmu-ilmu mereka dapat di percaya dan bisa dijadikan rujukan.

5. Pemahaman para atba'uttabi'iin

Tabi’ut Tabi’in atau Atbaut Tabi’in (تابع التابعين‎) adalah generasi setelah Tabi’in, artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi’ut Tabi’in adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi’in dan Shahabat. Tabi’ut Tabi’in disebut juga murid Tabi’in sehingga bisa kita pastikan bahwa mereka-mereka itu layak dijadikan rujukan dalam beragama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

6. Dan yang mengikuti mereka

Maksudnya adalah ulama atau orang yang berilmu dan berpegang pada al qur'an dan assunnah dan pemahaman 3 generasi yang telah kita sebutkan tadi yaitu sahabat, tabi'iin dan atba'uttabi'iin. Mereka itu adalah orang-orang yang layak di ambil ilmunya.

Demikian, semoga bermanfaat.