Tuesday, June 14, 2022

AL QURAN ADALAH PETUNJUK TERBAIK UNTUK MERAIH RIDHO ALLAH

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

﴿إِنَّ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ یَهۡدِی لِلَّتِی هِیَ أَقۡوَمُ﴾

“*Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus.” *

[QS. Al-Isra : 9]

#tafsir #ayat

Syaikh as-Sa’di rahimahullahu ta’ala berkata dalam tafsirnya,

يخبر تعالى عن شرف القرآن وجلالته وأنه ﴿يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ﴾ أي: أعدل وأعلى من العقائد والأعمال والأخلاق، فمن اهتدى بما يدعو إليه القرآن كان أكمل الناس وأقومهم وأهداهم في جميع أموره.

🔹Allah mengabarkan tentang kemuliaan dan keagungan al-Quran, 

🔹bahwasanya ia “memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus,” 

🔹lebih adil dan mulia,  apakah dalam aspek akidah, amal perbuatan, maupun akhlak.

🔹Barangsiapa yang mengambil petunjuk sesuai bimbingan al-Quran, maka dialah 

▫️manusia yang paling sempurna, 

▫️paling adil dan paling besar meraih petunjuk dalam segala urusannya.

 (Tafsir as-Sa‘di, surat al-Isra : 9)

AGAR KITA BISA TAWADHU'

Agar kita bisa TAWADHU',

ingatlah hal² berikut:

1. Asal muasal kita dari air yang hina .. kalau saja menempel di tangan atau di baju, kita akan merasa jijik dan ingin segera hilangkan.

2. Kita keluar dari rahim ibu bersama kotoran yang menjijikkan .. dan melalui jalan kotoran.

3. Saat lahir pun kita tidak bisa berbuat apa-apa .. dan tidak tahu apa-apa.

4. Apapun keahlian kita atau keberhasilan kita .. sebenarnya bukan murni dari kita, pasti ada bantuan orang lain.

5. Setelah itu, kita harus ingat ternyata semua yang ada pada kita, bukan milik kita .. hanya titipan Allah, yang kita harus pertanggung jawabkan.

6. Ternyata kita tidak bisa keluar dari perbudakan .. menjadi budaknya Allah, ataukah menjadi budaknya setan .. dan tidak ada kemungkinan ketiga.

7. Semua keberhasilan kita, pasti membutuhkan bantuan orang lain .. berarti kita lemah .. dan sangat butuh kepada orang lain.

Semua keberhasilan, tak mungkin ada kecuali atas izin, bantuan, dan taufiq dari Allah.

8. Banyak sekali kekurangan-kekurangan kita .. hanya saja Allah banyak menutupinya, sehingga orang lain tidak tahu atau bahkan diri kita juga tidak tahu.

9. Jika Allah menghendaki, Allah bisa ambil semua yang ada padamu dalam sekejab .. dan semuanya akan hilang begitu saja.

10. Setelah mati, apa yang kita banggakan rusak semua .. badan menjadi bangkai .. harta pun hilang dan bukan milik kita lagi.

Lalu apa yang kita banggakan ?!

Jika ada orang yang masih sombong, ingatlah itu karena kejahilan dia tentang dirinya sendiri !!

Lihatlah, tentang dirinya saja dia jahil .. pantaskah dia bangga dan sombong?!

Di-post - Jumuah 15 Jumadil Awwal 1441 /10 Januari 2020

Sumber Artikel : http://www.salamdakwah.com/artikel/4474-agar-kita-bisa-tawadhu

Tafsri Surat Al Buruj Ayat 2


Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.

Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

Twitter     :  tujuanmucom

Tag / Label :

Kajian Islam, Tauhid, Kajian Islam Terbaru,Update Kajian,Update sunnah, info Islam,Info Kajian Islam, Manhaj Salaf, Tauhid,Al Qur’an, Allah di atas Arsy',Dakwah salaf

Supported By : www.tujuanmu.com

KISAH TAUBATNYA TIGA WANITA SYIAH

Bismillahirrahmaanirrahiem, semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi dan Rasul termulia, junjungan kami Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ya Allah, kepada-Mu kami berlindung, kepada-Mu kami memohon pertolongan dan kepada-Mu kami bertawakkal. Engkaulah Yang Memulai dan Mengulangi, Ya Allah kami berlindung dari kejahatan perbuatan kami dan minta tolong kepada-Mu untuk selalu menaati-Mu, dan kepada-Mu lah kami bertawakkal atas setiap urusan kami.

Semenjak lahir, yang kutahu dari akidahku hanyalah ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait. Kami dahulu memohon pertolongan kepada mereka, bersumpah atas nama mereka dan kembali kepada mereka tiap menghadapi bencana. Aku dan kedua saudariku telah benar-benar meresapi akidah ini sejak kanak-kanak.

Kami memang berasal dari keluarga Syi’ah asli. Kami tidak mengenal tentang mazhab ahlussunnah wal jama’ah kecuali bahwa mereka adalah musuh-musuh ahlulbait Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.Mereka lah yang merampas kekhalifahan dari tangan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, dan merekalah yang membunuh Husain.

Akidah ini semakin tertanam kuat dalam diri kami lewat hari-hari “Tahrim”, yaitu hari berkabung atas ahlul bait, demikian pula apa yang diucapkan oleh syaikh kami dalam perayaan Husainiyyah dan kaset-kaset ratapan yang memenuhi laciku.

Aku tak mengetahui tentang akidah mereka (ahlussunnah) sedikitpun. Semua yang kuketahui tentang mereka hanyalah bahwa mereka orang-orang munafik yang ingin menyudutkan ahlul bait yang mulia.

Faktor-faktor di atas sudah cukup untuk menyebabkan timbulnya kebencian yang mendalam terhadap penganut mazhab itu, mazhab ahlussunnah wal jama’ah.

Benar… Aku membenci mereka sebesar kecintaanku kepada para Imam. Aku membenci mereka sesuai dengan anggapan Syi’ah sebagai pihak yang terzhalimi.

Keterkejutan Pertama

Ketika itu Aku sedang duduk di sekolah dasar. Di sekolah aku mendengar penjelasan Bu Guru tentang mata pelajaran tauhid. Beliau berbicara tentang syirik, dan mengatakan bahwa menyeru selain Allah termasuk bentuk menyekutukan Allah. Contohnya seperti ketika seseorang berkata dalam doanya: “Hai Fulan, selamatkan Aku dari bencana… tolonglah Aku” lanjut Bu Guru. Maka kukatakan kepadanya: Bu, kami mengatakan “Ya Ali”, apakah itu juga termasuk syirik? Sejenak kulihat beliau terdiam… seluruh murid di sekolahku, dan sebagian besar guru-gurunya memang menganut mazhab Syi’ah… kemudian Bu Guru berkata dengan nada yakin: “Iya, itu syirik” kemudian langsung melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku:

Selengkapnya baca

 https://kisahmuslim.com/1892-kisah-taubatnya-tiga-wanita-syiah.html

editor:

https://t.me/DaunMint

MANUSIA TANPA TOPENG

Menjauh dari seseorang bukan ingin memutus silaturahmi. Tapi ingin memutus perselisihan, perdebatan, kesalahpahaman dan rasa tidak nyaman.

Jika seseorang sudah menyakiti dengan sikap dan kata-kata, jangankan untuk menyapa, memandang wajahnya pun malas. 

Itu bukan benci, tapi hanya menjaga hati dan perasaan.

Orang yang biasa merendahkan, biarkanlah, tidak perlu merasa tersinggung apalagi merasa sedih.

Jika kita dinilai baik ya syukur. Dinilai tidak baik pun tidak mengapa. Semua yang hadir dalam hidup kita, memiliki peranannya masing-masing. Ada yang memberikan Kebahagiaan, ada juga yang memberikan kepedihan.

Memaksa diri agar disukai semua orang itu sangat melelahkan.

Jadilah diri sendiri walaupun ada yang merendahkan.

Jauhi orang yang membuat kita kecewa.

Berhenti berusaha menyenangkan orang yang tidak pernah menghargai kita.

Semakin kita menjauhi orang yang meracuni Jiwa, akan terasa jauh lebih sehat hidup kita.

Bahagia itu kita sendiri yang menciptakan. Selebihnya biarkan Allah ta'ala  yang mengatur.

@Riyad Abu Salsabila

BERSATULAH UMAT ISLAM PADA TALI ALLAH. JANGAN MENJADI PEMBANTU SYEITAN PERMUSUHAN

Dari Jabir ra, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya syeitan sudah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di jazirah Arab, akan tetapi dia masih bisa berbuat ADU DOMBA di antara mereka." 

(HR. Muslim) 

Dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"JANGANLAH kalian saling membenci, saling dengki, dan saling BERMUSUHAN . Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari."

(HR. Al Bukhari dan Muslim)

1. (Titipan diskusi dari admin Mahabbah dan cahaya sunnah) 

Saya mau tanya 

Bagaimana hukumx orang yg sombong kepada orang sombonggg apkh boleh atau TDK mohon penjelasanx

Jika kesombongan itu dilakukan DENGAN ALASAN YANG BENAR, maka dibolehkan. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

سَاَ صْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى الْاَ رْضِ بِغَيْرِ الْحَـقِّ ۗ وَاِ نْ يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا بِهَا ۚ وَاِ نْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًا ۚ وَّاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًا ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا وَكَا نُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ

"Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang MENYOMBONGKAN diri di bumi TANPA ALASAN YANG BENAR. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya."

(QS. Al-A'raf : 146)

Berdasarkan ayat di atas, bersikap sombong/angkuh (takabur) yang asalnya diharamkan, dalam kondisi tertentu atau darurat menyombongkan diri itu dibolehkan seperti kasus yang ditanyakan boleh menyombongkan diri kepada orang yang menyombongkan diri agar dia berhenti dan sadar sehingga menghentikan dosa kesombongannya TETAPI bila itu dilakukan hanya karena tersinggung sehingga satu sama lain sama-sama menyombongkan diri, inilah YANG DIHARAMKAN KARENA TANPA ALASAN SYAR'I sesuai ayat di atas. 

Atau misalnya untuk membuat gentar lawan (baik yang sombong maupun tidak menyombongkan diri) di medan peperangan dengan menyombongkan diri dengan menyebut kehebatan dia dalam berperang dengan orang-orang kafir sehingga musuh yang mendengarnya merasa gentar. Maka ini diperbolehkan. 

Dalam Ar-Roudlul Murbi' dijelaskan bersikap sombong (takabur) kepada orang lain itu terbagi menjadi dua:

1. Bersikap sombong yang dibutuhkan. Maka ini terpuji bagi seorang yang melakukannya. Seperti bersikap sombong kepada orang yang berbuat dzolim, atau sombong kepada orang-orang yang memusuhi Allah dari kalangan orang-orang kafir, orang-orang yang memerangi kaum muslimin dan yang semisalnya. Oleh karena itu, boleh bagi seorang untuk sombong di peperangan dalam rangka untuk membuat takut musuh.

2. Bersikap sombong yang tidak dibutuhkan. Ini ada dua kemungkinan:

a. Mungkin diringi dengan niat kesombongan di dalam hati, dan ini termasuk dari dosa besar. 

b. Tidak diiringi kesombongan di dalam hati. Maka ini dibagi lagi menjadi dua. Jika sikap itu termasuk syi’ar orang-orang sombong, maka hukumnya makruh. Jika tidak termasuk syi’ar orang-orang sombong, maka tidak apa-apa.

Dalam Bariqoh Mahmudiyyah, imam Abu Hanifah berkata :

"Orang yang paling dzolim adalah mereka yang tetap merendah bahkan kepada orang yang berpaling lagi sombong darinya. Mengingat, seperti yang pernah dikatakan bahwa sikap sombong itu tak mesti karena tinggi hati, tapi kadang dalam maksud untuk mengingatkan yang lain. Kalau demikian, sombong kepada orang yang sombong jelas terpuji. Seperti bersikap sombong di hadapan orang-orang bodoh yang keras kepala dan para hartawan kaya raya yang membusungkan dada."

Wallahu a'lam. Barokallahu fiikum

2. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Maaf akhy bila ana tak tahu ktk ditanya bolehkah kt tk membalas wa nya?

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Jawab saja, maaf kami belum tahu agar ada kepastian sehingga dia tahu. Kami pun sering membalas wa masuk bahwa kami tidak tahu atau belum tahu. Kadang kami katakan, kami belum menemukan hadist shohih tentang hal itu, atau silahkan bagi yang tahu hadist shohihnya beritahu kami. Itulah etika seorang muslim, tidak asal menjawab tahu (karena gengsi) agar dianggap serba tahu. Janganlah mengikuti syeitan dengan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui. 

Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:

إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya syeitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui." 

(QS. Al Baqoroh :169)

Ada riwayat dari Ibnu Mahdi bahwa ada seorang yang bertanya kepada imam Malik (guru imam Asy Syafi’i) tentang suatu masalah, lalu dijawab imam Malik :

"Aku tidak tahu."

Orang tersebut berkata :

"Aku datang ke tempatmu dari tempat yang jauh, hanya untuk menanyakan masalah ini kepadamu."

Lalu imam Malik berkata :

"Jika engkau kembali ke tempatmu, maka sampaikanlah kepada mereka, aku telah mengatakan kepadamu bahwa aku tidak menguasainya."

Bahkan pernah ketika ditanya 100 pertanyaan, imam Malik hanya menjawab 5 atau 10 pertanyaan. Inilah bentuk kehati-hatiannya agar tidak menyesatkan orang karena menjawab tanpa ilmu dan dia tidak malu mengakui ketidak tahuannya. Maasyaa Allah 

Maka sangat baik, meskipun anda tahu jawabannya tetaplah ucapkan Wallahu a'lam (hanya Allah yang tahu) di akhir jawaban, apalagi anda memang tak tahu. 

Wallahu a'lam. Barokallahu fiikum 

3. Ka ustadz benar suara wanita itu awrat? 

Sependek pengetahuan kami. Suara wanita menjadi aurat, menjadi HARAM apabila bisa menimbulkan syahwat seperti mendesah atau lemah lembut memanja seperti pada suaminya. Baik wanita yang bersuara menimbulkan syahwat dan yang sengaja mendengar sama-sama BERDOSA. Si Wanita zina suara, si pendengar terkena zina hati. 

Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman:

يٰنِسَآءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَ حَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِا لْقَوْلِ فَيَـطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ۚ 

"Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik."

(QS. Al-Ahzab : 32)

Berdasarkan ayat Al-Quran di atas, maka HARAM bagi muslimah berbicara lemah lembut memanja atau tarkhim. Berbicara harus tegas agar tidak menimbulkan syahwat. 

Tarkhim itu cara bicara seorang wanita dengan suaminya penuh dengan kelembutan, penuh dengan kemanjaan, penuh dengan kasih sayang. Maka ini tidak diperbolehkan bagi seorang wanita berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya kecuali darurat atau ada keperluan sesuai syariat misalnya sedang sendirian di rumah menelepon petugas pemadam kebakaran atau petugas ambulan. 

Ingat, zina itu bukan hanya terletak pada hubungan badan tetapi juga bisa zina hati dan pendengaran. 

Dari Abu Hurairah ra, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya."

(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sekian semoga terjawab. Wallahu a'lam. Barokallahu fiikum 

Akhirnya, apabila ada yg tak sependapat dengan uraian kami, tentu sangat kami hargai sebagai dinamika kehidupan. Dan jalan yg terbaik adalah berdiam diri dari perdebatan. 

Tafsri Surat Al Buruj Ayat 1



Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.

Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

Twitter     :  tujuanmucom

Tag / Label :

Kajian Islam, Tauhid, Kajian Islam Terbaru,Update Kajian,Update sunnah, info Islam,Info Kajian Islam, Manhaj Salaf, Tauhid,Al Qur’an, Allah di atas Arsy',Dakwah salaf

Supported By : www.tujuanmu.com