Showing posts with label Kajian Salaf. Show all posts
Showing posts with label Kajian Salaf. Show all posts

Wednesday, August 10, 2022

Betulkah Hadits Perselisihan itu Rahmat


Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.
Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

 


Wednesday, April 13, 2022

Mereka Meyakini Bahwa Hak Allah itulah Tujuan Adapun Hak Manusia Maka itu Mengikuti Saja.

Karena apa?

Karena Allah Ta’ala berfirman [QS Adz-Dzariyat : 56]

‎وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku”

Berarti tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk merealisasikan ibadah.

Berarti ini menunjukkan bahwa hak ibadah itulah yang merupakan tujuan.

Adapun hak manusia bukan tujuan.

Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam juga bersabda kepada Muadz: “Hai Muadz, tahukan kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah”.

Aku berkata Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, kata Muadz, 

maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas hamba yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya, dan tidak mempersekutukan-Nya sedikitpun juga. Dan hak hamba atas Allah, Allah tidak akan mengazab orang yang tidak mempersekutukan-Nya”.

(Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim)_

Ini menunjukkan bahwa hak Allah yang paling agung adalah agar kita beribadah kepada Allah.

Dan inilah merupakan hak Allah yang paling Agung.

Adapun hak manusia, kita melaksanakan hak mereka tetap, karena melaksanakan hak Allah. Allah yang memerintahkan kita berbuat baik kepada manusia, maka kita berbuat baik kepada mereka dalam rangka beribadah kepada Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“Sebagian orang filsafat mengatakan bahwa tujuan adanya agama adalah sebatas mengadakan maslahat dunia saja, bukan sebatas maslahat agama.” Ini kata mereka orang filsafat.

Ini jelas adalah merupakan perkataan yang bathil.

Tentunya saudaraku… bahwa tujuan atau hak Allah yang paling besar yang harus kita perhatikan adalah ibadah… itulah tujuan yang harus kita benar-benar perhatikan.“`

Adapun hak manusia kita amalkan, kita lakukan, karena itupun juga dalam rangka melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kaidah yang ke 45

⚉ Bahwa mereka memvonis manusia sesuai yang tampak dari amal perbuatan mereka.

⚉ Adapun masalah yang tidak tampak (yaitu yang ada di hatinya) dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Artinya, kita di dalam menghukumi manusia sesuai dengan yang terlihat di mata kita.

Kalau dia menampakkan keburukan, kita menilai dia buruk.

Kalau dia menampakkan kebaikan, maka kita menilai dia baik.

Siapapun yang memperlihatkan dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa, kita hukumi dia orang Islam, tidak boleh kita katakan kafir sampai ada sesuatu bukti yang sangat meyakinkan bahwa dia telah kafir.

Dan orang yang melakukan kekafiran di lihat, apakah sudah tegak hujjah atau belum, apakah sudah sampai atau belum ke dia keterangan yang menjelaskan bahwasanya dia ;

1. Melakukan itu dalam keadaan tahu

2. Sudah hilang darinya syubhat-syubhat, sudah tegak padanya hujjah.

Karena masalah kafir-mengkafirkan tentunya bukan masalah yang mudah, butuh kepada pemenuhan syarat-syaratnya dan menghilangkan penghalang-penghalangnya.

Yang jelas kita menghukumi orang itu sesuai dengan yang tampak kepada kita.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

‎إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ

“Kalian bersengketa kepadaku, barangkali sebagian kalian lebih pandai mengemukakan hujjahnya/argumennya daripada yang lain._

‎وإنَّما أقضي بينكما بما أسمعُ

dan aku memutuskan keputusannya sesuai dengan yang aku dengar dari hujjah-hujjah kalian. Maka siapa yang aku berikan kepadanya hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya, karena itu hakikatnya, aku telah memberikan padanya bagian dari api neraka.”

[Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam 🌴

Sumber::

https://bbg-alilmu.com/archives/37881

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى

Thursday, August 12, 2021

NIKMAT RASA AMAN


Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, حفظه الله تعالى

https://t.me/bbgalilmu

Rasa aman adalah suatu nikmat. Coba kita perhatikan bagaimana jika kita hidup di lingkungan yang tidak aman. Misal, di sekitar kita banyak pemabuk. Malam hari penuh keributan dan keonaran. Atau mungkin yang lebih parah di sekitarnya terjadi peperangan, tentu hidup jadi tidak tenang. Maka syukurilah jika kita mendapat lingkungan yang penuh ketenangan dan masyarakatnya beradab.

Allah memerintahkan kepada kita beribadah kepada-Nya sebagai wujud nikmat aman yang dianugerahkan pada kita.

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Al Quraisy: 1-4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa rasa aman adalah suatu nikmat yang besar. Coba perhatikan hadits berikut.

Dari ’Ubaidillah bin  Mihshan  Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,


مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Oleh karenanya nikmat ini jangan sampai diingkari. Allah Ta’ala berfirman,


وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).

Gara-gara mengingkari nikmat, akhirnya datanglah musibah. Bentuk dari menginkari nikmat adalah dengan mendustakan ajaran Rasul.

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113).

Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur terutama saat kita mendapatkan rasa aman dan tentram dalam kehidupan kita.

Sumber::

https://bbg-alilmu.com/archives/9045

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.

CIRI UTAMA PENGIKUT RASULULLAH DAN PARA SHAHABAT


بسم الله الرحمن الرحيم