Showing posts with label info kajian. Show all posts
Showing posts with label info kajian. Show all posts

Saturday, November 11, 2023

MASALAH HIDUP


Orang yang hidup di dunia, pasti akan menghadapi banyak masalah, Allah telah menegaskan hal ini dalam Alqur’an:

“Dialah Allah yang menciptakan kehidupan dan kematian, untuk menguji kalian, siapakah diantara kalian yang paling baik amalannya..” [Al-Mulk: 2]

Jangankan kita, para Nabi saja -‘alaihimussalam- menghadapi banyak masalah hidup, bahkan Nabi -shollallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda:

“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang yang paling baik (setelah mereka), kemudian orang yang paling baik (setelah mereka). Orang akan diuji sesuai dengan tingkatan agamanya..” [HR. Attirmidzi 2398, dishohihkan oleh Sy. Albani dalam Silsilah Shohihah: 143].

Kita tidak mungkin lari dari masalah, bahkan ketika kita ingin lari dari masalah dengan mengakhiri hidup (baca: bunuh diri); justru kita sebenarnya malah menjerumuskan diri ke masalah yang jauh lebih besar..!

Sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam

“Siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung hingga dia membunuh dirinya, maka dia nanti di neraka jahannam menjatuhkan dirinya (dari gunung) secara terus menerus dan selama-lamanya.

Siapa yang menelan racun hingga membunuh dirinya, maka nanti di neraka racun itu akan berada di tangannya, dia menelannya, secara terus menerus dan selama-lamanya.

Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka nanti di neraka senjata tajam itu akan di tangannya, dia menusukkannya ke perutnya, secara terus menerus dan selama-lamanya..” [HR. Bukhari: 5442 dan Muslim: 109].

Jika masalah tidak mungkin lagi dihindari, maka menghadapinya adalah sebuah keniscayaan.

Dalam menghadapinya kita harus tahu, bahwa masalah hidup, tidak keluar dari DUA keadaan:

▶️  masalah yang solusinya ada di tangan kita.

▶️ masalah yang solusinya ada di tangan Allah.

Jika solusinya ada di tangan kita, maka berusahalah untuk menyelesaikannya semampu mungkin.

Jika solusinya ada di tangan Allah, maka mintalah solusinya dari Allah.

Jika kita telah tahu hakekat ini, maka tidak perlu ada rasa gundah dan sedih yang berkelanjutan karena masalah kita yang tak kunjung clear.

Jika memang solusinya hanya di tangan Allah, harusnya kita sabar dan selalu meminta kepada Allah agar Dia selesaikan masalah tersebut.

Kita juga harusnya menyerahkan masalah itu kepada Allah, dan tidak perlu banyak memikirkannya, karena dengan kita pikir pun, masalah tidak akan selesai, karena solusinya hanya ada di tangan Allah.

Intinya, hadapi dengan sabar, banyak berdoa, menyerahkannya kepada Allah, husnuzhon kepada-Nya, dan mengharap pahala dari Allah dari ujian tersebut.

InsyaAllah, dengan demikian, kita akan dapat mewujudkan keajaiban diri seorang mukmin,  “jika mendapatkan kemudahan, bisa bersyukur, dan jika menemui kesulitan, bisa bersabar”, dan dua-duanya akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Silahkan dishare… semoga bermanfaat..

Ditulis oleh,

Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

ref : https://bbg-alilmu.com/archives/29982



======🌴🌴🌴🌴🌴=====

Friday, August 12, 2022

Bersin Lebih Dari Tiga Kali, Didoakan Kesembuhan, Shahihkah?

Telah kita ketahui bahwa jika kita bersin maka disunnahkan untuk memuji Allah, kemudian yang mendengarnya membaca tasymit(yaitu ucapan: “yarhamukallah“), kemudian yang bersin membalas mendoakan lagi dengan ucapan “yahdiikumullah wa yushlihu baalakum“.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللهَ: فَشَمِّتُوْهُ فِإِنْ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ فَلاَ تُشَمِّتُوْهُ

“Jika salah seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka hendaklah kalian mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah) baginya, namun jika tidak, maka janganlah mengucapkan tasymit baginya”1

Maka orang yang bersin mengucapkan: اَلْحَمْدُ ِللهِ (“Segala puji bagi Allah”)

Yang mendengar mendoakan: يَرْحَمُكَ اللهُ (“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu”)

Kemudian yang tadi bersin kembali mendoakan: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ (“Semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian”)2

Aspek kesehatan bersin

Sangat layak Allah dipuji dalam semua keadaan termasuk dalam bersin, karena secara medis bersin bermanfaat bagi tubuh dan merupakan mekanisme pertahanan untuk mengusir kuman bakteri dan hal-hal yang berbahaya bagi tubuh. Kecepatan udara bersin bisa mencapai 160 km/jam sehingga bisa membuang banyak bakteri. Bersin ini membuat tubuh lebih sehat dan terasa lebih fresh setelah bersin. Bahkan menahan bersin bisa menimbulkan penyakit misalnya cedera diafragma, gangguan pendengaran dan pembulah darah bisa pecah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyahrahimahullah berkata,

وأما سنة العطاس الذي يحبه الله وهو نعمة ويدل على خفة البدن وخروج الأبخرة المحتقنة فإنما يكون إلى تمام الثلاث

“Adapun sunnah bagi orang yang bersin (mengucapkan hamdalah) merupakan nikmat yang menunjukkan keringat badannya (fresh) dan keluarnya uap yang berat.”3

Pendapat “Jika bersin lebih dari tiga kali, didoakan kesembuhan”, shahihkah hal ini?

Mendoakan kesembuhan kepada saudara yang sakit tentunya perkara yang baik. Namun asalnya hal ini sifatnya multak, tidak dikaitkan dengan suatu hal. Jika dikaitkan dengan suatu hal, lalu dikatakan “ini dianjurkan” atau “ini disyariatkan” maka perlu dalil yang shahih. Sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa dianjurkan mendoakan kesembuhan jika mendengar saudaranya bersin lebih dari tiga kali, hal ini memerlukan dalil yang shahih.

Terdapat perselisihan ulama jika bersin sudah lebih dari tiga kali apakah didoakan kesembuhan atau tidak, yaitu semisal doa kesembuhan

شَفَاكَ اللهُ وَعَافَاكَ

“Semoga Allah memberikan kesembuhan dan menjagamu”

Atau semisalnya.

Pendapat pertama: ada anjuran mendoakan kesembuhan jika bersin lebih dari tiga kali. Alasannya karena ia sakit, jika bersin lebih dari tiga kali, sebagaimana hadits

شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلاَثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ

“Ucapkanlah tasymit kepada saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang sakit”4

Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Yarhamukallah.” Kemudian ia bersin lagi, maka Rasulullahshallallahu ‘alihi wa sallambersabda:

اَلرَّجُلُ مَزْكُوْمٌ

“Laki-laki ini sedang sakit.”5

Karena ia sakit maka lebih layak di doakan kesembuhan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menukil salah satu pendapat ini,

إذا كان به زكام فهو أولى أن يدعى له ممن لا علة به ؟ قيل يدعى له كما يدعى للمريض ومن به داء ووجع

“Jika dia terkena flu maka lebih layak didoakan daripada orang yang tidak ada alasan (didoakan), dikatakan: didoakan sebagaimana mendoakan orang yang sakit dan orang yang ada penyakit dan rasa sakit.”6

Pendapat kedua: tidak ada anjuran mendoakan kesembuhan jika bersin lebih dari tiga kali. Dan ini pendapat YANG LEBIH SHAHIH, karena hukum asal doa adalah ibadah dan sesuai dalil, sedangkan dalil-dalil di atas tidak ada yang secara tegas menyatakan adanya anjuran mendoakan kesembuhan setelah tiga kali bersin. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan agar langsung mendoakan doa kesembuhan setelah tiga kali bersin.

Syaikh Al-Albani rahimahullahberkata,

فإن الأذكار والأوراد توقيفية ؛ لا يجوز الزيادة عليها ، كما لا يجوز النقص منها

“Doa dan wirid itu tauqifiyah (berdasarkan dalil) tidak boleh ada tambahan ataupun pengurangan.”7

Beberapa etika terkait bersin

Hendaknya meletakkan tangan atau baju (kain) di mulut ketika bersin dan berusaha mengecilkan suara8. Ini sesuai dengan ilmu medis agar penyakit tidak menular, orang yang bersin sebaiknya memakai maskerTidak mengucapkan tasymit kepada orang kafir yang membaca Alhamdulillah tetapi membaca:9

يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Jika orang yang bersin lupa membaca hamdalah, apakah diingatkan atau tidak maka ada dua pendapat10Diingatkan agar membaca hamdalah karena saling tolong menolong dalam kebaikanTidak perlu diingatkan membaca hamdalah

Yang kami pilih adalah tidak mengingatkan,karena jika dianggap tolong menolong, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkannya dan itu adalah semacam “hukuman” tidak mengingat Allah. Ibnul Qayyim menjelaskan,

ولو كان تذكيره سنة لكان النبي صلى الله عليه وسلم أولى بفعلها وتعليمها ، والإعانة عليها

“Seandainya mengingatkannya agar membaca hamdalah itu sunnah, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah lebih dulu melakukannya dan mengajarkannya serta membantu orang yang bersin.”11

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel Muslim.or.id

1 HR. Muslim no. 2992

2 Lihat shahih Abu Dawud oleh syaikh Al-Albani

3 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah

4 HR. Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iiman,7/32. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743

5 Muslim, no. 2993

6 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah

7 Aslu sifatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 3/943

8 Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhumenceritakan,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيْهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau meletakkan tangan atau bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya.” (HR. Abu Dawud, no. 5029; at-Tirmidzi, no. 2745 dan beliau menshahihkannya)

9 Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كَانَ الْيَهُوْدُ يَتَعَاطَسُوْنَ عِنْدَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَرْجُوْنَ أَنْ يَقُوْلَ لَهُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ، فَيَقُوْلُ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harapan Nabi mengatakan,  “yarhamukumulloh (semoga Allah merahmatimu)” tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. At-Tirmidzi, no. 2739. Beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

10 Silahkan lihat rincian penjelasan ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad 2/401

11 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah
__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
LINE (klik): bit.ly/LINE-Raehanul
Broadcast WA muslimafiyah: +62895384942337

Wednesday, April 13, 2022

TIDAK ADA ISTILAH WAHABI DI NEGERI NABI INI

( boleh benci; tapi tetap adil dan hati-hati)

Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1590341324425496&id=100003489310997

Muhammad bin salman selaku putra mahkota yang mewakili saudi mengatakan :

" kami tidak mengenal yang nama nya WAHABI di negri ini, tapi ada suku 'alu syekh dan 'alu su'ud serta ribuan suku terkenal lain nya, namun tidak ada yang nama nya wahabi", itu ujar nya ketika ditanya.

Apalagi yang suka mengkafir kan orang, bahkan di sini ada sebuah lembaga khusus yang memerangi pemikiran-pemikiran takfir atau yang suka mengkafir kaum muslimin.

Atau kah istilah wahabi ini karena menetap kan nama dan sifat Allah yang Maha Mulia? 

ISTIWA' misal nya, kita sering mendengar bahwa ciri-ciri wahabi itu mengatakan Allah di atas 'aras.

Subhanallah !!!.

Yang mengatakan Allah di atas 'aras itu Allah, bukan kita, karena tidak ada hak kita kecuali mengatakan seperti yang di kataan Allah terhadap diri Nya.

Bahkan para ulama mengatakan IJMA' ( sepakat ) bahwa Allah ber-istiwa' di atas aras, sebagaimana juga yang di nuqil kan imam abu hasan al-asy'ari dalam kitab nya.

Adapun arti istawa' dengan istila' (menguasai), itu adalah sebuah kekeliruan, apakah Allah tidak menguasai 'aras sehingga butuh untuk kembali menguasai nya ?

Bahkan Allah mengusai seluruh jagat raya ini.

Allah ber-istiwa' di atas 'aras bukan berarti Allah butuh dengan 'aras sebagaima langit dan udara di atas bumi dan langit serta udara tidak butuh kepada bumi.

Allah bersemayam di atas 'aras bukan berarti seperti kita duduk di atas kursi, karena itu adalah penyerupaan Allah dengan makhluq.

Contoh 1 :

Kita mencintai seseorang, cinta tersebut dari dalam hati. 

Bukit uhud adalah bukit yang mencintai kaum muslimin, walaupun dia benda mati

Sama-sama mencintai, tetapi berbeda hakikat nya.

Contoh 2 :

Kita berbicara menggunakan lidah dan mulut, batu dan pohon kurma juga berbicara sebagaimana mereka berbicara kepada rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam.

Sama-sama ber-bicara tetapi berbeda hakikat nya.

Ketika Allah mengatakan dia bersemayam di atas 'aras...kita beriman.

Tanpa kita sama kan dengan makhluq, tanpa di ta'wil,  sedang kan hakekat nya hanya Allah yang tau, karena Allah tidak memberi tau hakekat nya.

Sebagaimana antara satu makhluq dengan makhluq lain nya berbada,  maka Allah lebih pantas untuk tidak sama.

Adapun perkataan: Allah tidak di atas tidak di bawah, tidak di depan tidak di belakang, tidak di kiri tidak di kanan, itu adalah perkataan filsafat yunani kuno sebelum muncul nya Islam. 

Semoga bermamfaat, sebenar nya masih panjang, tapi takut membosan kan sahabat-sahabat fillah, barokallahu fikum.

Semoga Allah senentiasa memberi kita ilmu yang bermamfaat dan amalan yang diterima.

Khusus lk :

https://chat.whatsapp.com/H5UAOcb3EtBK737by6Kg30

Khusus pr :

https://chat.whatsapp.com/DitIPCMFHfHI06FOZzi4YL

Hukum Perayaan Malam Nuzulul Qur'an Tanggal 17 Ramadhan

Telegram :

https://t.me/dakwahtauhid_dan_sunnah

Perayaan Nuzulul Qur’an yang biasa dirayakan oleh sebagian orang pada tanggal 17 Ramadhan atau hari lainnya di bulan Ramadhan termasuk kategori bid’ah, mengada-ada dalam agama, tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan mengandung beberapa pelanggaran:

KAPAN AL-QUR'AN DITURUNKAN?

Penentuan tanggal 17 Ramadhan itu sendiri sebagai hari turunnya Al-Qur’an pertama kali di dunia adalah pendapat yang lemah, tidak berdasar pada dalil yang kuat, dan apabila yang mereka maksudkan tanggal 17 Ramadhan adalah turunnya Al-Qur’an ke langit dunia maka menyelisihi firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada lailatul qodr.” [Al-Qodr: 1]

Dan lailatul qodr ada di salah satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailaul qodr pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Andai benar sekali pun bahwa Al-Qur’an pertama kali turun pada tanggal 17 Ramadhan maka itu sama sekali bukan dalil yang menujukkan disyari’atkannya merayakan turunnya Al-Qur’an, dan tidak ada dalil satu pun yang menujukkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam merayakannya, tidak di tanggal tersebut, tidak pula di hari yang lainnya

BERMAKSUD BAIK TAPI MENEMPUH CARA YANG SALAH

Maksudnya baik ingin memuliakan Al-Qur’an tapi dengan cara yang justru bertentangan dengan Al-Qur’an, maka yang terjadi bukan menghormati Al-Qur’an malah menyelisihi Al-Qur’an.

Karena Allah ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan6 Allah!?” [Asy-Syuro: 21]

Mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah artinya berbuat bid’ah dalam agama tanpa dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka ayat Al-Qur’an yang mulia ini mengandung peringatan keras terhadap orang-orang yang berbuat bid’ah dalam agama, bagaimana mungkin dikatakan memuliakan Al-Qur’an dengan cara menyelisihinya?

Al-Imam Al-Mufassir Ibnu Jarir Ath-Thobari rahimahullah berkata,

يقول تعالى ذكره: أم لهؤلاء المشركين بالله شركاء في شركهم وضلالتهم (شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ) يقول: ابتدعوا لهم من الدين ما لم يبح الله لهم ابتداعه

“Firman Allah ta’ala dzikuruhu tersebut maknanya: Apakah orang-orang yang menyekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang lain dalam kesyirikan dan kesesatan mereka itu, 'Yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah!?' Artinya: Mengada-ada (berbuat bid’ah) untuk mereka agama yang Allah tidak izinkan untuk mereka mengada-adakannya!?” [Tafsir Ath-Thobari, 21/522]

Oleh karena itu semua bid’ah itu sesat, karena orang yang melakukannya seakan-akan menyaingi Allah dalam menetapkan syari’at.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara baru bid’ah dalam agama karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid'ah dan setiap bid’ah itu sesat.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu]

Sahabat yang Mulia Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ وَإِنْ رَآهَا النَّاس حَسَنَة

“Setiap bid’ah itu sesat, meski manusia menganggapnya hasanah (baik).” [Dzammul Kalaam: 276]

MENGADA-ADA DALAM AGAMA DAN MENYELISIHI PETUNJUK NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ’ALAIHI WA SALLAM

Padahal kepada beliaulah Al-Qur’an diturunkan, dan beliau adalah sebaik-baiknya teladan di dalam mengamalkan Al-Qur’an, mengapa ada orang yang merasa lebih tahu dari beliau lalu membuat-buat cara baru untuk mengamalkan Al-Qur’an?

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengada-ngada dalam agama kami ini suatu ajaran yang bukan daripadanya maka ia tertolak.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Dalam riwayat Muslim,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَد

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Mufti Saudi Arabia Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Aalusy Syaikh rahimahullah berkata,

جواز اتخاذ يوم نزول القرآن 7عيدا يتكرر بتكرر الأعوام، فهذا وإن كان قصد صاحبه حسنا إلا أنه لما لم يكن مشروعا، ولم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا عن أحد من خلفائه الراشدين وسائر صحابته والتابعين لهم بإحسان، ولا عن أحد من الأئمة الأربعة: مالك وأبي حنيفة والشافعي وأحمد بن حنبل، ولا عن غيرهم من الأئمة المقتدى بهم سلفا وخلفا، فلما لم يكن مشروعا ولا ورد عن أحد ممن ذكر تعين التنبيه على أن مثل هذا لا يجوز شرعا؛ لأنه لا أصل له في الدين، ولم يكن من عمل المسلمين

“Pendapat bolehnya menjadikan hari turunnya Al-Qur’an sebagai hari perayaan setiap tahun, maka walaupun orang yang merayakannya berniat baik akan tetapi perayaan tersebut tidak disyari’atkan, dan tidak ada satu pun riwayat dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, tidak pula dari salah seorang Al-Khulafaaur Raasyidin, tidak seluruh sahabat, tidak tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik, tidak salah seorang dari imam yang empat: Malik, Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, serta tidak pula dari imam-imam lainnya yang patut diteladani dahulu maupun sekarang. Maka ketika perayaan Nuzulul Qur’an itu tidak disyari’atkan dan tidak pula diriwayatkan dari seorang pun yang telah kami sebutkan, jelaslah bahwa amalan seperti ini tidak dibolehkan secara syari’at, karena tidak memiliki dasar dalam agama dan tidak termasuk amalan kaum muslimin.” [Majallatul Buhutsil Islamiyah, 76/33]

Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah

http://sofyanruray.info/hukum-perayaan-nuzulul-quran-pada-tanggal-17-ramadhan/

Mereka Meyakini Bahwa Hak Allah itulah Tujuan Adapun Hak Manusia Maka itu Mengikuti Saja.

Karena apa?

Karena Allah Ta’ala berfirman [QS Adz-Dzariyat : 56]

‎وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku”

Berarti tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk merealisasikan ibadah.

Berarti ini menunjukkan bahwa hak ibadah itulah yang merupakan tujuan.

Adapun hak manusia bukan tujuan.

Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam juga bersabda kepada Muadz: “Hai Muadz, tahukan kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah”.

Aku berkata Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, kata Muadz, 

maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas hamba yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya, dan tidak mempersekutukan-Nya sedikitpun juga. Dan hak hamba atas Allah, Allah tidak akan mengazab orang yang tidak mempersekutukan-Nya”.

(Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim)_

Ini menunjukkan bahwa hak Allah yang paling agung adalah agar kita beribadah kepada Allah.

Dan inilah merupakan hak Allah yang paling Agung.

Adapun hak manusia, kita melaksanakan hak mereka tetap, karena melaksanakan hak Allah. Allah yang memerintahkan kita berbuat baik kepada manusia, maka kita berbuat baik kepada mereka dalam rangka beribadah kepada Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“Sebagian orang filsafat mengatakan bahwa tujuan adanya agama adalah sebatas mengadakan maslahat dunia saja, bukan sebatas maslahat agama.” Ini kata mereka orang filsafat.

Ini jelas adalah merupakan perkataan yang bathil.

Tentunya saudaraku… bahwa tujuan atau hak Allah yang paling besar yang harus kita perhatikan adalah ibadah… itulah tujuan yang harus kita benar-benar perhatikan.“`

Adapun hak manusia kita amalkan, kita lakukan, karena itupun juga dalam rangka melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kaidah yang ke 45

⚉ Bahwa mereka memvonis manusia sesuai yang tampak dari amal perbuatan mereka.

⚉ Adapun masalah yang tidak tampak (yaitu yang ada di hatinya) dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Artinya, kita di dalam menghukumi manusia sesuai dengan yang terlihat di mata kita.

Kalau dia menampakkan keburukan, kita menilai dia buruk.

Kalau dia menampakkan kebaikan, maka kita menilai dia baik.

Siapapun yang memperlihatkan dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa, kita hukumi dia orang Islam, tidak boleh kita katakan kafir sampai ada sesuatu bukti yang sangat meyakinkan bahwa dia telah kafir.

Dan orang yang melakukan kekafiran di lihat, apakah sudah tegak hujjah atau belum, apakah sudah sampai atau belum ke dia keterangan yang menjelaskan bahwasanya dia ;

1. Melakukan itu dalam keadaan tahu

2. Sudah hilang darinya syubhat-syubhat, sudah tegak padanya hujjah.

Karena masalah kafir-mengkafirkan tentunya bukan masalah yang mudah, butuh kepada pemenuhan syarat-syaratnya dan menghilangkan penghalang-penghalangnya.

Yang jelas kita menghukumi orang itu sesuai dengan yang tampak kepada kita.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

‎إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ

“Kalian bersengketa kepadaku, barangkali sebagian kalian lebih pandai mengemukakan hujjahnya/argumennya daripada yang lain._

‎وإنَّما أقضي بينكما بما أسمعُ

dan aku memutuskan keputusannya sesuai dengan yang aku dengar dari hujjah-hujjah kalian. Maka siapa yang aku berikan kepadanya hak saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya, karena itu hakikatnya, aku telah memberikan padanya bagian dari api neraka.”

[Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam 🌴

Sumber::

https://bbg-alilmu.com/archives/37881

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan حفظه الله تعالى

Wednesday, February 2, 2022

SEPULUH HAL YANG TIADA MANFAATNYA


Telegram :

https://t.me/menebar_cahayasunnah

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

عُشُرَةُ أَشْيَاءِ ضَائِعَةِ لَا يَنْتَفِعُ بِهَا: عِلْمٌ لَا يَعْمَلُ بِهِ، وَعَمَلٌ لَا إِخْلَاَصٌ فِيهِ وَلَا اِقْتِدَاءٌ، وَمَالٌ لَا يُنْفِقُ مِنْهُ فَلَا يَسْتَمْتِعُ بِهِ جَامِعُهُ فِي الدُّنْيَا وَلَا يُقَدِّمُهُ أَمَامَهُ إِلَى الْآخِرَةِ، وَقَلْبَ فَارِغَ مِنْ مَحَبَّةِ اللهِ وَالشَّوْقِ إِلَيْهِ وَالْأُنْسَ بِهِ

وَبَدَنٌ مُعَطَّلٌ مِنْ طَاعَتِهِ وَخِدْمَتِهِ، وَمَحَبَّةً لَا تَتَقَيَّدْ بِرِضَاءِ الْمَحْبُوبِ وَاِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ، وَوَقْتَ مُعَطَّلٍ عَنِ اِسْتِدْرَاكِ فَارِطِهِ أَوِ اِغْتِنَامُ بَرٍّ وَقُرْبَةٍ، وَفِكْرٌ يَجُولُ فِيمَا لَا يَنْفَعُ، وَخِدْمَةً مِنْ لَا تَقَرُّبُكَ خَدَّمَتْهُ إِلَى اللهِ وَلَا تَعَوُّدٌ عَلَيْكَ بِصُلَاَّحِ دُنْيَاِكَ، وَخَوْفَكَ ورجاؤك لِمَنْ نَاصِيَتِهِ بِيَدِ اللهِ وَهُوَ أَسَبْرٌ فِي قَبْضَتِهِ وَلَا يَمْلِكُ لِنَفْسُهُ حَذَرًا وَلَا نَفْعَا وَلَا مَوْتَا وَلَا حَيَاةٌ وَلَا نُشُورَا.

“Ada sepuluh hal yang sia-sia, tiada manfaatnya..

1️⃣. Ilmu yang tidak diamalkan

2️⃣. Amal yang tidak dilandasi keikhlasan dan mengikuti petunjuk Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam

3️⃣. Harta yang tidak digunakan (hanya disimpan). Pemiliknya tidak bisa menikmatinya di dunia, tidak pula menggunakannya untuk persiapan masa depannya di akhirat

4️⃣. Kalbu yang tidak memiliki kecintaan kepada Allah, kerinduan pada-Nya, dan ketenangan bermunajat dengan-Nya.

5️⃣. Tubuh yang tidak dipakai untuk ketaatan dan penghambaan kepada Allah

6️⃣. Kecintaan (kepada Allah) tetapi tidak terikat (mengharap) ridho-Nya dan tidak melaksanakan perintah-Nya

7️⃣. Waktu yang tidak digunakan untuk memperbaiki diri atau berbuat kebajikan dan ibadah

8️⃣. Pikiran yang digunakan pada sesuatu yang tidak bermanfaat

9️⃣. Melayani seseorang tetapi pelayananmu terhadapnya tidak mendekatkan dirimu kepada Allah, tidak pula menguntungkan urusan duniamu

🔟 Takut dan harapan kepada sesama hamba padahal dia di bawah kuasa Allah; tidak mampu memberi celaka, manfaat, kematian, kehidupan, dan kebangkitan.

وَأَعْظَمَ هَذِهِ الْإِضَاعَاتِ إضاعتان، هُمَا أَصْلٌ كُلَّ إِضَاعَةٍ: إِضَاعَةُ الْقَلْبِ وَإِضَاعَةِ الْوَقْتِ ؛ فَإِضَاعَةَ الْقَلْبِ مِنْ إِيثَارِ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ، وَإِضَاعَةَ الْوَقْتِ مِنْ طُولِ الْأَمَلِ

Kesia-siaan terbesar ada pada dua hal, keduanya pangkal segala kesia-siaan : kalbu dan waktu.

Kalbu yang sia-sia karena mengutamakan dunia daripada akhirat. Waktu yang sia-sia karena panjang angan-angan.

فَاِجْتَمَعَ الْفَسَادُ كُلَّهُ فِي إتباع الْهَوَى وَطُولَ الْأَمَلِ، وَالصُّلَاَّحَ كُلَّهُ فِي اِتِّبَاعٍ لِهُدًى وَالْاِسْتِعْدَادِ لِلِقَاءِ واللَّه الْمُسْتَعَانَ

Seluruh kerusakan berporos pada sikap mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Seluruh kebaikan berpangkal pada mengikuti petunjuk Nabi dan mempersiapkan diri menghadap Allah.

Hanya Allah tempat memohon pertolongan..”

[ Al Fawaid – 162 ]


Saturday, November 6, 2021

KAIDAH USHUL FIQIH KE-53 : SETIAP YANG TELAH DIKETAHUI


Setiap yang telah diketahui ada atau tidak adanya, maka pada asalnya ditetapkan sesuai yang telah diketahui tersebut.

⚉ Bila yakin adanya wudlu namun ragu apakah berhadats setelahnya atau tidak, maka tidak perlu berwudlu kembali karena telah diketahui adanya wudlu.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لَا، فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا

“Jika salah seorang dari kalian merasakan sesuatu diperutnya, lalu ia ragu apakah telah keluar (angin/kentut) atau tidak, janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid, hingga ia mendengar suara atau mencium bau.” (Hr. Muslim, IV:274, no. 803; dari Abu Hurairah.

Dalam redaksi lain, beliau mengingatkan,

إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَوَجَدَ حَرَكَةً فِي دُبُرِهِ أَحْدَثَ أَوْ لَمْ يُحْدِثْ فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ فَلَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا

“Jika salah seorang dari kalian sedang shalat lalu merasakan gerakan di duburnya, hingga ia merasa ragu apakah telah batal atau tidak, janganlah ia membatalkan shalatnya hingga mendengar suara atau mencium bau.” (Hr. Abu Daud; dari Abu Hurairah; dinyatakan sahih oleh Syekh Al-Albani)

Referensi: https://konsultasisyariah.com/7483-kentut-kecil-ketika-shalat.html

⚉ Ketika sahur, kita ragu apakah sudah masuk waktu shubuh atau belum, maka boleh terus bersahur karena pada asalnya malam masih ada sampai yakin bahwa waktu shubuh telah benar benar masuk.

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Makan sahurlah selama kamu ragu sampai tidak ragu.”

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلاَ يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِىَ حَاجَتَهُ مِنْهُ

“Jika salah seorang di antara kalian mendengar azan sedangkan sendok terakhir masih ada di tangannya, maka janganlah dia meletakkan sendok tersebut hingga dia menunaikan hajatnya hingga selesai.

Referensi : https://muslim.or.id/9737-hukum-makan-ketika-adzan-shubuh-2.html

https://konsultasisyariah.com/19283-bolehkah-makan-sahur-setelah-imsak.html

⚉ Bila merasa ragu apakah sudah mengqodlo sholat apa belum, maka wajib ia mengqodlo karena pada asalnya ia belum melakukan.

Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Referensi: https://konsultasisyariah.com/15931-enam-catatan-tentang-qadha-shalat.html

⚉ Bila ragu apakah telah jatuh talaq apa belum, maka pada asalnya pernikahan itu ada dan talaq tidak ada.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: الصَّغِيْرُ حَتَّى بَيْلُغَ، وَالنَّائِمُ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَالْمَجْنُوْنُ حَتَّى يَفِيْقَ

“Pena diangkat dari tiga orang: anak kecil hingga dia baligh, orang yang tidur sampai dia terbangun, dan orang gila sampai dia sadar dari gilanya/waras kembali.” [HR. Abu Dawud, sahih dalam Irwau’’azza wa jalla Ghalil no. 297]

Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ طَلاَقَ وَلاَ عِتَاقَ فِي إِغْلاَقٍ

“Tidak ada talak, tidak pula pemerdekaan budak dalam keadaan pikiran tertutup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, sahih al-Hakim]

Wallahu a’lam 

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page:

https://t.me/kaidah_ushul_fiqih

https://www.facebook.com/kaidah.ushul.fiqih/

Wednesday, October 13, 2021

BACAAN RUKUK

 

Bismillah...

BACAAN RUKUK

1. Ada banyak model bacaan rukuk yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sikap yang tepat dalam hal ini adalah berusaha menghafal semua doa itu dan dibaca secara bergantian. Misalnya ketika rukuk shalat subuh baca lafal A, rukuk shalat dzuhur baca lafal B, dst.

2. Orang yang shalat, hanya boleh membaca bacaan rukuk setelah dia melakukan rukuk sempurna.

3. Dibolehkan mengulang-ulang bacaan rukuk, meskipun lebih dari 3 kali, sesuai dengan panjangnya rukuk.

4. Orang yang shalat harus membaca bacaan rukuk, meskipun hanya sekali. Karena sebagian ulama menilai bahwa bacaan rukuk hukumnya wajib.

5. Berikut macam-macam bacaan rukuk

Pertama,

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

Subhaana rabbiyal adziim (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah)

Kedua,

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaana rabbiyal adziim wa bihamdih (HR. Ahmad, Abu Daud, Daruqutni)

Ketiga,

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، ربُّ الملائِكَةِ والرُّوحِ

Subbuuhun qudduusun, rabbul malaaikati war ruuh* (HR. Muslim dan Abu Awanah)

* Keterangan:

Makna ruh pada doa di atas adalah malaikat jibril.

Keempat,

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Subhaanaka Allahumma rabbanaa wa bihamdika Allahummagh-fir-lii (HR. Bukhari dan Muslim)

Keterangan:

Bacaan ini sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap rukuk dan sujud beliau, setelah turun surat An-Nashr. Beliau melaksanakan perintah Allah:

[فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ]

“Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampuna kepada-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kelima,

سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

Subhaana dzil jabaruut, wal malakuut, wal kibriyaa’, wal ‘adzamah.* (HR. Ahmad, Abu Daud, dengan sanad shahih)

*Keterangan: Doa ini sering dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat malam.

Keenam,

اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، أَنْتَ رَبِّي، خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي، وَدَمِي وَلَحْمِي، وَعَظْمِي وَعَصَبِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالِمِينَ

Allahumma laka raka’tu, wa bika aaman-tu, wa laka aslamtu, wa ‘alaika tawakkal-tu, anta rabbii, khasya’a sam’ii wa basharii, wa damii wa lahmii, wa adzmii wa ‘ashabii, lillaahi rabbil ‘aalamiin. (HR. Nasai dan dishahihkan Al-Albani).

Kesalahan seputar bacaan rukuk dalam shalat

1. Tidak mengangkat tangan ketika hendak rukuk. Atau mengangkat tangan namun tidak sempurna.

2. Gerakan rukuk yang terlalu cepat, seperti ayam mematok makanan. Gerakan ini menyebabkan shalatnya tidak sah, karena rukuknya tidak tumakninah.

3. Hanya menghafal satu jenis bacaan rukuk. Bacaan rukuk yang hanya satu ini, dibaca sejak kecil sampai dia dewasa. Ini bisa menyebabkan bacaan lainnya yang tidak dia hafal menjadi terlupakan.

4. Membaca bacaan rukuk sebelum posisi rukuk sempurna. Tindakan semacam ini, menyebabkan bacaan rukuknya tidak sah.

5. Tidak membaca bacaan rukuk sama sekali. Jika dia jadi imam atau shalat sendirian, maka dia harus sujud sahwi.

6. Membaca bacaan sujud ketika rukuk. Tindakan semacam ini tidak sesuai sunah.

🌏 Artikel www.CaraSholat.com