Skip to main content

Perusak Amal

Allaah berfirman :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut. 
(Mereka menyadari bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka." 
(Al-Mukminun: 60)

Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili,
Ayat di atas dapat diartikan, “Dan mereka yang mengerjakan apa yang mereka kerjakan” sehingga termasuk pula amal saleh di samping sedekah, seperti shalat, zakat, haji, dan lainnya.
Jika tidak diterima amal mereka.
Maksudnya, karena mereka tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau pemberian (sedekah) dan amal mereka tidak diterima Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan tidak menyelamatkan mereka.
(Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)

Berkata Imam Ibnu Katsir,
Yaitu mereka mengasihkan pemberiannya dengan rasa takut dan malu bila tidak diterima, yang hal ini bersumber dari perasaan takut mereka bila diri mereka dinilai oleh Allah telah berlaku sembrono terhadap persyaratan memberi. 
Hal seperti ini termasuk ke dalam Bab “Bersikap Hati-hati dan Merasa Takut kepada Allah.” Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad :
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم membacakan ayat di atas, ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang minum khamer dan mencuri?” Rasulullah menjawab, “Tidak wahai puteri Abu Bakar ash-Shiddîq. 
Mereka itu adalah yang melakukan ibadah shaum, shalat, dan bersedekah, namun mereka takut jika amalan mereka tidak diterima oleh Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam segala kebaikan dan mereka selalu menjadi yang terdepan”."
(HR At-Tirmidzi, 3175, Ibnu Majah, 4198 dishohihkan Al-Albany)
(Tafsir Ibnu Katsir)

Betapa banyak orang yang beramal kebaikan dan amalan-amalan shalih, namun betapa banyak juga yang pahala amalannya tersebut terhapus seketika, kerana adanya sebab dalam diri para pelakunya. 
Berikut ini diantara sebab yang bisa membuat sirna dan terhapusnya pahala kebaikan seorang Muslim.

1. Murtad
Barangsiapa yang keluar dari islam, maka semua pahala amalan yang ia kerjakan sebelumnya terhapus dan tak bernilai apa-apa dihadapan Allah Ta’ala, dan diakhirat ia akan dijerumuskan dalam neraka selama-lamanya. 
Allah berfirman :

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

"Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. 
Dan mereka itulah penghuni neraka. 
Mereka kekal berada di dalamnya.” 
(Al-Baqarah : 217)

2. Syirik Besar.
Kesyirikan besar dengan berbagai jenisnya merupakan bentuk kezaliman besar dan penghinaan terhadap Allah, sebab ia adalah menyamakan antara derajat Allah dan makhluk-Nya, karenanya balasan yang setimpal dengannya adalah terhapusnya semua pahala amalan kebaikan, serta tak akan diampuni oleh-Nya bila mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum bertaubat darinya. 
Firman Allah :

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

”Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” 
(Al-An’am: 88).

3. Riya’.
Riya’ atau Sum’ah akan menghapus amalan yang dilakukan atau diceritakan dengan tujuan agar dipuji dan disanjung oleh orang yang melihat atau mendengarnya. 
Dalam hadis qudsi Allah berfirman :

ءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ.

“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” 
(HR. Muslim, 2985 )

4: Durhaka terhadap kedua orang tua, nengungkit-ungkit sedekah yang diberikan, mendustakan Takdir.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ.

"Ada tiga golongan manusia yang Allâh tidak akan menerima dari mereka amalan wajib, dan tidak pula amalan sunnat mereka pada hari Kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang mendustakan takdir."
(HR Ibnu Abi Ashim fi Kitab As-Sunnah, dishohihkan  Al-Albany dalam Al-Jami`, 3065)

5. Bersumpah Atas Nama Allah, bahwa seseorang tak akan diampuni. 
Dari Jundub, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengisahkan ada seseorang berkata : “Demi Allah, Allah pasti tidak akan mengampuni si fulan. Maka Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ

"Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu”. 
(HR Muslim, 2621).

6. Beramal demi untuk mendapatkan ganjaran dunia semata.
Allah berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” 
(Huud : 15-16)

7. Melakukan amalan bid'ah.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد.

“Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” 
(HR Muslim, 1718).

8. Mendatangi dukun, peramal dan sejenisnya.
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً.

"Barangsiapa mendatangi peramal, kemudian dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidaklah diterima shalatnya sepanjang empat puluh hari."
(HR. Muslim, 5782)

9. Pecandu khomer.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
مُدْمِنُ الْخَمْرِ كَعَابِدِ وَثَنٍ

“Pecandu khamar seperti penyembah berhala.” 
(HR. Ibnu Majah,3375 dihasankan Al-Albani)
Nabi bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ

“Pecandu khamar tidak akan masuk surga.” 
(HR. Ibnu Majah, 3376 dishohihkan Al-Albani)

10. Isteri yang durhaka kepada suaminya, budak yang lari dari tuannya dan imam yang dibenci kaumnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : 
“Ada tiga golongan manusia, shalat mereka tidak melampaui telinga mereka; budak yang kabur dari majikannya sampai dia kembali, seorang isteri yang melewati malam hari dalam keadaan suaminya murka kepadanya, seorang Imam bagi sekelompok kaum padahal mereka membencinya”."
(HR At-Tirmidzi, 360 dishohihkan Al-Albany)

قال الحسن البصري رحمه الله: 
لا يزال العبد بخير ما علم الذي يفسد عليه عمله.
📚المصنف في الأحاديث والآثار، لابن أبي شيبة 8/255

Berkata Imam Al-Hasan Al-Bashry رحمه الله,
Terus menerus seorang hamba dalam kebaikan selama dia mengetahui hal yang dapat merusak amalannya.
📚Al-Mushonnaf fi Al-Ahadits wa Al-Atsar, Ibnu Abi Syaubah 8/255

Wallahu a'lam


🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc.

       ✏📚✒.💧...

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.