Skip to main content

KEADILAN ALLAAH

"Ya Rabb, izinkanlah aku melihat bagaimana keadilan-Mu bekerja," pinta Nabi Musa.

"Hai Musa, engkau tak akan punya kesabaran untuk melihat keadilan-Ku," firman Allah kepadanya.

"Aku akan berusaha untuk bersabar,"

"Jika demikian, datanglah engkau pada sebuah mata air, dan perhatikan saja apa yang terjadi di sana."

Maka sesuai perintah Allah, pergilah Nabi Musa ke mata air yang ditunjuk dan ia mengamati dari kejauhan. Kemudian datang seorang penunggang kuda dan kantong uangnya terjatuh di sekitar mata air.

Lalu datang lagi seorang anak kecil, melihat kantong uang tergeletak di sana, anak itu lantas mengambilnya. 

Berikutnya datang seorang lelaki buta ke tempat tersebut, dan secara kebetulan penunggang kuda yang tadi kembali pada waktu yang sama. Tentu saja ia menuduh bahwa lelaki buta itu yang mengambil kantong uangnya. Maka lelaki buta dibunuh olehnya.

Kini tertinggal Nabi Musa yang terheran-heran menyaksikan semua kejadian itu. Maka Allah mengutus malaikat Jibril untuk menerangkan segalanya. 

Bahwa dahulu si penunggang kuda ternyata memiliki utang kepada ayahnya si anak, maka Allah mengatur agar kantung uangnya berpindah ke tangan anak itu dengan jumlah yang tepat sesuai utangnya. 

Bahwa dahulu ayah si anak itu ternyata pernah dizalimi oleh lelaki buta hingga meninggal dunia. Maka Allah mengatur agar lelaki buta itu kemudian berakhir hidupnya seperti perbuatannya sendiri. Inilah keadilan Allah. 

Sepenggal fragmen dalam kehidupan Nabi Musa di atas menerangkan pada kita bahwa keadilan Allah pasti berlaku di muka bumi ini, dengan waktu yang paling tepat di sisi-Nya. Oleh karena itu bersikaplah baik selalu pada semua orang. Hindari perbuatan zalim. 

وَأَقْسِطُواْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

"Dan berlakulah adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

(Surat Al-Hujurat: 9)

Perhatikan bagaimana rezim Fir'aun yang kekuasaannya sangat kuat, dan rakyat jelata dibuatnya begitu lemah. Atas kehendak Allah, rakyat tak berdaya di bawah pimpinan Nabi Musa kemudian diizinkan mampu membuat Fir'aun dan bala tentaranya tenggelam tak berkutik. 

Padahal yang dilakukan Nabi Musa hanya menghunuskan tongkat ke tanah. Bagaimana bisa? Karena sesungguhnya keadilan Allah sedang bekerja. Ada saatnya yang kuat menjadi lemah, dan sebaliknya.

Hal ini adalah bukti bahwa Allah Maha Adil. Jadi, tak perlu khawatir dengan perbuatan orang lain kepada kita. Kezaliman, kecurangan, dan lain-lain, semua akan berjalan mengikuti kehendak-Nya.   

Janganlah pula ragu. Bila saat ini kita merasa tidak memperoleh keadilan, sesungguhnya yang kita perlukan hanya kesabaran. Akan datang saatnya Allah membalas setiap manusia dengan seadil-adilnya.
  
                                             
  

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.