Skip to main content

KISAH JENAKA NAMUN SARAT FAIDAH MAKNA


Imam al-Qurthubi sang ahli tafsir dan Syihabudin al-Qurofi, pernah bersama-sama dalam suatu safar ke kota _Fayyum_ (salah satu kota di Mesir). Keduanya adalah senior pada zamannya di dalam bidang ilmunya masing-masing.

al-Qurthubi adalah ahli dalam bidang tafsir dan hadits, sedangkan al-Qurofi ahli dalam bidang logika penalaran _(ma'qulat)._

Saat keduanya tiba di desa _Fayyum_, keduanya bermaksud menyewa satu rumah agar bisa ditempati selama tinggal di desa tersebut.

Keduanya pun mengutus pelayan-pelayan mereka untuk mencari tempat yang layak. 
Namun mereka tidak memperolehnya kecuali ada satu rumah yang diklaim para penduduk desa, rumah tersebut ditempati oleh bangsa jin.

Salah seorang manusia berkata kepada keduanya (imam al-Qurthubi dan al-Qurofi),
_*"Jangan masuk rumah itu, karena didiami oleh bangsa jin."*_

al-Qurofi berkata kepada pelayannya,
_*"Masuklah, tidak usah dengarkan perkataan mereka."*_

Mereka pun lalu menyuruh pelayan mereka untuk membersihkan rumah tersebut dan melengkapi perabotannya. 
Tak lama kemudian masuklah waktu sholat, dan keduanya pergi menuju ke Masjid Jami' untuk melaksanakan sholat.

Ketika keduanya pulang dan tinggal di rumah tersebut, mereka mendengar suara kambing jantan yang mengembik di dalam rumah. Suara tersebut terdengar berulang-ulang. 
Sontak, Al-Qurofi pun jadi ketakutan dan rona wajahnya mulai berubah.

Dia segera membuka pintu, ternyata ada kepala kambing jantan turut keluar dari pintu tersebut sembari mengembik. 
al-Qurofi pun semakin bertambah ketakutan.

al-Qurthubi lalu bangkit mendekatinya dan menahan kedua tanduk kambing tersebut sembari _berta'awwudz,_ mengucapkan _basmalah_ dan membaca firman Allah _Subhanahu wa Ta'ala_ ,

( ءَاۤللَّهُ أَذِنَ لَكُمۡۖ أَمۡ عَلَى ٱللَّهِ تَفۡتَرُونَ )

_“Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (untuk melakukan ini) ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?”_
( _QS. Yunus:_ 59 )

Beliau terus menerus melakukan hal ini sampai pelayannya datang sembari membawa pisau sembelih, lalu berkata,
*_"Wahai tuanku, ini kambing yang baru kami beli dan akan kami sembelih."_*

📚 [Ringkasan dari perkataan ash-Shodafi _rahimahullah_ berkenaan dengan Biogragi Imam al-Qurthubi dalam _al-Wafì bil Wafiyat]._

***

ترافق القرطبي المفسر وشهاب الدين القرافي في السفر إلى الفيوم، وكل منهما شيخ فنه في عصره؛ القرطبي في التفسير والحديث، والقرافي في المعقولات، فوصلا إلى قرية، فأرادا أن يستأجرا مسكنًا يأويان إليه مدة إقامتهما، فبعثا غلمانهما للبحث عن مسكن مناسب؛ فلم يجدوا إلا مسكنًا يزعم أهل القرية أنه مسكون من الجن ! :)

فقال لهما إنسان: لا تدخلوه؛ فإنه معمور بالجان.
فقال القرافي للغلمان: ادخلوا ودعونا من هذا الهذيان!
فأمرا الغلمان بتنظيفه وفرشه، ثم حضرت الصلاة، فتوجه الشيخان إلى الجامع لأداء الصلاة.

فلما رجعا واستقرا بالمكان؛ سمعا صوت تيس يصيح داخل البيت، وتكرر ذلك، فخاف القرافي وتغير لونه، وفتح الباب فخرج منه رأس التيس وهو يصيح!
فزاد خوف القرافي، فقام إليه القرطبي وأمسك بقرنيه وجعل يتعوذ ويبسمل ويقرأ قوله تعالى: (ءَاۤللَّهُ أَذِنَ لَكُمۡۖ أَمۡ عَلَى ٱللَّهِ تَفۡتَرُون)! :)

ولم يزل كذلك حتى دخل الغلام ومعه سكين وقال: يا سيدي، هذا تيس اشتريناه لنذبحه.


🌸 مختصرة من كلام #الصفدي رحمه الله في ترجمة الإمام #القرطبي | #الوافي_بالوفيات.


••• ════ ༻📜༺ ════ •••

ℳـ₰✍
​✿❁࿐❁✿​
@abinyasalma

🔗 Silahkan disebarluaskan untuk menambah manfaat, dengan tetap menyertakan sumber. 
__________

👥 *WAG Al-Wasathiyah Wal-I'tidāl*
✉ TG :  https://bit.ly/alwasathiyah

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.