Abdullah Zaen
Tidak ada suatu peristiwa yang terjadi di alam semesta ini secara kebetulan. Semuanya sengaja ditakdirkan Allah _ta’ala_. Termasuk hidupnya kita di hari-hari ini. Menyaksikan masa pandemi Covid-19.
Kita ditakdirkan Allah untuk menjadi saksi mata tersebar cepatnya wabah mematikan ini. Sebagaimana di masa yang lampau, banyak orang yang menjadi saksi mata terjadinya berbagai wabah dari masa ke masa.
Namun tentu antara satu saksi mata dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan sikap itu tergantung ilmu yang dimilikinya, keimanan yang ada di hatinya dan kepeduliannya.
Siapa yang tidak mengenal al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalaniy _rahimahullah_ (1372-1449 M)? Pakar hadits klasik kenamaan dunia. Hampir seluruh karya tulisnya dijadikan referensi primer di setiap bidang studi.
590 tahun yang lalu, beliau menjadi salah satu saksi mata tersebarnya wabah tha’un. Akhirnya beliau tergerak untuk menulis kitab khusus tentang tema itu. Judulnya ¬_Badzl al-Mâ’ûn fî Fadhl ath-Thâ’ûn._ Telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul *Kitab Wabah dan Taun dalam Islam*.
Beliau mulai menulis kitab ini di tahun 1416 M, lalu berhenti. Kemudian baru menuntaskannya pada tahun 1430 M setelah muncul *bi’dah* di masyarakat. Berupa seruan keluar rumah saat wabah untuk berkumpul dan berdoa layaknya shalat istisqa’. Bagi Ibnu Hajar, orang yang berdiam di rumah selama wabah, sembari bersabar dan mengharap ridha Allah, ia akan memperoleh pahala seperti orang mati syahid. Meski dirinya tidak terkena wabah.
Patut disebutkan di sini, tiga putri Ibnu Hajar wafat karena tha’un yang terjadi pada masa itu. Kitab ini dibuat khusus untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam dalam menghadapi sebuah pandemi. Yang spesial dari buku ini, semua anjurannya sangat cocok dan relevan dengan semua protokol kesehatan yang ada saat ini, bahkan *lebih ketat*. Dari sekian banyak kitab klasik yang ada soal pandemi, nampaknya inilah kitab yang paling penting dan lengkap.
Saya, Anda dan kita semua, hari ini menjadi saksi mata terjadinya wabah Covid-19 yang telah merenggut banyak korban jiwa. Akankah kita tetap bersikeras menganggapnya sebuah ilusi belaka? Atau kita sebenarnya telah mengetahui bahayanya, namun bersikap cuek dan enggan melakukan langkah-langkah antisipasif? Atau kita memilih menjadi manusia bijak yang konsisten mengikuti arahan para ulama dan pakar kesehatan? Dengan meningkatkan tawakal dan disiplin mengikuti protokol kesehatan.
Apapun pilihannya, semua akan tercatat dalam sejarah, yang kelak dibaca anak cucu kita.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.